||MABB|| Salah cari lawan

3.9K 321 24
                                    

Nadia menatap mata Monic, perempuan yang digadang gadang sebagai iblis berwujud manusia itu dengan tajam, Nadia berdecak dengan tangan terlipat didada dengan santai, Nadia bukanlah cewek lemah yang akan terima begitu saja saat dirinya dibully oleh orang lain. Saat ini Ia menunggu tindakan lebih lanjut dari lawannya dengan senyum meremehkan.

"Dih, udah merasa paling cakep Lo ya, berani banget ngodain Alvaro."

"Nggak punya malu banget sih, fix."

Celotehan kasar serta umpatan hinaan mengalir dari mulut ketiganya tanda beban, tunggu saja Nadia pasti tidak akan tinggal diam, hanya saja dirinya tidak gampang terbawa emosi hanya karena ucapan.

Monic mengangkat tangannya untuk menampar Nadia yang kedua kalinya, Namun kali ini gadis itu sudah siap, Nadia menepis tangan Monic dan bahkan mendorong gadis itu hingga tubuh Monic ditangkap oleh kedua temannya dibelakang.

"Wah mau jadi jagoan ya, berani ngelawan," ucap Triana mengompori.

"Cih, eh inget ya cabe, gue sama Alvaro nggak ada hubungan apa apa asal kalian tau, kalian bilang gue ngodain Alvaro, cih maap sayang dia yang ngejar ngejar gue, nggak ada rumusnya gue ngejar laki laki," ujar Nadia, memungkiri fakta bahwa dirinya sekarang juga lagi ngejar Alvano.

Monic menatap Nadia dengan tatapan sengit serta memberi kode untuk kedua temannya untuk memegangi Nadia. Triana dan Sasha maju, mereka berdua masing masing meraih tangan Nadia, lalu mencekalnya agar tidak bisa bergerak.

Tapi sayang usaha mereka ternyata harus sia sia, Nadia dengan cekatan langsung beralih membalikan keadaan. Sekarang Triana dan Sasha lah yang merintih kesakitan karena tangannya dipelintir oleh Nadia, jika kalian tanya darimana Nadia mendapatkan jurus itu, maka berterimakasihlah kalian pada Narendra yang sering mengajari Nadia, adek semata wayangnya ilmu ilmu bela diri, enaknya punya abang.

"Aaa Nadia lepasin, sakit tau," rintih Triana.

"Udah dong aduh sakit njritt," timpal Sasha.

Keduanya semakin berteriak kencang karena Nadia enggan melepaskan pelintiran ditangan mereka, sedangkan Monic terlihat panik, dia mengambil ancang ancang untuk menjambak Nadia. Dengan cepat Nadia menendang Monic hingga tersungkur dilantai disusul kedua anak buahnya yang Nadia dorong.

Nadia jongkok didepan Monic yang tengah merapikan rambutnya sembari meringgis kesakitan karena kepalanya terbentur tembok, sedangkan Triana dan Sasha memegangi pergelangan mereka yang hampir copot, fix sih mereka habis ini harus pergi ke tukang urut. Nadia tersenyum mengejek.

"Makanya kalo cari lawan lihat lihat dulu, cih." Nadia mengambil ember yang entah kenapa seperti disediakan khusus untuknya hari ini, Dia mengisi ember itu dengan air dari kullah kamar mandi dan kembali ke mereka bertiga dengan cepat.

"Cewek kurang kerjanan kayak kalian ini, nggak patut sekolah, kerjaan kalian cuma mamerin harta orang tua sama nindas yang lemah." Nadia menyiram mereka bertiga, mereka berteriak kencang, bahkan Monic yang tadi ganas sekarang berlinang air mata.

"Kalian harus dimandiin biar suci." Ucap Nadia terakhir kali sebelum menangkupkan ember itu dikepala Monic dan pergi dari kamar mandi dengan wajah sumringah, ceria.

🐉🐉🐸🐍🐛

Setelah melakukan sholat isya, membaca buku pelajaran selama 15 menit karena tidak ada pr jadi Nadia intensitas belajarnya dikit, lalu memasukan buku sesuai jadwal besok pagi, dirinya merebahkan badannya yang letih setelah beraktivitas seharian. Nadia menatap langit langit rumahnya sembari meresapi lagu yang terputar di hp yang Ia dengarkan lewat earphone, lalu mencoba memejamkan mata, dirinya mencoba untuk tidur lebih awal hari ini setelah menginggat hari hari yang lalu jam tidurnya berantakan, Ia lebih sering begadang gara gara galau.

"Woe."

"Woe."

"Nad, ada temannya didepan tuh."

Narendra menatap jengah adiknya mengeleng ngelengkan kepala dengan posisi tidur dengan mata tertutup, Ia menghampiri.

"Pantes dipanggil dari tadi nggak nyahut, tuli apa nih anak." Narendra mencabut earphone yang ada ditelingga adeknya dengan kasar.

Nadia mendongak dengan wajah kesal karena perlakuan abangnya yang sering keluar masuk kamarnya tanpa permisi, dan sekarang seenaknya cabut earphone orang, mana lagunya lagi enak banget lagi, From Home - Nct U.

"Apaan sih bang gaje banget deh."

"Gaje gaje lo budeg apa? Gue panggil dari tadi nggak nyaut."

"Iya iya. Ada apa?."

"Tuh cowok yang kemarin nganterin lo itu sekarang ada di ruang tamu, Pacar lo ya, kok tumben tumbenan Lo punya cowok gentleman banget, berani dateng langsung kerumah kali ini nggak kayak mantan mantan lo dulu." Narendra menyindir deretan para mantan Nadia yang kalo ngajak jalan adeknya nggak berani dateng ke rumah langsung melainkan jemputnya di depan gang tak segentle Alvaro kali ini. Mereka takut dengan Narendra yang terkenal galak serta posesif dalam melindungi adeknya.

"Siapa sih." Nadia mengaruk dagunya, menghadap ke atas mencoba berpikir.

Matanya membesar saat pikirannya sudah terkoneksi.

"Hah, Alvaro?."

"Ih mulut lo bau njirr."

Nadia panik, gelisah. Sebenarnya terbuat dari apa kepala Alvaro hingga laki laki itu benar benar sekeras kepala itu hingga berani sekali nyamperin dirinya sampe ke rumah hanya untuk meminta nomer wa.

Nadia menelan salivanya dengan susah payah setelah memastikan dengan benar laki laki yang tengah duduk diruang tamu berbincang dengan Mamanya adalah Alvaro, bisa bisanya mereka baru ketemu bisa akrab gitu. Akan makin susah nantinya Nadia untuk menghindari Alvaro, jika Nayla sudah sreg dengan Alvaro, atau kemungkinan paling konyol dia akan dijodohkan dengan laki laki menyebalkan itu.

Tydakkk Nadia tidak bisa membiarkan ini semua terjadi, secepatnya Ia harus bisa menyingkirkan Alvaro dari bumi ini, eh maksudnya dari hadapannya.

"Iya tante kita udah pacaran sekitar semingguan ini, saya mau minjem anaknya buat malam mingguan, boleh nggak tan," ujar Alvaro.

Nadia membesarkan bola matanya. Dasar manusia kupret, tipu daya apalagi ini.
"Pacaran?."
"Seminggu."
Eh kamfret bahkan Nadia rasanya ingin menangis guling guling setiap bertemu Alvaro, Nadia merasa selalu sial, kesal jika harus bersama laki laki itu.

"Abang bang bang," bisik Nadia kepada abangnya yang juga mengintip disebalik pintu bersamanya.

"Paan."

"Usir dia dong," pinta Nadia dengan wajah memelas.

"Dia siapa?, Mama?," tanya Narendra dengan polos.

"Aish." Nadia menoyor jidat abangnya dengan santuy, karena kelewat pekok abangnya.

"Ya bukanlah anjir, durhaka nanti, Ya usir dia Alvaro."

"Mang ngapa?."

"Gue nggak suka."

"Tapi Mama suka kayaknya tuh."

Tbc.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon