Chapter 41

3.3K 265 12
                                    

Saat menapakan kaki di kamar Alvaro, rupanya laki laki itu sudah tertidur. Nadia mendekat, memandang wajah Alvaro yang tertidur pulas dengan manis, harus Ia akui Alvaro memang memiliki wajah yang tampan bahkan luka tidak akan mempengaruhi kadar ketampanan cowok itu, justru malahan terlihat keren.

Nadia berbalik, untuk keluar. Tak mau membangunkan Alvaro.

Dengan sekuat tenaga, Nadia mencoba memutar knop pintu kamar tapi sia sia.

"Huft" Nadia menghela nafas, sepertinya terkunci dari luar. Sementara itu diluar Karina terkekeh berhasil membuat keduanya terkunci dikamar, Karina yakin anaknya tak akan berbuat macam macam pada gadis itu. Because Cinta itu menjaga bukan merusak.

Nadia memutuskan untuk duduk disamping ranjang Alvaro, membiarkan cowok itu tertidur pulas, tanpa ada niatan membangunkannya.

Jam menunjukan pukul 12 malam. Alvaro terbangun, mengerjapkan kedua matanya. Setelah jelas, Alvaro tersentak mengetahui wajah Nadia tepat berada disamping bahunya, Nadia memegang tangan. Alvaro takjub dengan cewek ini.

Alvaro mengelus pelan serta lembut puncak kepala Nadia, karena tak ingin Nadia tidur dengan duduk seperti ini, Alvaro bangun, mengangkat badan Nadia ke ranjangnya, menyelimuti sampai leher gadis itu tertutup.

Alvaro pindah tidur di sofa.

*****

"Pagi tante?" sapa Alleta pada Karina yang sedang menyiram bunga didepan mansion.

"Hay Alleta, pagi pagi udah kesini aja tumben, mau ketemu Vano ya."

"Enggak tante, Letta mau ketemu Varo. Letta udah bawa makanan kesukaan dia, tadi Aku eksperimen campurin sesuatu biar makin endos."

"Ya anak gue, dijadiin bahan percobaan."

"Ya udah, masuk yuk." Karina mengajak Alleta untuk masuk.

"Tunggu dulu ya, tante panggilin anaknya sebentar." Alleta menunggu Alvaro diruang tamu.

Tok

Tok

Tok

Karina mengetuk pintu kamar, keduanya masih nyaman dengan mimpinya masing masing.

Nadia mengeliat, ingatannya terbiasa dengan tidur dirumahnya. "5 menit lagi Ma, Nadia janji deh 5 menit lagi bakal berangkat, bentar ya."

"5 menit lagi, sarapan ya para calon pengantin," teriak Karina dari luar.

Mata Nadia terbelalak seketika, itu buat suara Mamanya yang mengomel, itu suara Mama yang lainnya. Nadia melihat Alvaro tidur disofa tanpa bantal maupun selimut, sedangkan dirinya fullset. Nadia menepuk dahinya. Ah iya lupa ini dirumah Alvaro. Tapi yang Nadia ingat tadi malam Ia tidur di samping ranjang deh, kenapa sekarang ada diatas.

Nadia merapihkan rambutnya lalu bergerak membuka pintu.

Karina tersenyum mengoda, jahil banget nih Mamak mamak. Kepalanya masuk mengintip anak laki lakinya yang masih tidur disofa.

"Tadi malam begadang ya, sampai kesiangan, hemm ngapain hayo," goda Karina dengan senyuman jahil.

"Ah tante maap." Nadia meringgis dalam batin. Kalo pun Ia dirumah Ia akan bangun lebih lambat dari pada ini.

"Ya, Alvaro tolong bangunin ya, kita sarapan bareng dibawah. Oh ya bilang sama tuh anak ada Alleta di bawah." Setelah mengatakan itu Karina pergi.

"Roo, Roo bangun, ada pacar lo tuh dibawah," ucap Nadia dengan nada cemburu, menguncang badan Alvaro, biar bangun. Entah ada rasa tak suka di dalam diri Nadia.

Alvaro mengeliat, dan malah memeluk Nadia.

Nadia terkesiap, degup jantungnya memburu. Apalagi saat Alvaro menciumi puncak kepalanya, pipi Nadia panas, mengebu.

"Roo, cepet udah ditungguin Mama lo tuh dibawah sama pacar lo."

"Siapa pacar gue kalo bukan lo," ujar Alvaro dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

"Haduh Alvaro jantung gue nggak aman, jan gombal sepagi ini napa."

"5 menit lagi kita turun, tapi biarin gue meluk lo dulu Nad kayak gini. Gue kangen banget sama lo, tolong jangan pernah menjauh." Alvaro semakin mengeratkan pelukannya pada gadis itu.

Nadia pun patuh, karena sebenarnya Ia juga merasa aman nyaman saat berada dipelukan cowok itu.

****

ALVARO NADIA [COMPLETED]Where stories live. Discover now