Chapter 35

3.2K 236 12
                                    

"Terus kita selama ini apa Nad." Alvaro mengepalkan kedua tangannya dengan matanya yang berkilat marah.

Nadia yang melihat itu jadi gugup, serta susah payah meneguk salivanya.
Lalu menjawab dengan gugup.

"Kita kan cuma temen, gue juga nggak pernah bilang kalo gue bakal nerima lo jadi pacar gue kan."

Definisi sakit tak berdarah sesungguhnya.

Alvaro mendengus ke samping, maju ke depan Nadia memegang kedua pundak gadis itu.

"Tatap gue sekarang Nadia," ucap Alvaro menyuruh Nadia mendongak. Jika Nadia bohong gadis itu tidak akan berani berbicara sembari menatapnya ya seperti tadi.

Nadia terus memalingkan wajahnya ke samping asalkan jangan ke arah Alvaro.

Sialan, Nadia meruntuki kenapa airmatanya selalu muncul disaat seperti ini membuat kesan lemahnya terlihat saja. Mata Nadia merah menahan air mata. Jangan jatuh jangan jatuh.

TM maju, mendorong pundak Alvaro agar menyingkir dari hadapan Nadia.

"Cewek gue udah bilangkan kalo lo itu cuma temen bagi dia, apa kurang jelas?" ujar TM.

"Lo nggak usah ikut campur, gue tau lo siapa, gue nggak akan biarin Nadia ada di samping cowok berbahaya kayak lo," ujar Alvaro pada TM.

"Hah lo pikir lo siapa, gue ini pacarnya Nadia, dan lo sendiri harusnya nyadar diri lo bukan siapa siapa." TM merangkul pundak Nadia dari samping.

Cup.

TM mencium pipi Nadia didepan Alvaro. Pipi Nadia panas, apa apaan ini Kak TM gue minta dia akting eh malah cari kesempatan dalam kesempitan.

Bugh. Sebuah tinjuan melayang ke rahang tegas TM dari Alvaro.

"Brengsek," umpat Alvaro.

Terjadilah sesi baku hantam dari TM dan Alvaro. Saling melontarkan pukulan sampai kelahi guling guling di tanah. Nadia panik. Aduh malem malem gini malah ribut bisa bisa cctv indonesia alias tetangga bisa punya bahan ghibah untuk grup wanya nih.

Nadia mencoba melerai tapi alhasil Ia malah kena tonjok dari Alvaro dibagian samping bibirnya hingga lebam. Mengetahui hal itupun keduanya pun langsung menghentikan aksinya. Dan langsung menghampiri Nadia yang tersungkur.

"Aww."

"Lo nggakpapa Nad," ucap Alvaro.

"Nadia lo nggakpapa," ucap TM.

"Ish." Nadia mengusap darah disudut bibirnya. "Nggakpapa nggakpapa, otak kalian tuh yang nggak ada orang ditinju gini masih bilang nggakpapa, stress kalian berdua."

"Sini gue obatin." Alvaro memapah Nadia untuk berdiri.

"Woe pacar gue tuh jangan deket deket lo," ujar TM posesif seakan benar benar Nadia adalah pacar aslinya.

Nadia menjauhkan dirinya dari Alvaro.

"Lepasin gue bisa jalan sendiri kok, yang ditonjok itu bibirnya bukan kakinya jadi gue nggak pincang."

"Ya sini gue cium biar cepet sembuh," sahut Alvaro yang mendapat tatapan tajam dari TM.

"Mendingan kalian balik kandang ke rumah masing masing atau kalo mau lanjutin berantem jangan disini ibu komplek sini tukang nyinyir sono kalian pergi," usir Nadia pada keduanya.

"Nad gue gimana perasaan gue ke lo," tanya Alvaro sekali lagi.

"Coba lo hitung pasir yang ada dipantai, bisa nggak" jawab Nadia.

"Tidak terhingga."

"Bukan."

"Terus."

"Oh tak terhitung."

"Mustahil."

Krekk...

Nadia berbalik menuju pagar rumahnya.

TM memandang Alvaro meremehkan.

"Huh naklukin cewek kayak gitu aja lo nggak bisa," sindir TM.

Entah siapa yang memulai mereka hingga akhirnya keduanya berkelahi lagi. Belum puas dengan memar memar serta lebam diseluruh wajah mereka.

Dari atas balkon rumahnya Nadia mengusak rambutnya frustasi karena keduanya masih berkelahi saja.

"Pergi!" Teriak Nadia disusul dengan lemparan sepatu ketsnya yang mengenai pundak Alvaro. Hingga akhirnya mereka berdua pergi dengan motornya masing masing dengan dendam.

Tbc.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Where stories live. Discover now