||MABB||

3.7K 275 13
                                    

Nadia seketika melek dari ngantuknya ketika mendengar seruan keras berasal dari kotak speaker yang terpasang di sudut kelas.

"Assalamu'alaikum Wr. Wb, maaf menganggu jam pelajarannya sebentar."

"Sangat menganggu sekali njing." batin murid murid.

"Diberitahukan pada Ananda Nadia Salwa Cassandra bahwa saya Alvaro Daniel Adijaya menyatakan cinta yang sebesar besarnya pada anda, sekian terima cash," seru Alvaro di pengeras suara.

Bermodal nekat, serta keyakinan yang haqiqi atas ketampanannya Alvaro melakukan itu dengan percaya diri kelewat batas. Itu semua Alvaro lakukan juga karena kalah main truth or dare dengan Geng Gervanest di kantin Bu Inah. Kebiasaan mereka bukannya ikut pelajaran malah nongkrong santuy.

Semua sorot mata sekelas beralih menatap horror Nadia, jangan tanya malunya kayak gimana. Nadia ingin kabur ke Pluto hari ini juga.

"Nadia?," panggil Bu Veni, guru Bahasa Indonesia yang tengah mengajar.

"E iya bu," jawab Nadia gemeteran.
K
Bu Veni menahan tawanya saat melihat raut wajah Nadia yang memerah, menahan malu.

"Kamu nggak mau nyelesein masalah kamu dulu?."

"Maksud Ibu?."

"Kamu nggak mau nemuin dia buat ngejawab perasaannya, kasihan anak orang lagi nunggu, Ibu kasih dispensasi buat kamu buat ngasih kepastian ke dia, asalnya jangan bilang bilang ke guru yang lain," kata Bu Veni diringi kekehan.

Bu Veni adalah Ibu paling muda di sekolah ini, lucu, asik orangnya juga gampang buat diajak kompromi.

Nadia mengangguk.

"Makasih bu, saja izin ke belakang."

"Good luck ladies," seru Bu Veni menyemangati.

****

Inisiatif ingin menemui Alvaro di kantin namun ternyata Alvaro sudah menunggu Nadia didepan pintu kelas gadis itu. Seperti sudah punya firasat.

"Gue perlu ngomong." Nadia menarik tangan Alvaro ke belakang.

Nadia melepaskan tangan Alvaro kasar saat di sampai dibelakang sekolah nan asri Sma Rajawali, semoga dengan hembusan angin yang kencang ini bisa membuat amarah Nadia reda.

"Alvaro, gini ya gue capek berurusan sama Lo, bisa nggak sih lo menjauh dari gue, gue risih jadinya kalau lo kayak gini. Gue mohon lo sadar diri dong, gue nggak suka sama lo."

"Gue bakal berusaha dapetin lo, ngeyakinin lo setiap saat sampe lo bisa nerima gue."

"Please deh Al, gue ga tau apa yang buat lo bisa suka sama gue, mantan mantan gue sering bilang kayak gitu toh ujung ujungnya sama." Nadia menghela nafas lelah, "semua akan ninggalin pada waktunya."

"Gue bukan mereka, gue janji."

"Lo bukan calon wakil rakyat, nggak usah umbar janji."

Nadia membalikan badannya. Cukup muak dengan semua permasalah cintanya yang tak pernah mulus seperti mukanya. Selalu takut untuk mengawali kebahagiaan sesaat.

Alvaro mencekal pergelangan tangan cewek itu.

"Lo pengen cowok kayak gimana."

"Apaan sih." Nadia menghela nafas sepanjang rambut anggun.

"Gue mau memantaskan diri, memperbaiki diri buat lo."

Nadia mengaruk dagunya menatap langit. Mengeleng.

"Lo nggak bakalan bisa,"

"Bisa!"

"Gak."

"Sekolah dulu yang bener, nggak usah sering berantem, nggak usah bolos, anak baik baik yang nggak sering tawuran nggak jelas, dan lo nggak masuk sama sekali ke daftar gue Alvaro jadi berhenti berharap mulai sekarang."

Tbc.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang