Chapter 60

9.3K 419 93
                                    

Nadia berlari cepat membuat Rahma yang dibelakang ngosngosan mengikutinya.

"Nad tungguin sih," keluh Rahma, Ia bahkan harus menjinjit roknya agar bisa berlari kencang.

Nadia berhenti mendadak lalu berbalik ke arah Rahma.

"Oh ya Ma lo ngapain ngikutin gue?"

"Eh iya gue ngapain ngikutin lo sih." Rahma mengaruk tengkuknya yang tak gatal. "Mau kemana sih lo."

"Ke markas Gervanest." Nadia mengangkat bekal makanan yang Ia bawa. "Nganterin ini buat ayang bebeb Varo." Ucap Nadia dengan tersenyum menampilkan giginya.

"Huek, idih bucin lo," ejek Rahma.

Nadia menjulurkan lidahnya. "Biarin wlee, kan udah punya pacar gue, hahaha, oh lo mau ikut kesana juga nggak."

Rahma berpikir sejenak lalu mengeleng.

"Nggak usah lah gue mau balik ke kelas, rumit gue nanti kalo ketemu Haikal sama Reno."

"Oh gitu,eh gue denger denger si Author bakal bikinin lo lapak sendiri khususon lo sama percintaan lo yang rumit itu Ma."

"Iyakah, gue berharap sih tuh Author serius tau sendiri Erna magerannya kayak apa lapak dia yang nggak dilanjut aja bejibun."

Erna bilek: "kuping gue tiba tiba vanas njir."

****

Pintu terbuka menampilkan deretan inti Gervanest yang sedang leha leha santuy, diantaranya Alvaro yang sedang tiduran dengan buku menutupi wajah, Haikal dan Reno yang sedang mabar katanya siapa yang kalah harus bunuh diri__ keduanya lagi sengit sengitnya, Dodit tidur dipangkuan Mamat, hilangkan pikiranmu kalo mereka homo__hanya saja Mamat lagi nyari kutu dirambut Dodit. Memalukan. Juga si Toni lagi masak didapur, pria itu memang manis, walaupun berbatang Ia pintar memasak, walaupun rasanya nano nano idaman lah.

Atensi mereka teralih, mereka mengangga__ takjub dengan kecantikan seseorang di depan pintu. Nadia mengerai rambutnya dengan jepitan berwarna pink kupu kupu terselip dirambut, jangan bilang ke Alvaro kalo itu jepitan dari mantan Nadia. Namun yang membuat mereka meneguk ludah itu adalah rok Nadia yang ketat sekaligus pendek, tapi itu harusnya sudah biasa bagi Nadia, Ia kan sering berpakaian begitu, cowok disitu aja yang kurang belaian. bye.

Toni sampai tidak menyadari masakannya gosong. Biasalah! Mamat ngiler jatuh tepat dimuka Dodit, membuat Dodit misuh misuh.

"Eh kok pada ngliatin gue segitunya sih, gue ada salah kah." Nadia sedikit canggung.

"Jaga mata kalian, atau gue bikin buta mata lo satu satu." Alvaro berdiri menghampiri Nadia, Ia kesal dengan wajah sok polos gadis itu.

Alvaro mengajak Nadia duduk disofa.

"Kenapa sih lo ketus gitu sama gue, niatnya kan gue baik mau nganterin lo makanan." Nadia menarik tangan Alvaro lalu meletakan bekal itu ke tangan cowok itu.

Alvaro hanya diam dengan raut wajah sulit diartikan.

"Ya udah kalo lo nggak mau liat gue, gue bisa pergi kok."

Nadia tersentak saat Alvaro menariknya hingga Ia terjatuh dipangkuan cowok itu. Nadia mendengus kasar.

Nadia bergeser, memilih untuk duduk sendiri.

Alvaro membuka jaket Gervanest miliknya lalu memakaikan dipinggang Nadia. Gadis itu mengernyitkan dahi, bertanya tanya.

"Jangan dilepas sampe pulang! Gue nggak suka lo pake rok kayak gitu, besok harus udah ganti jadi dibawah lutut, kalo nggak besok gue pakein lo celana aja," ucap Alvaro tak suka Nadia memakai rok itu.

Bibir Nadia membuat lengkungan. "Eum posesif banget sih pacarku." Nadia mengunyel ngunyel pipi Alvaro, laki laki itu harus menahan diri agar tak menerkam Nadia yang mengemaskan itu.

"Sayang dulu dong." Nadia mengoda, Ia memajukan bibirnya.

"Nad!" Peringat Alvaro. Tapi Nadia malah makin mendekat.

Cup

Alvaro mengecup kening gadis itu.

Nadia memanyunkan bibirnya.

"Kok dijidat sih, cium sini eumm."

"Jangan disini, banyak nyamuk."

****
Tbc.

Kedepannya mungkin part uwu uwuan, eh nggak tau juga sih.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Where stories live. Discover now