Chapter 53

3.4K 261 60
                                    

"Alvaro! Lo nggak ikutan cari Nadia?" tanya Haikal pada Alvaro yang setia menemani Alleta yang kedinginan di tenda.

"Nggak, gue jagain Alleta disini kasihan." Alvaro mengelengkan kepala, menolak.

Haikal mengusak kepalanya, merasa Alvaro tak masuk akal, Alleta setidaknya ada disini sedangkan Nadia ada diluar sana tak tau bagaimana nasibnya.

"Bos gue udah nggak tau jalan pemikiran lo gimana, bisa bisanya lo bodoamat sama cewek yang phobia gelap, sekarang Nadia sendirian disana, gimana sih dahlah gue males banget sama lo."

Haikal mendengus kasar, mengajak Reno untuk mencari Nadia bersama.

"Gue kecewa Bos sama lo." Reno keluar marah dengan Alvaro yang bersikap seperti itu.

"Alvaro maaf ya, gara gara Aku, kamu jadi marahan sama temen temen kamu." Mata Alleta berbinar.

Alvaro tersenyum, mengelus kepala Alleta.

"Nggakpapa, kamu tidur ya biar Aku yang temenin kamu disini." Alvaro mengecup puncak kepala Alleta, cewek itu semakin ndungsel ke dada bidang Alvaro.

Beberapa saat kemudian, setelah dirasa Alleta sudah tertidur dipelukannya. Alvaro mengendong Alleta ke kasur, lalu dirinya keluar.

"Fandy, sini lo." Alvaro memanggil Fandy untuk menjaga Alleta ditenda.

"Jagain ya, kalo sampe dia kenapa napa, jangan tanya kapan lo nikah, lo bakal mati," ancam Alvaro ganas.

"Gimana akting gue tadi Bos, cocok kan kemusuhannya wkwkwkwkwk." Haikal menonjok bahu Alvaro sangking girang tadi bisa ngibulin Alleta.

"Kira kira lo kalo nonjok! Ngajak baku hantam lo." Alvaro mengusap bahunya karena Haikal nonjoknya pake tenaga dalam.

"Heheheh ampun Bos."

"Kapan si Bos lo bakal ngaku ke Alleta kalo sebenarnya lo nggak cinta," tanya Reno.

"Emm setidaknya sampe gue punya laki laki yang tepat buat Alleta, gue nggak mau dia ngerasa kesepian," jawab Alvaro, tanpa Ia sadari dirinya sendiri membuat seseorang telah merasa kesepian.

"Gue kasihan ke Nadia, pasti dia sakit banget tuh, lo ghostingin," celetuk Haikal.

Reno mengangguki perkataan Haikal, yang fakta banget.

"Yok dah cepet buru."

Alvaro bersama Reno dan Haikal bergabung bersama lainya yang sedang gencar mencari Nadia, pasalnya sampai jam 21.00 ini Gadis itu belum juga memberikan tanda tanda kemunculannya.

Hingga pasukan rombongan yang mencari Nadia sampai di perbatasan antara hutan pedalaman dan hutan luar.

Krekk..

Rahma merasa menginjak sesuatu, sontak Ia melihat ke bawah dan mendapati bandana pink milik Nadia.

"Ini Bandana Nadia, dia pasti ada didalam," ucap Rahma panik, gadis itu gegabah ingin masuk kedalam mencari sahabatnya.

"Sayang jangan," cegah Haikal.

"Lepasin kal." Rahma kekeuh dengan pilihannya, rasa bersalah masih mengiangi kepalanya.

"Stop jangan ada yang masuk kedalam, ini sudah malam pencarian akan dilanjutkan besok bersama tim pencarian dari pihak setempat, Bapak janji akan bertanggung jawab sampai Nadia ketemu, sekarang balik ke tenda masing masing." Pak Dandang memerintahkan semua muridnya untuk kembali karena khawatir jika muridnya masuk ke dalam hutan lebih dalam akan banyak murid hilang nantinya.

"Balik semua," tegas Pak Dandang.

Semua murid kecuali Rahma, Wanda, Alvano, Alvaro, Haikal, Reno, Mamat, Wawa, Dodit meninggalkan tempat menuju tendanya masing masing sesuai intruksi.

Pak Dandang menepuk jidatnya.

"Kalian kenapa masih disini juga, Ayo balik."

"Tidak Pak," jawab mereka hampir serentak.

"Kita bakal cari Nadia sampai ketemu malam ini juga."

"Kalian jangan bandel, nanti kalo kalian ikut hilang juga siapa yang repot, Kita pasti akan cari Nadia kembali sampai ketemu," ujar Pak Dandang.

"Ketemu apanya pak, mayatnya? Itu yang Bapak maksud." Alvaro tak bisa menahan amarahnya saat Pak Dandang seperti itu, egois menurut Alvaro.

"Ya udah terserah kalian, sudah Bapak perintah kalian untuk kembali. Kabarnya jika kalian sudah masuk ke dalam pada malam hari kalian tidak bisa kembali hidup hidup, Bapak tidak bermaksud menakut nakuti bukan mitos ataupun legenda ini benar adanya." Pak Dandang mencoba menjelaskan alasannya.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh."  Teriakan seseorang perempuan yang mereka kenali mengema di langit malam yang gelap tanpa bintang.

"JANGAN ADA YANG MASUK! KECUALI GUE, SIAPAPUN GUE PERINGATIN JANGAN MASUK." Alvaro menegaskan dengan berteriak serta amarah dalam dada, kemudia Ia masuk kedalam hutan menerobos badan Pak Dandang yang lebih kecil darinya.

"Kalo Alvaro udah bilang kayak gitu jangan ada yang ngebantah, balik ke tenda, kita cuma bisa berdoa supaya Nadia dan Alvaro selamat," ujar Reno. Ia tau betul sifat Alvaro, jika sudah tidak ya artinya tidak.

Akhirnya semuanya kembali tenda, Haikal harus bersusah payah membujuk Rahma yang meminta ikut mencari bahkan sampai menangis.

****

"NADIAAAA."

"NADDD."

Teriakan Alvaro mencari Nadia tak putus ada mungkin sampai suaranya habis baru akan Alvaro sudahi.

Tidak ada jawaban satu pun kecuali lolongan serigala dan suara binatang malam yang menyahut.

"Nadia lo ada dimana sih, gue janji bakal jujur ke lo kalo lo muncul sekarang!" teriak Alvaro.

"Hiks, hiks, hiks." Alvaro menangkap tangisan seseorang, bulu kuduknya merinding mendengarnya. Alvaro lebih berjaga jaga lagi.

"Okeh Alvaro, lo cowok nggak boleh takut," ujar cowok itu mencoba menenangkan dirinya yang sedikit mulai ketakutan.

"Huhuhuhuhuhu,"

Tangisan itu kian mengeras, Alvaro berjalan mundur, mundur, dan mundur hingga kakinya menginjak kaki seseorang.

"Aaaaaaa, sakit bego, hiks hiks." Nadia mengencangkan tangisannya saat kakinya yang tadi terjerat akar sampai terluka sekarang malah diinjak orang, double kill.

Nadia menghentikan tangisannya saat dirinya menyadari sesuatu.

"Hah ada orang, Ya Allah makasih ya Allah." Nadia memeluk erat kaki yang tadi menginjaknya.

Alvaro berteriak ketakutan tatkala kakinya dipegang oleh makhluk yang tak Ia ketahui.

"Ampun Mbah, saya cuma mau cari Nadia pacar saya, jangan ganggu saya please," ujar Alvaro panik.

Mata Nadia berbinar saat mengenali suara itu, Nadia berdiri dengan sisa sisa tenaganya, Ia berdiri dengan satu kaki dan langsung saja memeluk Alvaro.

"Alvaro, lo nyariin gue, gue seneng akhirnya lo peduli sama gue."

Tbc.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Where stories live. Discover now