34# Pelahap Maut

7.6K 1.1K 547
                                    

Maaf buat kalian udah nunggu lama ya, sebenarnya ini cerita tinggal di revisi trs di publikasikan cmn akunya males;') terimakasih yg udh setia nungguin.

Selamat membaca♡
______________________________________

Berita tentang kematian Sirius Black telah sampai di telinga ku, terlebih sang pembunuh adalah bibiku sendiri, Bellatrix Lestrange. Aku mengetahuinya dari bibi Bella sendiri. "Aku membunuh Sirius Black!" Ucapnya tampak girang saat di manor.

Identitas ayah ku telah terungkap sebagai pelahap maut. Aku, Draco dan ibu menghadiri persidangannya. Selama itu juga, aku menunduk meremas telapak tangan Draco, aku tak malu, hanya takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, Draco bahkan hanya bisa berusaha menenangkanku dengan ibu jarinya yang mengelus punggung tanganku, kami bertiga sama gugupnya.

Azkaban, ayah kami dijatuhi hukuman azkaban, berita itu langsung tersebar dari surat kabar, dari satu orang ke orang lain sampai semua orang tau.

Kami meninggalkan persidangan dengan banyak kamera tertuju pada kami, Draco meremas tanganku gugup. Esoknya, aku dapat melihat wajahku, Draco dan ibu terpampang jelas dalam halaman Daily Prophet.

FALLEN FROM GRACE, MALFOY'S WIFE AND CHILDREN LEAVE THE TRIAL

Itulah yang mereka katakan.

Seminggu yang sangat kacau, para pelahap maut mengacau, tak hanya di dunia sihir, dunia muggle 'pun meraka acak. Jembatan millenium Brockdale hancur tanpa sebab, pikir para muggle. Pembunuhan keluarga Bones dan Vance, belum lagi kehebohan di west country, Olivander si pembuat tongkat sihir menghilang, walau aku yakin ia tak menghilang.

Auntie Bella kini tinggal di Malfoy manor, aku menghabiskan waktu dikamarku sendiri, di kamar Draco ataupun di perpustakaan pribadi manor. Biasanya Draco membaca buku di kamarnya, dan aku akan mengetuk pintu dan masuk kedalam kamarnya dengan alasan tidak tau harus apa.

Father gagal dalam menjalankan misinya untuk mendapatkan bola ramalan di kementrian atas perintah pangeran kegelapan, begitu juga ia tertangkap basah dan dijebloskan kedalam azkaban. Seberapa memohonnya aku saat sidang, mereka tidak akan pernah mendengarkannya. Aku hanya memikirkan perasaan ibu, bagaimanapun dia yang palimg merasakannya.

Daily Prophet mengatakan omong kosong, kami memang malu, tapi kami tak pernah malu memiliki ayah, begitupun juga ibu. Mother mengetahui fahter seorang pelahap maut lebih dulu dan lebih lama daripada aku dan Draco, dan ia lebih memilih bersamanya ketimbang pergi meninggalkan karena rasa malu. Well, itu hanya pemikiranku saja, tapi apa ada alasan lain selain itu?

Dua hari setelah itu, aku merebahkan diriku di atas ranjang Draco dengan kepala di dadanya sambil membaca buku, Draco memainkan rambutku dan membaca buku di sebelah tangannya yang bebas. Mom tiba-tiba masuk kedalam kamar Draco dengan mimik wajah khawatir juga takut, aku langsung menyenggol Draco membuat lamunannya buyar.

"Kalian berdua, ganti baju dan bersiap. Ibu tunggu 5 menit lagi." Ucap ibu cepat lalu kembali menutup pintu.

Aku bertukar pandang dengan Draco, lalu kami langsung pergi cepat bersiap-siap.

Kami menuruni tangga, Draco berjalan di belakangku. Mom duduk di sebelah auntie Bella yang terlihat antusias namun tidak dengan mom.

Aku dan Draco duduk bersebelahan di hadapan bibi dan ibu. Draco menautkan jari-jarinya dan menempatkannya di atas meja kayu panjang di hadapan kami.

"Ada apa mother?" Tanyaku penuh penasaran karena mom terus menampilkan wajah khawatir.

Mother tak langsung menjawab, ada jeda disana dan tarikan napas panjang. "Bella, kamu bisa mengatakannya," ucap ibu seolah tak sanggup dengan apa yang ingin ia bicarakan pada kami.

Brother [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang