6# Amortentia [2]

17K 2.6K 1K
                                    

Draco POV

Hari ini (Name) bertingkah sangat aneh. Dia sudah siap dengan seragamnya saat hari masih terlalu pagi, beralasan ingin bertemu seseorang dengan senyum sumringah.

Aku tau dia sangat suka bangun lebih awal, tapi biasanya dia akan lebih suka menghabiskan waktunya di ruang rekreasi untuk membaca buku  --layaknya anak Ravenclaw-- sambil minum teh untuk menunggu ku dan yang lain keluar dari kamar dan pergi bersama ke aula besar.

Sama saja seperti makan malam semalam. Dia sangat lengket dengan Terence. Aku tidak akan melarang kembaran ku untuk berkencan dengan lelaki manapun, asalkan lelaki itu memenuhi syarat. Dan jika saja kalau (Name) benar-benar berkencan dengan Terence, kenapa dia tak bercerita hal apapun padaku?! Aku juga berhak tau! Bahkan aku tidak tau bahwa dia menaksir Pucey.

Pelajaran pertama adalah ramuan bersama Gryffindor. Biasanya (Name) akan duduk bersamaku atau dengan anak Slytherin ataupun dengan anak Gryffindor seperti si Mudblood Granger, saint Pottah dan Weaselbee. Tapi kali ini dia duduk bersama si Terence.

Hari ini praktek membuat ramuan--lagi. Dan aku membuat ramuan ku bersama Pansy. Bukan aku yang mau! Tapi si jamur ini yang menghampiriku.

Aku fokus dalam 2 hal saat ini. Fokus dengan ramuan ku dan fokus memerhatikan kembaranku yang sedang asyik membuat ramuan bersama Terence.

Ramuan ku dan Pansy selesai. Walau sebenarnya dalam proses pembuatan sangat lah didominasikan oleh ku, Pansy hanya mengikuti apa yang kulakukan.

Aku melihat (Name) berjalan kecil kearah meja ku, "Permisi, professor, aku dan Terry sudah menyelesaikan ramuan kami. Anda bisa menilainya sekarang." Ucapnya pada guru kami. Professor menoleh kearahnya dan mengangguk. Hei! Bahkan sehari ini (name) belum menyapa ku sama sekali!

Pelajaran ramuan telah selesai. Katakan saja aku seorang penguntit, mengikuti kemana kembaranku dan si Terence pergi.

"Terry? Kita mau kemana? Sebentar lagi pelajaran selanjutnya dan kau juga sekelas dengan ku kan?"

"Masa bodoh dengan pelajaran, kita akan membolos." Oke, ini mulai tidak baik.

"Bolos? Aku belum pernah membolos sebelumnya Terry." Oh tentu saja kau anak yang sangat teladan (Name).

Mereka berdua memberhentikan langkahnya. Aku buru-buru bersembunyi dibalik tembok, dan sangat aneh bahwa mereka berhenti di lorong sepi seperti ini. Terence menarik bahu (Name) dan memojokkanya ke dinding.

Ini tak beres. Lalu tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak ku yang membuat ku terkejut. "Draco, sedang apa kau disini? Kita ada kelas. Kau tidak ingin point asrama kita di kurangi kan?" Ah, ternyata Pansy. Dia berusaha menarik lengan ku. Dan aku juga berusaha membuat alasan padanya agar aku tidak pergi ke kelas.

Terence POV

Aku menarik bahunya dan mengunci nya di dinding.

Aku mendekatkan wajah ku padanya, perlu sedikit membungkuk karna tubuhnya yang lebih pendek dariku. Mendekatkan wajah ku padanya hingga hidung kami saling bertabrakan.

Wajahnya memerah malu. Membuat ku gemas. "Terry, kita harus kembali ke kelas. Sebentar lagi pelajaran dimulai." Ucapnya dengan mengembungkan pipinya. Aku terkekeh melihatnya. (Name) bagiku adalah seorang yang sempurna.

Cantik, manis, baik, ramah, iris mata dwi warnanya yang indsh, dan jangan lupakan dengan dirinya berasal dari keluarga terpandang.

"Kau membantah ku? Hm?" Ucap ku padanya yang dijawab dengan gelengan pelan.

"Kamu tidak ingin buat aku marah, bukan?" Kini ia mengangguk dan seketika memeluk ku, "Maaf" Ucapnya yang membuat ku terkekeh dan memeluknya. Dia benar-benar seperti anak kecil yang menggemaskan.

Brother [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang