Aku tidak Takut

30 4 4
                                    

Universe-4 Dargerous Minded(1)

*****Clarine

There's no reason for me to keep breathing
There's no reason for me to wake up this morning
There's no desire to what I wanted to be
There's no reason for me to stay here
But I dont want to die

I'm a liar

death, comes to me.

Death, want me.

A reason why death always follow my steps.
Cause i don't care, about my life.
Cause i don't need my eyes to see.
I don't need my ear to hear
I don't need my brain to think
I don't need you guys to know what i need.

I don't need my heart.

They're empty.

There's nothing to see.

It just me, with my ego to keep lying.

End my suffer, whoever.
But don't you.
Before i end all the pain

I wish death never come to find.

Ini buruk ...

Buku catatan itu sekarang sudah tercoret seperempatnya, menyisakan beberapa kata yang hanya bisa kubaca.

Nothing for being, a cheesy demonic

Satu coretan, dua coretan, hingga kalimat itu kembali lenyap.

Aku, hanya menulis banyak hal yang sama. Maksudnya sama, kata-katanya sama, emosinya sama, dan ... itu benar- benar memuakkan.

Aku tidak lagi menulis untuk diriku sendiri, aku ... tidak pernah menulis untuk diriku sendiri.

Sampah.

Kemanapun aku pergi, tidak pernah ada tempat untuk bisa saling berbagi.

Sampah.

Kemanapun aku singgah, tidak pernah ada ruang untuk merasa ... diterima.

Aku, lelah.

Kehidupan, seberapa hina aku dimata dunia?

Tempat gelap ini satu-satunya ruang ku untuk bernapas. Tidak ada tempat untukku di luar sana, tidak ada.

Aku, bukan siapa-siapa.

Aku, tidak berhak punya siapa- siapa.

Aku, tidak berguna.

Sampah.

Siapapun di luar sana, datanglah dan daur ulang diriku menjadi sedikit bernilai jika kau bisa.

Tidak ada.

Lampu redup dari komputer yang terus menampilkan sederetan kata yang terus menerus bertambah, tanpa henti, melontarkan kata-kata yang sudah muak kubaca.

"Haha." "HAHAHAHAHA!"

"SAMPAH, KALIAN SEMUA SAMA SAMPAHNYA DENGANKU!"

Terdengar tendangan kuat dari pintu, aku melirik sekilas. Berdecih, pembersih sampah datang menyapa sampahnya yang tercinta.

"Mau sampai kapan kau di dalam sana? Sampai kau mati?" Sapanya seperti biasa.

Kematian, selalu dekat denganku, jika kau ingin tahu. Kematian, selalu mengikuti langkahku, menyiksaku perlahan, mengambil napasku segenggam, menghisap darahku sekali telan.

Dimana tempatku seharusnya?

Kenapa kematian masih berlama-lama menyapa? Ingin membuatku menunggu seberapa lama?

NuminousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang