An Ordinary Girl (1)

7 1 0
                                    

Cerita bersambung pengisi kegabutan :>

****

Jika kau berjalan lurus dari lorong sempit di samping toko roti kumuh itu, kau tidak akan menemukan apa-apa.

Kecuali masalah.

Seorang gadis berambut hitam panjang bergelombang, memakai sebelah penutup mata dan memegang bungkusan entah berisi apa di tangan kanannya, tengah menulusuri lorong itu saat ini.

Dan itulah awalnya dia bertemu dengan masalah--- harusnya begitu.

Harusnya begitu.

Tidak ada peringatan atau apapun, tentang pertemuan aneh antara mereka berdua.

Tidak ada tanda-tanda, tidak ada cahaya musim semi dan semerbak aroma cinta di sekitar sana.

Saat gadis itu tiba di ujungnya dan hendak berbelok ke salah satu persimpangannya-- dia memang melihat masalah yang selama ini orang-orang takuti saat mendekati lorong itu.

Rumor yang membuat semua manusia sibuk berkepentingan menjadi enggan untuk melewatinya dan memilih jalan berputar daripada mendapat masalah-- gadis itu berhadapan dengn sesuatu yang seharusnya menjadi 'masalah' itu saat ini.

Tidak ada yang spesial. Hanya laki-laki dengan banyak tindikan di telinganya, tengah mencoret-coret sebuah buku sketsa--- begitulah yang gadis itu kira.

Laki-laki itu sontak menutup bukunya dan berteriak pada gadis itu, "Apa yang kau lakukan disini?" Matanya menyalang, menatap tajam seperti hendak menerkam.

Gadis itu sedikit terperanjat. Ia panik tanpa sadar berkata, "Biarkan aku lewat, aku membawa sedikit roti!" ucapnya takut-takut.

Laki-laki itu menampakkan raut heran, lalu tertawa beberapa detik setelahnya-- nyaris membuat buku sketsa itu terjatuh. Namun yang pasti, tawa itu bisa membuat siapapun merinding bukan main. Seperti tawa seorang antagonis.

Gadis itu masih takut-takut melirik. Tapi setelahnya ... tatapan mereka bertemu.

"Tidak perlu roti atau apa, aku tidak pernah melarang siapapun untuk lewat. Ah, rumor konyol itu benar-benar sudah--" dia berhenti bicara. Menatap gadis di depannya yang ia takuti malah takut padanya.

Nyatanya mata gadis itu sedikit bercahaya. Dia buru-buru memberi paksa laki-laki itu bungkusan rotinya. Berjalan cepat meninggalkannya, melambai singkat. "Terima kasih!" nyaris berlari pergi-- namun langkahnya terhenti. Lalu kembali pada laki-laki itu yang masih menatapnya sejak roti itu berpindah tangan. "Kau yang buat?" Raut kagumnya tidak bisa disembunyikan. Dia masih berdecak kagum, laki-laki itu nyaris salah tingkah.

"Ah- ya ...."

"Hebat! Itu sangat indah. Meskipun aku tidak tahu artinya, apa kau penasaran apa yang dilihat mata kiriku?"

"Hah?" Laki-laki itu sedikit heran, menautkan alis. "Mata kirimu tidak sedang alergi atau sakit?--"

Gadis itu menggeleng. "Mata ini bisa melihat sesuatu yang orang lain tidak bisa lihat," ucapnya semangat.

"Apa ... itu?"

Gadis itu membuka penutup matanya yang menutupi mata kirinya, awalnya normal-normal saja sampai ia menutup mata kanannya ... mata kiri itu tiba-tiba berubah warna dari cokelat gelap menjadi ... emas?

Laki-laki itu tidak bisa tidak terkejut tentang apa yang baru saja terjadi.

"Bagaimana---"

"Aku melihat ... keajaiban!"

.
.

"Hah?"


***TBC

Hehe. Gabut sih.
Dan, aku belom memutuskan nama mereka ;-;
2-3-21

NuminousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang