Aku Takut Berbeda

10 4 0
                                    

Universe-2 - High School(2)

*****Risa

Aku gadis yang biasa saja.

Aku sekolah dan pulang sekolah, makan seperti manusia biasa.

Aku selalu berusaha untuk tidak dipandang berbeda.

Karena kupikir ... rasanya sangat tidak menyenangkan.

Apa itu sama seperti saat kau salah memakai kode pakaian dalam suatu acara? Atau dalam hari sekolah biasa sajalah ... kau mengenakan yang berbeda.

Bukankah rasanya tidak enak? Rasanya kau ingin lenyap saja.

Dalam kelas, aku juga tidak ingin dipandang sebelah mata. Pintar atau bodoh, aku benar-benar berusaha berada di antaranya.

Aku bisa sedikit melihat betapa tidak menyenangkannya dipandang dalam dua posisi itu.

Bahkan antara siswa yang aktif atau tidak aktif, aku juga berada di tengah-tengahnya.

Aku hanya akan aktif jika disuruh, dan selamanya pasif jika tak ada yang ganggu.

Menyedihkan. Tapi kupikir itu bisa membuatku nyaman ... setidaknya, itu tidak membuatku sedih.

Kata sahabatku, aku hanya takut melangkah lebih jauh, takut menampakkan sisi lainku pada banyak orang. Takut berbeda.

Ayolah tidak semua orang punya keberanian seperti itu.

Seperti sahabatku itu, namanya Delia. Dan dia benar-benar makhluk yang berbeda dariku.

Aku bisa jadi diriku sendiri hanya di hadapannya, kurasa.

Yah, meski dia takut presentasi, sih. Tapi dia selalu bisa menghadapinya.

Ketakutanku ini mungkin tidak berguna dan sangat sederhana. Tapi aku sungguh benar-benar tidak ingin menampakkannya.

Namun suatu hari di jam kosong sekolah yang amat membosankan ... aku tanpa sadar mulai menggerakkan pensil kesana sini di kertas hvs yang sudah dipenuhi coretan matematika.

Aku benar-benar lama terfokus padanya. Tidak acuh lagi pada sekelilingku.

Saar aku nyaris selesai bertaut pada yang kulakukan, satu orang menyeletuk "Ternyata Risa jago gambar, gila."

Dan aku tiba-tiba berdiri dan menabrak dagu seseorang di atasku.

BAGAIMANA BISA AKU TIDAK SADAR DIPERHATIKAN BANYAK ORANG SEPERTI ITU.

Pasti ada biangnya.

Kulihat Delia, ia hanya mengangkat bahu menyiratkan "bukan aku"

"Udah gak usah malu-malu. Namamu udah ku daftarin lomba lukis sama Buk Gus," kata Andra si ketua.

Mampus aku.

"AKU GAK MAU!"

"Telat."

"Lagian gambarmu bagus banget, pasti bisa lah."

"Gambarin aku juga dong."

"Risa Wibu guys."

"AHAHAHAHHA DIEM DIEM WIBU DONG."

Itulah alasan kenapa lebih baik diam-diam soal menampakkan hal yang tak perlu ditampakkan ke banyak orang.

Bukan berarti aku takut melangkah maju. Tapi memang melangkah maju tidak selamanya berdampak baik.

Dahlah.

Tidak selamanya berdampak baik ... tapi tidak buruk.

Kuakui, aku bersyukur mereka melihatku menggambar saat itu. Meski aku berusaha mati-matian menolak pendaftaran lomba melukis itu.

Ingatlah pasal, olahraga tidak hanya sepak bola. Dan seni tidak hanya melukis! Menggambar manga bukan berarti aku bisa memegang kuas.

Inilah alasan mengapa jadi berbeda itu sedikit tidak menyenangkan.

Orang-orang tidak paham.

Mana, ada yang minta gambar gratis lagi.

Tapi banyak hal untung juga sebenarnya, aku tidak perlu menggambar sembunyi-sembunyi di kelas. Tidak perlu membaca manga atau menonton anime diam-diam.

Aku selalu diterima. Sebagaimana aku di pandangan mereka.

TAPI YA JANGAN MINTA GAMBARIN GRATIS BAMBANG. CAPEK.

****

A/N;

Cerita gak yah. Hmm aku tu seringkali ditunjuk lomba gambar, padahal orang taunya aku tu cuman bisa gamabr anime. Pemandangan doang juga belom tentu bisa.

Jadi jangan samain. Capek jelasinnya.

And yeah, jika kamu punya keberanian menjadi dirimu, melakukan hal yang kamu suka, tanpa takut dipandang sebelah mata. Its not bad. You did it.

rim 16-02-21

NuminousWhere stories live. Discover now