23. Sebuah Kebetulan

107 15 0
                                    

"Eh, kamu berangkat minggu depan kan?" tanya Naya pas jam istirahat.

Udah hampir sebulan yang lalu aku dikonfirmasi bakal pergi ke Korea. Dan seminggu lagi aku bakal berangkat.

"Iya, napa?" aku nanya balik.

"Gapapa nanya doang. Jangan lupa, oleh-olehnya," ujar Naya.

"Aku belum berangkat, udah ditagih oleh-oleh," gerutuku sambil memukul pelan lengan Naya.

"Sakit woy!"

"Ya maapin. Mana pacar kamu?"

"Kevin?"

"Ya siapa lagi dong, woy?!"

"Nama aku Naya, udah cakep-cakep nama Naya, malah dipanggil woy!" Naya bales mukul lenganku. "Kevin lagi di ruang OSIS noh."

Kevin itu anggota OSIS. Astaga aku lupa! Kan kemarin aku udah nerima tawaran Kak Ruto untuk jadi anggota OSIS dan aku harus ke ruang OSIS buat ketemu sama Kak Ruto.

"Aurora, kamu dipanggil Bang Haruto," ucap Bagas yang tiba-tiba lewat di depanku dan Naya. Bagas juga anggota OSIS, jadi dia agak deket sama Kak Ruto.

Jadi kakak adik itu, Kevin dan Bagas bertugas di OSIS.

"Eh, di ruang OSIS bukan?" tanyaku.

"Iya, dia udah nungguin dari tadi," jawab Bagas.

"Oh okey, makasih Bagas. Nay, aku ke ruang OSIS dulu yaaa," kataku sambil lari ke ruangan OSIS. Enggak lupa bawain kantong yang isinya jaket Kak Ruto yang aku pinjam kemarin.

Semenjak kejadian tempo hari, gara-gara berita palsu itu, hubungan antara aku dan Bagas agak canggung. Emang aku selalu ngerasa canggung sih kalau sama dia, tapi kayaknya dia menjauh. Ah sudahlah!

"Aurora!" panggil Kak Ruto.

"Eh?" aku kaget dong, tiba-tiba lagi asik jalan dipanggil sama Kak Ruto yang suaranya deep.

"Kaget ya? Maaf hehe," ucap Kak Ruto sambil nyengir.

"Iya kaget."

"Haha, yaudah yok masuk," ajak Kak Ruto. Aku masih diam di tempat.

"Kenapa masih diam? Ga mau di sini? Yaudah kita ke perpustakaan aja," lanjut Kak Ruto. Tapi aku masih diam.

Akhirnya Kak Ruto narik tangan aku. Aku hanya nutut aja waktu ditarik.

Orang-orang pada liatin aku dan Kak Ruto. Dari tatapan orang-orang, ada beberapa yang ga suka dengan natap pake tatapan sinis, natap aku lebih tepatnya. Ada yang natap pake tatapan bingung. Ada yang dari matanya bilang 'bodo amat lah'.

"Yok masuk, lu dulu yang masuk," suruh Kak Ruto sambil minggir dari pintu perpustakaan.

Perpustakaan sekolah. Tempat yang lumayan seru buat menyendiri di sekolah. Tempatnya agak sepi, adem, wangi, luas. Pokoknya benar-benar tempat ternyaman di sekolah.

"Duduk di sana aja," Kak Ruto nunjuk kursi yang dilengkapi meja panjang dekat rak buku yang gede banget.

Aku nurut aja. Terus kita berdua duduk di sana.

Suasananya kayak biasa, sepi. Hanya ada beberapa orang yang lagi asyik baca buku. Banyakannya anak-anak introvert yang ada di sini, wajar sih.

"Eum, jadi.. Gimana kak?" tanyaku setelah diam selama beberapa menit.

"Gue mau lu jadi anggota OSIS," jawab Kak Ruto.

"Iya, aku tau. Maksud aku, aku tuh harus ngapain?" tanyaku.

Sepupu - AteezWhere stories live. Discover now