28. Yeji Nyasar

97 16 4
                                    

Pagi-pagi aku udah dapet tugas baru dari guru. Tugasnya disuruh bikin video hafalan materi yang batas pengumpulannya jam 10. Sedangkan sekarang jam 7 waktu di Indonesia. Materinya banyak banget, terus agak belibet. Emang punya cukup waktu?

Mungkin untuk orang yang cepet inget sesuatu itu bukan masalah. Lah aku? Pinter enggak, cepet lupa, lama nangkep materi. Mana aku orangnya mageran. Paket lengkap.

"Aurora sedang apa?" tanya Bang Hongjoong yang tiba-tiba masuk ke kamar.

"Eh? Belajar, bang," jawabku pake muka lesu.

"Belajar apa?" tanyanya lagi.

"Aku disuruh membuat tugas video dan aku harus menghafalkan materi ini. Materinya sangat banyak. Sebentar lagi akan dikumpulkan. Aku harus bagaimanaaa?" rengekku pada Bang Hongjoong.

"Jangan menangis, Ra. Sekarang kamu lakukan semampumu, jika kamu tidak bisa jangan dipaksakan, itu tidak masalah," ucap Bang Hongjoong menenangkanku. Tatapannya sangat menyakinkan.

"Baiklah, terima kasih, aku akan menghafalkannya."

"Pintar. Aku akan menemanimu," bukannya pergi, Bang Hongjoong malah duduk di kursi disudut kamar.

"Abang tidak pergi?"

"Kamu menyuruhku pergi, Ra?"

"Bukan begitu, bang."

"Aku akan menemanimu. Jika kamu butuh bantuan, aku ada di sini," kata Bang Hongjoong sambil senyum.

Aku hanya angguk-anggukin kepala.

"Selamat menghafal."

Aku mulai ngafalin materi yang disuruh untuk dihafalin. Setengah jam aku baru hafal 1 paragraf. Masih ada 4 paragraf yang panjangnya bukan main. Itu baru kata-katanya, belum rumus-rumus. 1 jam selanjutnya aku udah hafal 2 paragraf. Itu juga masih terbata-bata.

Bang Hongjoong di sana lagi senyum sambil natap aku. Sesekali aku minta untuk mengecek hafalanku.

"Oke, kamu harus santai dan jangan terburu-buru," Bang Hongjoong ngingetin aku yang siap-siap untuk ngerekam.

Aku menghela napas. Ini lebih susah dari pada presentasi di depan kelas. "Baiklah."

"Mulai jika aku mengangkat jari jempolku, Ra," Bang Hongjoong selaku kameramen mengatakan instruksinya. "Pelan-pelan, tidak usah terburu-buru, jangan kaku." Aku ngangguk.

Bang Hongjoong ngangkat jari jempolnya. Aku mulai menyampaikan apa yang aku hafal tadi.

"AURORAAA!!" bunyi suara Bang Wooyoung terdengar. Astaga!

Bang Hongjoong memberi isyarat untuk berhenti, kemudian Bang Hongjoong menjeda rekaman.

"WOOYOUNG DIAM!! JANGAN BERTERIAK!!" Bang Hongjoong ngebalesin teriakan Bang Wooyoung.

"Hyung juga berteriak!" Bang Wooyoung ga mau kalah.

"Wooyoung Aurora sedang merekam tugasnya, tolonglah jangan mengacaukannya," pinta Bang Hongjoong.

"Aku mengacaukannya? Maafkan aku, aku tidak tahu," kata Bang Wooyoung.

"Dimaafkan karena kamu belum tahu. Jadi tidak usah berteriak lagi seperti anak kecil."

"Iya Hongjoong Hyung. Aurora maafkan aku."

"Iya," jawabku seadanya. Jujur aku agak kesal sama Bang Wooyoung. Tapi aku harus maklumin itu.

"Lanjutkan, Ra," suruh Bang Hongjoong.

"Tidak perlu mengulang?" tanyaku.

"Tidak, aku sudah menjeda rekamannya. Sepertinya suara Wooyoung tidak akan terdengar karena ruangan ini kedap suara," jelas Bang Hongjoong.

Sepupu - AteezWhere stories live. Discover now