13. Abang-abang Menghilang

132 16 0
                                    

Besoknya aku sekolah dihari ke dua. Aku lagi jalan-jalan keliling bangunan sekolah yang masih sepi. Aku sengaja datang lebih awal dihari kedua ini. Naya belum datang. Ini baru jam 06.24, sedangkan jam masuk sekolah pukul 07.00.

Jadi kemungkinan Bagas masuk ke SMA ini bukan karena ada aku, tapi karena ada kakaknya yang sekolah di sini.

Akhir-akhir ini aku sering mikirin dia. Apa aku udah mulai menyukainya?

Ibu, liat anakmu. Sekarang dia menyukai teman laki-laki di kelasnya.

Kemarin aku curhat ke Bang Seonghwa tentang Bagas yang ngajak aku pacaran. Bang Seonghwa bilang itu adalah pilihanku. Aku ga boleh maksain perasaan aku.

Aku ga ngerti tentang urusan percintaan kayak gini, karena aku ga pernah pacaran. Aku tau sedikit tentang cinta-cintaan dari novel yang pernah aku baca. Jadi menurut aku ini agak rumit.

Ada cowok yang suka sama aku, terus dia nembak aku. Tapi aku tolak. Terus aku galau gara-gara nolak dia. Tiba-tiba aku jadi mulai suka sama dia. Apa aku harus bilang ke dia kalau aku suka sama dia? Kan aneh.

Bagus Aurora, dulu kamu sia-siain Bagas. Sekarang kamu malah suka sama dia.

Ahh, sudahlah Aurora. Masih banyak cowok lain di luar sana. Oppa-oppa juga masih banyak. Aduh, siapa tuh yang pernah ketemu aku pas aku ke Korea 2 tahun yang lalu. Iya, Yeonjun Oppa, temannya Bang Wooyoung.  Aku masih punya nomornya. Nanti aku mau chat dia. Hehe.

Lagian, untuk apa aku pacaran? Buang-buang waktu aja.

"Aurora, kamu sudah datang? Pagi banget," ucap seseorang. Itu Bagas. Dia baru datang.

"Iya, sengaja," jawabku.

"Aku ke kelas dulu, ya. Tunggu di sini," katanya dan langsung berjalan kearah kelas.

Aku duduk di bangku yang memang ada di depan kelas. Ga lama kemudian, Bagas datang.

"Maaf bikin kamu nunggu," ujarnya sambil duduk.

"Gapapa," jawabku. Aku agak gugup berdua sama Bagas. Mana sekolah masih sepi.

Kecanggungan terjadi di antara kami berdua. Kami masih sibuk dengan dunia masing-masing, tidak ada yang mau mulai percakapan.

Aku benci situasi ini, benci banget. Aku mau memecahkan kecanggungan ini, tapi aku ga tau harus ngapain. Aku ga tau mau ngomong apa. Ga ada topik yang kayaknya cocok untuk aku obrolin sama Bagas.

"Kamu udah tau tentangku," kata Bagas. Dia senyum sambil natap ke depan.

"Maksudnya?"

"Kakakku cerita kalau kamu dan Naya udah tau tentangku," lanjut Bagas.

Aku masih belum ngerti. Maksudnya apa?

"Aku bukan anak kandung dikeluargaku sekarang. Aku hanya anak yang tidak memiliki seorang ibu dan aku diusir oleh ayahku sendiri," ucapnya.

Aku tertegun mendengar kata-katanya. "Eum, Bagas, kalau ini bikin kamu sedih, ga usah dibahas aja."

"Ga masalah, kok. Kamu juga udah tau, kan?" tanyanya sambil noleh ke arahku.

Aku angguk-angguk pelan. Aku ngerasa ga enak sama dia.

"Kamu ngerasa ga enak sama aku?" tanya Bagas sambil ketawa. "Ga papa, kok. Kak Kevin udah cerita. Tapi, aku harap kamu ga cerita siapa-siapa. Dan, kamu ga jadi ngerasa aneh di dekatku."

"Maksudmu?"

"Ya, karena aku bukan anak kandung, kamu akan menganggapku aneh. Mungkin."

"Tidak, kamu ga boleh bilang gitu."

Bagas ketawa lagi. Aku jadi makin gugup.

"Bagas, maafkan aku," kataku pake suara pelan. Ga tau Bagas kedengeran atau nggak.

"Maaf? Kenapa maaf, Ra?" tanya Bagas.

"Aurora!! Bagaaaas!!" kedengeran seruan dari suara seseorang.

Aku sama Bagas noleh ke sumber suara.

"Kalian ini pagi-pagi udah berduaan, cieee," goda Naya. Ya, itu adalah Naya.

Sedangkan di belakangnya ada Kevin yang lagi senyum.

"Napa, Nay?" tanyaku.

"Gapapa, kita ganggu ya?" bisik Naya.

"Paan sih?!"

Sekolah mulai ramai. Kami yang lagi ngobrol berempat di bangku tadi dilirik sinis. Ga mungkin lirikan itu untuk Bagas, yang ngelirik itu penggemarnya Bagas. Ga mungkin juga untuk Kevin dan Naya, udah hampir satu sekolah tau kalau mereka pacaran dihari pertama sekolah.

Pasti lirikan sinis itu untuk aku. Penggemar Bagas memang benci aku gara-gara aku agak deket sama Bagas.

Bodo amatlah. Ga rugi aku dibenci sama mereka.

"Aku ke kelas dulu," kataku terus jalan ke arah kelas.

"Eh, Aurora, tunggu," seru Naya nyusul aku.

Di kelas aku duduk di tempat dudukku. Naya juga yang duduk di sebelahku.

"Ra, tadi orang-orang pada natap kamu sinis. Kayak ga suka gitu," ujar Naya.

"Gapapa, biarin aja mereka," sahutku.

"Ga bisa dibiarin dong. Kamu kan ga salah apa-apa," Naya yang ga setuju sama kata-kataku.

"Udah lah, Nay. Lagian mereka ga ngapa-ngapin, kok. Kamu tenang aja."

●●●

Sekarang aku lagi bosen, jadi aku mau ngechat abang-abang.

Cucu Kakek dan Nenek🧒8👧1

Bang|
Abang|
Bang Hongjoong|
Bang Seonghwa |
Bang Yunho|
Bang Yeosang|
Bang San|
Bang Mingi|
Bang Wooyoung|
Bang Jongho|
Muncullah kalian berdelapan|
👀|

Ga ada siapa-siapa yang ngerespon. Mungkin pada sibuk.

Yaudah deh, nanti aku chat lagi.

Malamnya aku chat lagi mereka. Dan ga ada yang bales. Bahkan baca aja enggak. Aku coba chat satu-satu. Tetep ga dibales.

Besoknya lagi aku coba ngirim chat ke mereka lagi. Tepi tetap aja. Ga dibales atau sekedar dibaca.

Aku nanya ke ibu. Kata ibu mungkin mereka lagi sibuk. Mungkin juga. Ada abang yang baru masuk universitas.

Besok lusa baru pesan yang aku kirim dibalas. Mereka balasinnya di hari yang sama. Alasan mereka sibuk.

Tapi ga mungkin juga, ya kali sibuknya barengan. Tapi bisa jadi sih. Tapi aku jadi curiga sama mereka.
Kayaknya ada sesuatu yang mereka sembunyiin.

Bersambung...

●●●

Makasih banyak untuk vote dan comment nya.

Maaf kalau ada typo dan kesalahan.

Hehet.



Sepupu - AteezWhere stories live. Discover now