12. Tentang Bagas

115 17 0
                                    

"Aku minta maaf. Apakah ada yang luka?" tanya seseorang. Dari suaranya ia adalah seorang pria.

Orang itu pake sepeda juga. Dia nabrak sepedaku di persimpangan.

Lututku sakit gara-gara ketimpa sepeda. Nih orang bener-bener dah!

Aku berusaha berdiri karena aku udah jadi tontonan orang-orang yang ada di sekitar sini. Aku malu.

Lalu aku menatap wajah orang itu. Sepertinya dia seumuran denganku. Siapa dia? Aku ga pernah liat orang ini di sekitar komplek. Apa karena aku jarang keluar rumah, jadi ga tau kalau ada orang baru. Atau orang ini hanya jalan-jalan aja?

"Maafkan aku. Aku ngga sengaja nabrak kamu. Apa ada yang luka?" tanya orang itu lagi. Orang itu kayaknya ngerasa bersalah.

"Ga papa," kataku pake suara pelan.

"Hei, Kevin!" terdengar suara yang benar-benar familiar di telingaku sadang meneriakkan nama seseorang.

Cowok yang di hadapanku noleh ke arah sumber suara. Itu adalah Naya. Dia kayak bawa minuman ditangannya.

"Aurora, ngapain di sini?" tanya Naya yang kaget liatin aku.

"Siapa dia, Nay?" aku malah nanya balik, bukan jawab pertanyaannya.

"Naya, dia jatuh karena ketabrak sepedaku," cowok yang kayaknya memiliki nama Kevin itu menyela.

"Astaga, sepeda kamu ga lecet, Ra?" bukannya nanya keadaanku, dia malah nanya sepedaku.

"Kamu ini, Nay! Nih kaki aku sakit tau!"

"Kakimu sakit? Maafkan aku," sela Kevin lagi. "Kamu kenal dia, Nay?"

"Dia siapa, Nay?" tanyaku.

"Pacarku," bisik Naya.

"Apa? Sejak kapan? Kok kamu ga cerita, sih?" aku kaget. Ya, kapan nih anak mulai pacaran? Kok dia ga cerita sama aku?

"Mending kita jangan di sini, dah. Kita kerumahmu, yuk. Tadi aku sama Kevin emang mau ke rumahmu," Naya udah jalan duluan pake sepedanya.

Aku dan Kevin nyusul dari belakang.

"Nay, kamu harus ceritain semuanya. Awas aja kalau ada yang kelewat 1 bagian pun," ancam ku pada Naya yang udah duduk manis di sofa sambil nyalain TV. Dah berasa kayak rumah sendiri nih anak. Ayah dan ibu juga ga keberatan.

Sedangkan pacarnya Naya, Kevin masih berdiri dengan canggung di samping sofa.

"Duduk aja, Kev. Anggap rumah sendiri," tutur Naya tiba-tiba. Mereka berdua ga kayak orang pacaran pada umumnya, misalnya memanggil satu sama lain dengan panggilan sayang.

"Heh, yang punya rumah siapa sih?" aku jawab perkataan Naya. "Iya, duduk saja."

"Eum, terima kasih," Kevin duduk di samping Naya.

"Oh ya, kalian berudua belum kenalan. Kenalan dulu gih," suruh Naya memecah keheningan.

"Eh, namaku Kevin," Kevin menjulurkan tangannya, mengajak berjabat tangan.

"Aku Aurora," aku menyambut jabatan tangannya. "Kapan kalian jadian?"

"Pas pulang sekolah. Jadi kita baru hari ini jadiannya. Hehe. Dia tu kakel kita tauuuuuu," jawab Naya. Kevin hanya senyum.

"Kakel? Kakel yang mana. Kakel kita kan kita banyak," jawabku.

"Iya, aku memang bukan siswa yang terkenal, jadi kebanyakan siswa baru ga tau sama aku. Haha," Kevin tertawa.

"Kakak kelas berapa?" tanyaku lagi.

"Aku kelas 11. Panggil nama aja, ga usah panggil kakak," sahut Kevin sambil tersenyum.

Sepupu - AteezWhere stories live. Discover now