1. Awalan

828 86 5
                                    

Hari ini cuaca sangat dingin. Langit terlihat mendung. Sepertinya sebentar lagi hujan akan turun. Sekarang aku lagi duduk di kursi mobil sambil lihat kendaraan lain yang berlalu-lalang. Hampir semua orang terlihat khawatir akan terguyur hujan, apalagi pengendara motor.

Aku melihat banyak pejalan kaki yang sedikit berlarian untuk sampai ke tempat tujuan tanpa terkena air hujan. Pandanganku terfokuskan oleh anak seorang nenek yang hendak menyebrang. Ia terlihat ragu untuk melangkah. Tak lama terlihat seorang pemuda datang menghampirinya dan membantu nenek itu menyebrang. Aku tersenyum melihat perlakuan seorang pemuda itu. Sesuatu hal yang kecil bagi kita, namun sangat berarti banyak untuk nenek itu.

"Aurora," panggil ayah.

Aku menoleh. "Kenapa yah?"

"Sekolah kamu sudah libur-," kalimat ayah terpotong.

"Kenapa yah?"

"Dengerin ayah dulu,"

"Oke, hehe."

"Jadi kita bakalan ke Korea,"

"Lah, ngapain?"

"Ya ke rumah nenek sama kakek kamu, lah."

"Oh iya, ya. Kapan?"

"Mungkin besok lusa,"

"Lusa?! Kenapa ayah baru bilang sekarang?"

"Maaf, ayah lupa, hehe."

Aku menghela napas mendengar kata-kata ayah. Bisa-bisanya ayah lupa bilang ke aku kalau mau ke Korea.

Hujan benar-benar turun. Hujan itu turun sangat deras, hingga membuat kaca jendela mobil menjadi gabur. Orang-orang yang sibuk berlarian memilih untuk mencari tempat berteduh. Ada beberapa orang yang sedang menelepon, sepertinya untuk memberi tahu orang yang di seberang sana bahwa ia sedang terjebak hujan.

"Ra, kamu kangen gak sama sepupumu itu?" tanya ayah tiba-tiba.

"Hah? Ya kangen lah, yah. Apa lagi masakan Bang Seonghwaaa... Gak sabar lagi deh!"

"Haha, kalau kamu udah ketemu sama San dan Wooyoung, bisa ancur rumah,"

"Gak gitu juga kali, yah."

Kami sudah sampai di rumah. Aku langsung teriak manggilin ibu.

"Buu, aku pulaaang,"

"Gak usah teriak juga ibu udah tau. Sana mandi terus bantuin ibu!"

"Aaah, aku males tapi buu."

"Anak cewek gak boleh males-malesan, sana cepet mandi."

Aku gak bisa ngapa-ngapain selain nurutin kata-kata ibu. Aku lari ke kamar. Sebenernya tujuanku ke kamar hanya untuk meletakkan tasku dan mengambil bajuku. Tapi aku gak bisa untuk tidak memainkan HPku.

"Main bentar gak ada masalahnya, kan?"

Aku langsung nyalain tuh HP, terus muncul suara notifikasi yang bikin aku kaget. Banyak banget notifikasinya. Aku mulia bukain satu-satu.

Waktu aku buka aplikasi Whatsapp, ribuan chat muncul. Pesan yang masuk kebanyakan dari grup, dari teman-temanku yang minta jawaban PR padahal udah libur, dari sahabatku Naya.

Tunggu, aku terfokuskan dengan satu pesan. Itu dari Bagas. Kenapa dia gangguin aku terus sih? Bagas itu cowok yang naksir aku. Orangnya ganteng sih, dia juga jadi murid populer di sekolah. Nah itu masalahnya, karena murid populer, pasti banyak juga yang suka sama dia. Jujur aja aku nggak mau diserang sama penggemar Bagas yang banyak. Mungkin hampir semua siswi di sekolah ini ngidolain Bagas. Aku juga sebenernya gak suka sama dia.

Sepupu - AteezWhere stories live. Discover now