16. Nggak dulu

1.5K 186 83
                                    

Nilla:
Ndah, kamu lagi ada di kampus?
Aku mau ketemu sekaligus nganter undangan
Ulang tahun

Aku nyaris mati berdiri ketika membaca pesan Nilla dari atas. Astaga nyaris aku mati di tempat mengira cewek itu mau ngasih undangan sesuatu, misalnya pernikahan. Bagaimana jika di masa depan cewek itu mengirimkan pesan ingin memberikan undangan pernikahan dengan Rifando. Aku sepertinya langsung mati berdiri sungguhan.

Jangan bilang ajakan Rifando tadi pagi, diam-diam dia juga mau menceritakan mengenai kelanjutan hubungan mereka. Diam-diam mereka sudah memiliki tanggal pernikahan?

Setelah mata kuliah terakhir aku memenuhi permintaan Nilla terlebih dahulu karena Rifando mengatakan baru bisa datang ke FH nanti sekitar pukul 1 siang. Aku menemui Nilla di kantin FH karena dia yang membutuhkanku, jadi datang berkunjung ke gedung fakultasku.

"Hai, udah lama ya?" tanyaku basa-basi. Aku duduk di depan cewek yang memakai baju kemeja hijau dengan ukuran oversize itu.

Nilla mengeluarkan undangan imut berwarna merah jambu. Di mejanya hanya ada botol air mineral menemani cewek itu. "Lumayan 10 menit."

"Lama juga, ada undangan apa nih?"

"Please ya, Ndah, kamu harus dateng," kata Nilla seraya menyodorkan kertas undangan itu padaku. "Hari Jum'at ini, ulang tahunku lagi pas di Hari Jum'at nih."

"Oke, aku usahain ya, makasih yah udah ngundang aku," sahutku menyimpan undangan itu ke dalam tas. "Aku duluan ya-"

"Tunggu, Ndah, aku pengen ngomong sesuatu," kata Nilla mencegah gerakanku untuk berdiri. "Penting banget."

Aku kembali duduk dan memandang lurus padanya. "Apa? Penting?"

"Maaf sebelumnya ya, apa perasaanku aja kalo kamu nggak mau berteman sama aku. Apa cuma aku aja yang berusaha pengen temenan sama kamu?" Nilla bertanya itu membuatku tersentak.

"Hah, kenapa? Aku emang begini orangnya kok. Aku temenan sama yang lain juga gini, biasa-biasa aja. Nggak kayak persahabatan cewek lain yang heboh dan lengket banget, mungkin kamu baru ketemu sama orang yang kayak aku." Aku memperhatikan raut wajah Nilla sangat kecewa. Dugaanku dari lama terbukti, Nilla memang tipe cewek yang berharap lebih pada suatu hubungan yang disebut sebagai pertemanan dan persahabatan.

Aku tidak seperti banyaknya orang yang terbuai romantisme, ya bilang saja aku memang tak bisa sedekat itu dengan orang lain. Yang namanya arti sahabat dekat sudah tak ada, sejak bubaran mereka akan sibuk dengan masing-masing dunianya. Mereka sudah bertemu orang baru yang lebih seru, dan mereka melupakan orang lama yang pernah berada di lembaran hidup sebelumnya. Aku adalah yang terlupakan.

Sudah terlalu sering ditinggalkan sahabat, aku berpikir sahabat adalah orang yang ada saat ini. Hanya Sasa, Bang Jay, Jonny, dan Kelvin. Rifando juga, mungkin. Aku yakin setiap orang memiliki konsep untuk menjalin pertemanan dengan seleksi tersendiri, kalau sangat nyambung, dan cocok bisa membuat dekat akrab alias bersahabat. Kalau tak bisa nyambung, apalagi cocok akan sampai berakhirnya menjadi teman sebatas kenal saja.

"Kalo kita bisa jadi bersahabat lebih baik lagi, kita bisa saling percaya dan nggak ada salah paham lagi."

"Hah, salah paham apanya?" Aku memandanginya heran.

"Aku kira kamu nggak suka sama aku, karena nggak mau akrab."

Ya memang bener, jawabku dalam hati.

"Kamu pasti nggak suka sama aku karena takut Rifando akan dikekang sama pacarnya." Nilla masih berbicara melanjutkan.

"Dari pengalaman Rifando, kalo dikekang sama pacarnya sampe dipaksa jauhin aku, dia lebih pilih putus aja. Bukan hanya karena alasannya nggak bisa main sama aku aja, dia nggak suka dikekang begitu, dan dilarang. Dia bahkan bisa marah sama Kelvin sewaktu dilarang temenan sama seseorang."

MenepiWhere stories live. Discover now