17. Kekang

1.7K 198 25
                                    

Inginku tidak mau datang ke acara ulang tahun Nilla. Tapi apa daya aku tidak memiliki alasan untuk kabur menghindar. Menurut dorongan para teman dekatku, inilah salah satu cara agar aku menguatkan hati, menerima kenyataan, dan membuktikan ke Nilla bahwa aku tidak sehancur itu karena cemburu pada hubungan mereka. Benar juga aku sudah berjanji dengan mengerikan waktu di kantin itu.

Perempuan itu, Nilla, mengira aku membencinya karena aku menyukai Rifando. Padahal selama bertahun-tahun ada banyak perempuan yang bersama Rifando, aku tidak membenci mereka. Entah mengapa dalam diriku ada perasaan aneh yang tidak terima. Padahal Nilla sudah amat baik membiarkan Rifando tetap bisa pergi bersamaku berdua saja. Ada hal lain yang membuatku tidak terima, tidak menyukai dirinya.

Andai saja perempuan baik, tulus, setia, dan penyayang yang menjadi pacar Rifando saat ini bukan Nilla. Sepertinya, aku bisa sedikit ikhlas menerima kenyataan itu. Dari awal aku selalu mengatakan aku sangat senang jika Rifando bersama perempuan baik yang mencintainya, siapa saja asal bukan Nilla.

Mungkin aku kemakan karma Rifando, aku berpikir cowok itu sangat aneh membenci Yudha tanpa alasan. Aku juga melakukan hal yang sama, aku tak suka dengan Nilla. Bukan karena dia memenuhi kriteria cewek yang harus bersama Rifando versiku, tapi karena alasan lain. Jadi sebenarnya aku memiliki alasan.

Selain aku harus membuktikan pada Nilla bahwa aku baik-baik saja, aku juga tidak bisa kabur dari Rifando. Cowok itu dari hari sebelumnya sudah mengatakan agar aku berangkat bersamanya saja dari rumah, dia akan menjemputku. Aku tak ada alasan untuk menolak, karena Kelvin tidak datang ada jadwal rapat pengurusan di BEM. Acara ini mengingatkanku pada beberapa tahun lalu saat datang ke acara ulang tahun Siska. Aku pergi bersama dengan Rifando ke acara ulang tahun pacarnya.

Aku sudah mengatur rencana, aku akan bersikap biasa saja depan Rifando. Di sana aku akan menemui Nilla saat baru datang saja, lalu menepi sejauh-jauhnya sampai acara selesai. Aku tidak mau melihat acara kemesraan Nilla dengan Rifando yang pasti akan terjadi.

"Kamu cantik banget malem ini," kata Rifando saat aku baru turun dari mobil dan pemuda itu mendatangiku untuk berjalan bersama.

Aku hanya tersenyum kecil. Memangnya selama ini tidak ya? Berusaha bersikap biasa saja dengan punjian itu. Hanya omong kosong, ucapan tanpa perasaan. Dengan kemeja warna peach, dimasukkan ke dalam rok bawahan selutut megar warna biru. Dengan tas selempang kecil. Tidak ada dresscode di acara Nilla. Rambutku aku gerai dengan menjempit di kanan-kiri di atas telinga.

Aku sudah belajar make up tipis natural beberapa waktu lalu, dengan begitu aku tidak polos, dan jelek-jelek amat. Bisa dibilang aku belajar menjadi lebih menarik. Sedangkan Rifando sangat berpakaian santai malam ini menggunakan atasan kemeja jeans denim, dengan celana jeans, serta sepatu kets.

Dari parkiran kendaraan yang menggunakan lahan lapangan depan rumah Nilla, Rifando mengamit tanganku agar berjalan bersamanya menyeberangi jalan menuju rumah Nilla. Kami disambut kedatangannya oleh Nilla yang malam ini memakai dress hitam, rambutnya digerai, dan highheels-nya menambah tinggi jenjang kaki itu.

"Selamat ulang tahun, Sayang," kata Rifando sambil mencium pipi kanan-kiri Nilla mesra.

Aku mengalihkan pandangan, sudah tahu acara ini akan banyak momen kemesraan Nilla dan Rifando, tetapi aku tetap saja sok berani buat datang. Ketika mengalihkan pandangan aku melihat ada siluet seseorang lama yang tak asing. Kami bertatapan sesaat. Orang itu juga balas memandangiku. Apakah kami memang saling pernah bertemu dulu? Tapi aku lupa.

"Hai, Ndah, kamu akhirnya bisa dateng. Malem ini cantik banget deh!" seru Nilla sambil menyalami tanganku.

Astaga, aku sampai lupa mengucapkan selamat hari lahirnya duluan. "Oh makasih ya, selamat ulang tahun ya, Nil," kataku memberikan kado kecil padanya dan diterima dengan riang.

MenepiWhere stories live. Discover now