25. Teman galau

1.6K 198 62
                                    

Sejak minggu lalu setiap hari Jum’at sampai Minggu, aku memanfaatkan waktu yang senggang untuk bantuin Sasa di warung makan milik Ibunya yang semakin ramai di bulan Ramadan puasa ini. Waktu itu aku pernah menawarkan diri untuk bantu-bantuin Mamanya Sasa agar waktu senggangku bisa bermanfaat. Ucapanku disambut baik oleh Sasa, hitung-hitung menemani dirinya buat betah di Warung Ayam Tante Mayang. Iya nama rumah makannya itu, tidak salah.

Kegiatanku juga sudah mendapat izin dari Bunda. Aku hanya ingin sibuk, supaya pikiranku tidak kosong hanya melamunkan dan merasakan kesepian yang tak ada obatnya. Karena obatnya hanyalah si penyebabnya sendiri.

Hari Jum’at ini sudah semakin ramai didatangi oleh pengunjung, yang sudah memesan tempat untuk banyak tamu maupun yang datang hanya berdua orang saja. Warung Ayam Tante Mayang memiliki dua lantai. Bangunannya hanya ruko kecil. Namun siapa sangka lumayan ramai didatangi oleh orang-orang yang ingin berbuka puasa.

“Kalo nggak ada Neng Andah, nih si Sasa cabek mana mau ke sini.” Tante Mayang ketawa sambil cerita tentang anaknya yang lagi duduk di salah satu kursi sudah lelah sekali kelihatannya. Aku tertawa pada Sasa yang juga lagi melirik karena namanya disebut-sebut.

“Mama, aku udah capek. Jangan bikin aku pengen ngoceh.” Gadis itu menggerutu kesal dengan nada lemas tapi sinis.

“Kamu nggak ngapa-ngapain capek kenapa si Sa?” Tante Mayang ketawa. “Baru puasa semingguan.”

“Mama jangan julid, batal loh. Andah, udah sini duduk nemenin aku bentar lagi buka. Ma, jangan perbudak temanku. Dia anaknya emang sok sibukin diri biar nggak bengong.”

“Wah, produktif banget enggak kayak Sasa,” celetuk Tante Mayang.

“Aku juga produktif kok, ngurangin beban hidup Mama dengan kalem begini.”

“Iya aja dah, daripada bawel ngomong mulu. Nanti Andah duduk aja sepuluh menit lagi, ntar Tante buatin es teh atau campur?”

Aku nyengir. “Es teh aja dulu Tante. Oh ya, besok boleh nggak aku nggak ke sini dulu?”

“Ya boleh, emang kenapa pake izin?” Tante Mayang menatap penasaran dengan alisnya menukik.

“Takutnya dicariin. Aku besok mau dateng ke acara temenku.”

“Iya, ajak Sasa juga boleh tuh. Kasian dia kayak tulang lunak pas bulan puasa, padahal biasanya udah kayak bebek bertelur berisik banget.”

"Ma, jangan mancing keributan!" seru Sasa.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 17:30 ya sekitar beberapa belas menit lagi nyaris waktunya untuk berbuka puasa. Di area dapur sedang sibuk-sibuknya para pemasak mempersiapkan makanan. Biasanya kalau hari biasa, para pelayan bertugas hanya mengantarkan. Di bulan seramai pengunjung ini, para pelayan turun ke dapur. Untuk yang bertugas mengantarkan adalah Tante Mayang, Sasa, dan sekarang ditambah aku.

Usai menyelesaikan tugas mengantarkan minuman duluan ke pada para pengunjung, aku baru bisa duduk bersama Sasa di salah satu meja. Kami sedang menantikan Adzan bersama-sama.

“Mau ke mana emangnya besok pake izin segala udah sama ke Bos?” tanya Sasa sambil menyandarkan kepala ke tembok.

“Diajakin Yudha buka bersama keluarganya. Ikut yuk?” Ajakku membuat cewek itu membulatkan matanya.

“Hah, gila aja ngikut. Kalian ini apaan sih? Seriusan sama keluarganya?” Sasa menganga tapi ekspresinya lumayan heboh bicara bernada tinggi penuh semangat. “Kamu mau dateng?”

Aku mengangguk. “Emang kenapa masalah ya?”

“Kemarin kamu nolak ajakan Tante Emma, eh Nyokapnya Fando bener ya?” Sasa menatapku tak percaya.

MenepiWhere stories live. Discover now