ELGARA | 28

201K 23.7K 2K
                                    

Happy Reading

~~~

Elgar dengan raut wajah masih memerah menahan marah berjongkok di hadapan Mahesa.

Mata Elgar menatap mata Mahesa tajam.

"LO LIAT AJA NANTI, URUSAN KITA BELUM SELESAI!"

Elgar menunjuk wajah Mahesa memperingati, sebelum cowok itu keluar dari sana.

Elgar memperhatikan suasana sekitar. Mencari keberadaan Ara ditengah keramaian dan kebisingan dengan pencahayaan minim di dalam Bar.

Tidak ada, Ara tidak ada lagi di tempat ini.

"Arkkhhhh"

Elgar mengacak-acak rambutnya kasar.

Tanpa mengulur waktu, Elgar  berlari keluar dari Bar tersebut.

Jantung Elgar berdetak tidak karuan. Tangan cowok itu bahkan gemetaran. Khawatir, sungguh, Elgar takut terjadi apa-apa dengan Ara.

Elgar bahkan mengingat bagaimana raut pasrah cewek itu saat dirinya mendobrak pintu kamar barusan.

"Ara, kamu dimana?"

Elgar bejalan menyusuri trotoar dengan jalanan yang cukup ramai malam ini. Banyak kendaraan berlalu lalang tentunya.

Hingga pandangan Elgar tidak sengaja terarih pada seorang cewek yang Elgar yakini adalah Ara. Cewek yang sedang berlari menangis ketakutan seperti orang gila dan tidak tau Arah di ujung sana.

Dari kejauhan cewek itu bahkan terlihat sedang memukul kepalanya sendiri dengan sangat emosi.

"Ara"

Elgar berteriak. Kaki panjangnya dengan cepat berlari mengejar Ara. Benar, dia Ara.

Menyadari hal itu, Ara semakin mempercepat langkahanya. Cewek itu berlari tergesa-gesa tanpa memperhatikan jalanan.

"Ara tunggu aku Ara."

Sadar tidak sadar, barusan Elgar berbicara menggunakan kata 'aku.

Ara tidak peduli. Dia masih berlari ingin menjauh sejauh mungkin dari siapapun laki-laki yang ada di dunia ini.

Ara berlari seperti orang linglung. Tidak tentu arah. Untung, Elgar bisa dengan cepat mengejar Ara, jarak mereka sudah sangat dekat dengan Ara yang hendak menyebrangi jalanan. Namun....

"Ara awasssssss"

Elgar dengan cepat menarik tangan Ara, memeluk cewek itu sampai tubuh mereka terhempas ke pinggir trotoar.

"Arkhhhhh."

Elgar meringis saat tangannya tergores karena mencium pinggir aspal. Tapi Elgar sama sekali tidak peduli. Yang terpenting bagi Elgar saat ini adalah Ara. Ara tidak apa-apa.

Elgar bergegas duduk dengan nafas yang masih ngosngosan.

"Ara, kamu ngga papa kan?"

"Nggak ada yang luka kan?"

"Nggak ada yang sakit kan?"

Ara tidak menjawab, mata Ara hanya menatap Elgar sesaat kemudian kaki Ara menendang Elgar kuat.

"Arkkkhhhhh."

Ara kembali berdiiri, kemudian berlari. Menjauh dari Elgar.

"Ara, kamu mau kemana?"

Elgar bangkit kemudian kembali mengejar Ara.

Tampang Ara saat ini benar-benar terlihat lusuh dan sudah acak-acakan. Rambutnya sudah tidak lagi rapi karena disepanjang jalan ia tarik-tarik sendiri seperti orang gila.

Ara berlari seperti orang kehilangan akal. Dia sama sekali tidak peduli dengan apapun. Ara tidak peduli dengan orang-orang yang memperhatikan dirinya.

Ara frustasi. Semuanya melelahkan. Semuanya menyakitkan. Hingga kini, Ara sudah berhenti, berdiri di pinggir jembatan.

"Ara please jangan kaya gini."

Elgar berusaha mendekat.

"Stop, El stop. Jangan kesini!"

Bunyi riuh kendaraan yang cukup padat malam ini memenuhi indra pendengaran Elgar maupun Ara.

"Ara, kamu mau ngapain?"

"EL AKU BILANG JANGAN MENDEKAT YA JANGAN MENDEKAT EL!"

Ara meninggikan suaranya karena kesal.

Elgar menggeleng. Masih mencoba melangkah sedikit demi sedikit.

"Ara, jangan. Jangan lakuin itu."

"El, kamu ingat kan apa yang waktu itu kamu bilang sama Ara? kamu muak kan El liat muka Ara terus?kamu mau Ara mati kan? kamu nyesel kan kenapa harus Ara yang hidup? kenapa nggak Ara aja sama Bunda yang mati? Kamu ingat kan kamu pernah bilang itu ke Ara?"

Elgar menggeleng. Tanpa sadar, setetes air mata jatuh begitu saja dari kelopak mata Elgar saat mendengar apa yang baru saja Ara ucapkan.

Bayangan kedekatan mereka dari kecil hingga remaja yang begitu lengket seperti gula dan semut teringat dengan jelas di ingatan Elgar.

"El, Ara tau, sekalipun Ara mati. Ara ngga bakal bisa balikin Mama, Papa sama Ghia ke sisi kamu."

"Tapi setidaknya, kamu bisa hidup tenang tanpa Ara. Setidaknya kamu puas liat Ara udah ngga ada."

"El, dari dulu Ara uda coba buat bertahan di kesendirian. Ara udah coba buat sabar, karena Ara yakin, kebahagiaan itu pasti bakal berpihak pada Ara. Ara selalu meyakinkan diri Ara sendiri kalo suatu saat kamu bakal maafin Ara."

"Ara selalu berharap kita bisa sahabatan lagi kaya dulu. Tapi kayanya memang udah ngga bisa karena kamu benar-benar benci Ara sampe kamu sendiri bahkan muak liat muka Ara El."

"Dan sekarang, sekarang Ara nyerah El. Ara nyerah, Ara ngga kuat lagi bertahan kaya gini."

"Ara cape El. Ara cape hidup sendiri. Ara cape ngerasaian ketakutan sampe ngga bisa tidur setiap malam. Ara cape pura-pura kuat padahal kenyataannya hidup yang Ara jalani begitu menyakitkan. Ara cape, ngerasa hidup seakan ngga ada gunanya lagi."

"Semua yang Ara lakuin ngga pernah berjalan sesuai harapan. Ara udah ngelakuin yang terbaik, tapi kebahagiaan masih ngga pernah berpihak pada Ara."

"Ara cape sendiri El. Ara ngga punya siapa-siapa lagi. Ara udah kehilangan semuanya, termasuk kamu. Ngga ada lagi yang mau dengerin Ara, ngga ada lagi yang mau sama Ara. Semua orang benci Ara. Padahal Ara ngga pernah buat salah apa-apa sama mereka."

Ara terisak, cewek itu menarik nafas dalam-dalam. Memukul dadanya yang terasa sesak.

"El, Ara ngga bakal nyalahin siapapun. Karena Ara tau, ini bukan salah kalian, tapi kebahagiaan itu sendiri yang nggak berpihak sama Ara."

"Tapi El, Ara cuma mau satu, sebelum Ara pergi, maafin Ara ya El. Maafin Ara yang udah buat hidup kamu menderita. Maafin Ara yang udah renggut kebahagiaan kamu. Ara mohon maafin Ara El dan biarin Ara pergi dengan tenang. Jangan dendam lagi ya sama Ara."

Ara menangis, kepalanya benar-benar terasa pusing.

"Engga Ara. Enggak."

Elgar melangkah selangkah. Bibir Elgar benar-benar terasa kelu tidak tau harus berkata apa lagi.

"Jangan El, jangan mendekat! Kenapa kamu nangis? kenapa El? Ini kan yang kamu mau? Kamu mau Ara pergi dari hidup kamu, selamanya kan?"

"Hari ini Ara bakal kabulin permintaan itu El. Baik-baik ya di sini. Bahagia ya El tanpa Ara."

"Ara mau ketemu sama Ayah sama Bunda. Ara mau kumpul dan bahagia sama mereka. Mereka udah nunggu Ara disana."

"Selamat tinggal El."

"ARAAAAAAAAAA"

TBC

Gimana part ini?

Elgara (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang