ELGARA | 40

201K 23K 2.4K
                                    

"Mungkin hanya aku yang paham. Perihal bagaimana rasanya hidup di keramaian namun tetap merasa sendirian."

-Kyara Agatha Prananda

~~~

"Ara ngga gila kok. Dia ngga gila. Ara masih sadar, dia masih sadar sama apa yang terjadi di hidupnya yang sangat-sangat menyedihkan."

"Ara masih tau sama diri dia sendiri. Dia masih tau sama orang tuanya, teman-teman bejatnya, apalagi sahabat ngga ada otaknya!" tekan Alka sengaja.

"Tiap hari gue selalu ngajak Ara cerita, gue selalu ngajak dia ngomong, gue selalu berusaha jadi pendengar yang baik buat dia biar dia tenang."

"Dan lo tau, disaat kaya gini, Ara bahkan masih mikirin lo. Sumpah ya, dia masih mikirin lo yang udah tega ninggalin dia dan berjuang ngelawan rasa takutnya sendiri selama ini."

"Tiap hari dia nanyain lo ke gue. Setiap saat dia ngga behenti nanyain kabar lo, nanyain lo udah makan apa belum, nanyain sekolah lo gimana? mastiin lo ngga sakit dan baik-baik aja, pokoknya apapun tentang lo, Ara ngga berhenti bahas itu semua."

"Saat diri dia sendiri butuh diperhatiin, tapi dia justru masih mikirin cowo brengsek yang udah memperburuk keadaan dia."

Mata Elgar masih menatap Ara dengan pipi yang sudah dibanjiri oleh air mata. Sementara telinga Elgar masih fokus mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Alka.

Dada Elgar sesak setiap mendengar kata yang keluar dari mulut Alka.

Ara, Elgar sudah menyakiti Ara sedalam itu.

"Lo bilang Ara ngga gila, tapi kenapa Ara harus tinggal disini Al? Kenapa lo tega banget ninggalin dia disini?"

Elgar menoleh meminta penjelasan pada Alka.

"Iya, Ara memang ngga gila. Dia ngga gila El. Tapi tetap aja Ara butuh pengobatan. Dia butuh perawatan El. Ara itu butuh motivasi, dia harus tenang, Ara ngga boleh banyak beban fikiran."

"Kalo ngga disini, yang ada Ara bener-bener bisa berbuat nekat kapan aja karena ngga bisa ngontrol diri."

"Disini, ada suster yang bakal selalu ngerawat Ara, jagain dia, dan berusaha ngehibur dia, ngilangin fikiran-fikiran negatif yang ada di kepalanya."

"Selama ini Ara butuh itu. Tapi dia ngga dapetin itu semua dari orang-orang terdekat dia."

"Ara punya sahabat, dia punya Bianca, dia punya lo, dia punya pacar Mahesa, dia punya gue dan Ervan yang juga temannya. Tapi ngga ada satupun dari kita yang tau keadaan Ara sampe dia cuma bisa nahan semuanya sendiri."

"Tapi disini tempat orang gila Al. Ara ngga gila, gue bakal bawa dia pulang! Gue bakal rawat Ara. Gue bakal jagain dia."

Kaki panjang Elgar melangkah menghampiri Ara tergesa-gesa. Bibir Elgar bergetar, sedari tadi Elgar sama sekali tidak mampu menahan tangisnya.

"Maaf Ra. Maaf, maafin aku Ra."

Tangan panjang Elar memeluk tubuh Ara dari belakang secara tiba-tiba. Kepala Elgar ia tenggelamkan di ceruk leher Ara. Elgar menangis, menghirup aroma tubuh Ara dalam-dalam.

Aroma gadis yang benar-benar ia rindukan.

Ara tediam, namun tidak berani menoleh ke arah belakang. Tangan Ara ikut memegang tangan Elgar yang sudah melingkar di bahunya.

Suara itu, Ara mengenalnya. Isakan itu, Ara juga sangat hafal dengan isakan yang saat ini dia dengar. Elgar, dia Elgar?

El, ini kamu kan?

Elgara (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang