ELGARA | 53

160K 15.6K 3.6K
                                    

Happy Reading

~~~

"Bi, please jangan lakuin ini ke gue Bi."

Ara tidak berhenti memohon pada Bianca. Cewek itu benar-benar putus asa. Demi apapun, Ara rela dipukul atau dibunuh sekalipun saat ini juga, asal jangan diperkosa oleh Mahesa. Demi Tuhan Ara sama sekali tidak rela jika Mahesa benar-benar melakukan itu semua.

Dan jika hal itu sampai terjadi, mungkin inilah kali pertama bagi Ara tidak akan pernah memaafkan manusia seumur hidupnya.

"Hai sahabat tesayang," sapa Bianca songong.

"Mau minta tolong ya? Hm. Gimana ya?"

"Please Bi." Ara masih menggeleng menatap Bianca penuh harap dengan air mata yang tidak berhenti menetes.

"Kali ini aja Bi. Gue mohon."

"Ntar, gue fikir dulu."

"Bi, kenapa sih sekarang jadi gini? Padahal baru aja kemaren lo minta maaf sama gue."

Bianca tertawa ngakak.

"Hahha soal kemaren ya? Lupa gue. Tapi kemaren jelas boong lah. Ya kali gue beneran minta maaf sama lo. Ngga sudi!" seru Bianca memutar bola matanya malas.

Ara menunduk sesaat, kemudian kembali mendongak.

"Bi, coba lo ingat lagi kenangan apa yang udah kita laluin. Dulu, lo sayang banget sama gue, lo peduli sama gue, lo yang selalu ada saat gue butuh Bi. Lo yang selalu jagain gue. Lo satu-satunya sahabat gue kecuali El yang emang udah sama-sama gue dari kecil."

"Please, gue ngga pernah maksa dan minta lo balik kaya dulu ke gue."

"Gue ngga masalah lo ninggalin gue. Tapi jangan, jangan lakuin ini. Izinin gue hidup tenang, sekaliii aja Bi."

"Gue tau lo baik. Lo orang baik yang cuma dibutakan karena obsesi. Please Bi."

Bukannya kasihan melihat Ara memohon dengan raut wajah putus asanya, Bianca justru tertawa senang. Cewek itu semakin menatap Ara remeh, songong, sembari melipat kedua tangannya di dada.

Senang, Bianca justru sangat senang melihat Ara di titik terendah seperti ini. Dan inilah yang Bianca inginkan. Melihat Ara mengemis, dan memohon pada dirinya.

"Ngga usah kebanyakan drama ya cantik. Gue cape, cape banget sama semua drama lo dari dulu. Ngga usah pura-pura lemah buat dapetin perhatian orang lain bisa?"

"Gue sama sekali ngga pernah pura-pura. Asli, gue ketakutan Bi." Ara menoleh pada Mahesa. "Padahal, disini ada orang yang tau penyakit gue apa. Dia bahkan nemenin gue ke psikiater waktu itu. Tapi dia justru seolah tutup mata dan pura-pura ngga tau apa-apa."

"Haha. Terus menurut lo gue peduli gitu?"

"Gue harus ngelakuin apa sih Bi biar lo ngga benci gue lagi? Sekarang lo bahkan udah dapetin Mahesa, terus apa lagi yang bikin lo ngga suka dan marah sama gue?"

"Hm. Ngga ada si, tapi udah terlanjur benci aja sama lo. Suka caper, baperan. Ngga tau deh intinya gue dendam sama lo. Kalo lo mau maaf dari gue, mending lo cium dulu deh kaki gue sekarang!"

Ara memejamkan matanya sambil menghembuskan nafas pasrah diiringi oleh air mata yang tidak berhenti menetes.

"Oke, gue bakal cium kaki lo. Tapi tolong, suruh Mahesa jauh-jauh dulu dari gue. Gue takut Bi."

"Waw. Oke, lo awas Sa."

"Yaelah gagal lagi anjir!!!"

Mahesa bangkit dari ranjang. Sementara Ara masih memperhatikan gerak gerik Mahesa ketakutan. Memastikan cowok itu benar-benar menjauh dari dirinya.

Elgara (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang