• T w a a l f •

765 145 27
                                    

Brak!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Brak!

Netra nyalangnya menelisik penjuru kelas. Tak peduli kelas yang tengah ia datangi ini adalah kelas seniornya. Api amarah telah menguasai diri gadis itu, hingga tata krama sudah tak lagi ia pikirkan.

"Dimana Jennie?!" tanyanya dengan suara tinggi.

Sang pemilik nama yang baru memasuki kelas, lantas berdiri di hadapannya seraya bersedekap. Keduanya saling melempar tatapan tajam, seakan sebentar lagi akan ada perang antara kedua gadis itu.

"Kau siapa? Tak bisakah lebih sopan sedikit? Atau kau memang tidak memiliki sopan santun?" sarkas Jennie dingin.

Gadis itu tertawa renyah. "Tak usah membicarakan tentang sopan santun, kau pikir kau sudah lebih baik dariku, Jennie Kim?"

"Apa maksudmu?" Seolah tak mengerti, dahinya ia kerutkan. Jangan lupakan wajah bingungnya.

"Huh! Jangan berlagak bodoh. Kau tahu? Aku adalah kakak dari gadis yang kau rundung beberapa waktu lalu, dan dengan tak tahu malunya, kau justru menuduh orang lain!" ungkap gadis itu yang menghadirkan desas-desus dari para siswa dan siswi di kelas Jennie.

Benar. Gadis itu adalah Jihyo. Setelah mengetahui jika Jennie adalah pelaku sebenarnya, Jihyo tak dapat menahan gejolak amarah dalam hatinya. Kebencian menyeruak, ada rasa ingin menghabisi gadis yang lebih tua satu tahun darinya ini.

Dengan kasar, Jihyo tarik tangan Jennie keluar dari kelas. Ia hempas tangan Jennie tanpa belas kasihan, masih disertai tatapan nyalang yang seakan siap ingin memangsa Jennie. Perlakuannya mengundang atensi siswa dan siswi yang berlalu lalang di sekitar kelas Jennie. Biarkan saja, biar mereka semua tahu jika gadis yang tersungkur di lantai ini adalah gadis bejat.

"Orang sepertimu harus dihukum!" sentak Jihyo.

Kini, keduanya sudah menjadi bahan tontonan. Bisikan demi bisikan terdengar. Bahkan yang tadinya ingin ke toilet justru mengurungkan niatnya, seakan kejadian ini sangat sayang untuk dilewatkan. Ada pula yang dengan tidak sopannya merekam kejadian ini, dan mungkin setelahnya akan disebar ke media massa.

Tangan Jihyo terangkat, berniat memukul Jennie. Namun niatnya urung kala mendengar seseorang memanggil namanya. Derap kaki terdengar mendekat kearah keduanya.

"Hentikan, Jihyo!"

Jihyo berbalik, hingga kini tubuhnya menghadap seseorang yang sudah menghentikan aksinya. Tatapan dengan makna berbeda itu bertubrukan.

"Aku yakin ingatanmu masih kuat, kenapa kau ingkar?" Ia bertanya pelan seraya menatap dalam netra bulat Jihyo.

Jihyo tak menjawab, lantas mengabaikan Rosé dan kembali menghadap Jennie. Kini tangannya terulur mencengkeram kedua pipi Jennie dengan kasar, kemudian menyuruhnya berdiri. Jennie sedikit meringis kala cengkeraman itu semakin menguat, membuat pipinya terasa ngilu.

Redeem Mistake ✓Where stories live. Discover now