• V i j f t i e n •

750 144 15
                                    

Sekitarnya tampak buram dan gelap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sekitarnya tampak buram dan gelap. Netranya sulit menyesuaikan pandangan. Dengan sekuat tenaga, ia perjelas penglihatannya. Dan ia baru menyadari, jika yang sedang ia lihat adalah sebuah ruangan di gedung tua.

Kemudian, atensinya teralihkan pada suara teriakan seseorang. Disusul dengan pertengkaran.

"Diam! Aku sudah memperingatkan kalian! Jika kalian melanggar sekali lagi, anak kalian yang akan menerima akibatnya!" sentak salah satu wanita yang berada di sana.

"Kak! Aku masih tidak mengerti kenapa kau begitu membenciku! Apa salahku sebenarnya? Jika kau ingin menghancurkan ku, tolong jangan seret anak-anakku, mereka tidak tahu apa-apa!"

Wanita itu berdecih pelan. Lantas tertawa sinis dan melangkah mendekati sang adik.

"Adikku sayang, kesalahanmu ada pada kebahagiaanmu. Hidupmu terlalu sempurna, dan kau selalu menjadi kesayangan keluarga. Sedangkan aku? Semua orang membenciku dan selalu membandingkan aku denganmu! Ketahuilah bahwa aku sangat membencimu!" sergah wanita itu penuh emosi.

"Dan kau!" tunjuknya pada suami dari sang adik.

"Aku masih ingat bagaimana kau mencampakkan aku demi dia! Bagaimana kau membuatku dibenci banyak orang, dan bagaimana kau mempermalukan aku!" cecarnya murka.

Wanita itu tampak seperti orang gila yang terus meracau tidak jelas. Wanita itu berteriak dan menjerit menyalahkan mereka semua.

"Bajingan ini! Dia dengan tingkahnya yang berlagak tak bersalah, dia ingin membunuh anakku. Ah tidak, anak kami. Dia harus musnah!" Telunjuknya terarah pada sesosok pria yang duduk terikat di pojok ruangan.

Ain nyalangnya tertuju pada pria itu. Kemudian, tangannya tergerak mengambil sebuah pisau dapur yang ia taruh di balik kemeja yang ia kenakan.

"Apa yang ingin kau lakukan, Kak?" tanya sang adik yang mencoba untuk tetap tenang.

"Apakah adikku ini takut, hm? Tenanglah, aku tidak akan melukaimu, adikku. Aku hanya ...."

"Hanya apa?! Kau ingin apa, Soo-ah?! Iya aku tahu, aku banyak melakukan kesalahan padamu, aku telah melukai hatimu. Tapi Hana tidak ada kaitannya dengan ini, kebahagiaan Hana adalah haknya!"

Ucapan pria yang menjabat sebagai suami dari Hana lantas membuat amarah Soo-ah semakin memuncak. Hingga pisau dapur di tangannya mengayun ringan mengukir goresan yang cukup dalam di lengan suami sang adik.

"Arghh!" Rintihan kesakitan itu membuat Soo-ah tertawa kecil.

"Hak-Kun! Kak, kau benar-benar sudah gila! Sebenarnya apa mau mu, hah?!"

"Aku ingin kau menderita, Hana!"

Soo-ah menarik tangan Hana dengan paksa mendekati pria yang sejak tadi hanya diam di pojok ruangan. Tatapan ketakutan menyambut Hana, sedang Hana tak tahu harus apa.

Bibir Soo-ah mendekat pada rungu Hana, lantas membisik, "Bunuh dia, Hana."

Hana sontak membelalakkan matanya. Apa-apaan?

"Dasar gila! Aku tidak mau! Lepaskan aku! Jauhkan pisau itu dari tanganku!"

Soo-ah tak menggubris Hana. Wanita itu terus memaksa Hana untuk menggenggam pisau dapur yang ia bawa dan mengarahkannya pada pria tadi.

"Kak! Lepaskan, aku bilang lepaskan! Aku bukan pembunuh sepertimu, dasar brengsek!"

"BUNUH DIA, HANA!"

"A-akh!" ringisnya tertahan seraya memegang erat kepala yang terasa berdenyut itu.

"Hei, apa kepalamu sakit?" tanya seseorang yang duduk di sampingnya.

"I-iya, Paman. Kepalaku sakit sekali, teriakan-teriakan itu terdengar nyata," jawabnya lirih.

"Sudah Paman bilang, jangan memaksakan dirimu. Itu bisa berakibat fatal, Sénna."

"Tapi hanya dengan cara ini, aku bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Ibu, Ayah, dan Tuan Kim."

-ˋˏ ༻ ♚ ༺ ˎˊ-

Rosé mengernyit bingung mendengar apa yang Lisa katakan. Apa katanya? Ia memiliki saudara kembar? Yang benar saja. Selama hidupnya di dunia, tak pernah sekalipun bertemu dengan orang yang memiliki wajah mirip dengannya. Lalu bagaimana ceritanya ia memiliki saudara kembar? Ada-ada saja sahabatnya ini, begitu pikirnya.

"Tapi jika itu bukan kau, lalu siapa? Aku melihat dengan jelas, Rosé. Wajahnya sangat-sangat mirip denganmu, hanya saja warna rambutnya berbeda," tukas Lisa masih memikirkan gadis yang ia lihat di restoran bersama Haruto tempo hari.

"Aku juga tidak tahu, mungkin hanya kebetulan?" terka Rosé sedikit ragu.

Ia juga bingung sekaligus penasaran dengan seseorang yang dilihat Lisa dan Haruto kala itu. Mengapa bisa wajahnya sangat mirip dengannya?

Tapi ... mengingat kenyataan bahwa Rosé bukanlah anak kandung dari Nyonya Kim, apa yang Lisa katakan itu bisa saja terjadi. Kehadiran orangtua kandungnya saja ia tak tahu, lalu bagaimana dengan saudara? Entahlah, semua itu mungkin saja benar. Dan mungkin, yang dilihat Lisa adalah saudaranya? Lebih tepatnya saudara kembarnya. Tidak ada yang tahu, kan?

"Sudahlah, lupakan saja. Mungkin memang hanya kebetulan wajahnya mirip denganmu." Rosé mengangguk setuju, meski dalam benaknya penuh pertanyaan dan rasa penasaran akan sosok itu.

Bagus, seorang Lisa sudah berhasil membuatnya menjadi overthinking.

Ngomong-ngomong, mereka sedang berada di Sungai Han. Cuaca hari ini cukup mendukung, hingga mereka memutuskan untuk singgah di sana sekadar menghirup udara segar setelah melaksanakan ulangan matematika yang cukup memuakkan.

"Iya, Paman. Aku tidak akan lama, kok. Hanya ingin mencari udara segar, setelah itu aku akan segera pulang."

"Iya, tenang saja."

Bruk!

Tubuh Rosé tak sengaja menubruk seorang gadis yang sedang sibuk berbicara lewat telepon genggam. Segelas frappuccino dingin milik gadis itu tumpah membasahi pakaian keduanya.

"Ah! Maafkan aku! Kau tidak apa-apa? Eum, aku akan mengganti minuman mu, ya? Tolong ma—"

Lisannya terbungkam. Begitu juga dengan gadis yang tak sengaja bertubrukan dengannya. Tak ayal, Lisa pun membeku karena terkejut dengan yang ia lihat sekarang ini.

"K-kau ...."

Rosé benar-benar tak kuasa mengeluarkan sepatah kata pun dari bibir ranumnya. Ia merasa seperti sedang bermimpi. Bahkan ia tak menghiraukan pakaiannya yang basah karena terkena tumpahan frappuccino milik gadis itu.

Sedang gadis itu tiba-tiba tersenyum tipis di tengah keterkejutannya.

"Setelah sekian lama, akhirnya kita bertemu ... Rosé."

•-•

Hai! Apa kabar semua? Semoga puasanya lancar ya bagi yang puasa.
Btw, ngawur ga sih ini? Sebenernya Yumi agak ragu sama part ini, kayak ... out of the box gitu 😭
Tapi, semoga kalian suka ya sama part ini dan seterusnya.

Seperti biasa, see you in next part!

Redeem Mistake ✓Where stories live. Discover now