• T w e ë n t w i n t i g •

1.6K 130 18
                                    

Jennie dan Sénna terdiam di samping ranjang Rosé

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jennie dan Sénna terdiam di samping ranjang Rosé. Untuk saat ini, dokter hanya mengizinkan dua orang untuk masuk ke dalam ruangan Rosé. Sebenarnya, Nyonya Kim yang akan masuk ke dalam bersama Jennie, namun Nyonya Kim mengerti jika Sénna juga sangat ingin masuk karena gadis itu adalah saudara kembar Rosé. Jadilah Nyonya Kim membiarkan Sénna yang masuk terlebih dahulu, sementara ia menunggu setelah mereka keluar.

Netra sendu milik Sénna menatap nanar kakak kembarnya yang terbaring lemah di atas ranjang pesakitan. Tangan ringkihnya ia genggam, seakan menyalurkan kekuatan agar kakaknya segera bangun dari tidur nyenyaknya.

"Jennie, kau tahu tidak, siapa sebenarnya yang membunuh ayahmu?"

"Orang itu adalah aku. Bukan hanya dia, tapi ayahmu juga, Rosé."

"Memang, sih, bukan aku yang memegang pisaunya, tapi Ibumu. Namun aku yang mengarahkannya agar seolah-olah Ibumu lah yang membunuh mereka."

"Kau! Dasar iblis!"

"Ayahmu itu pantas mendapatkannya, karena dia sudah menodaiku."

"Oh iya, Rosé. Apa kau ingin bertemu dengan Ayahmu?"

"Aku yakin kau ingin. Maka kubantu kau menyusul dia."

Bruk!

Bruk!

Bruk!

"A-akh!"

Tangan Sénna yang tadinya menggenggam tangan Rosé sontak terlepas dan berpindah pada kepalanya. Ia memegang kepalanya yang berdenyut nyeri, sementara tangan yang satunya bertumpu pada ranjang Rosé guna menopang dirinya sendiri agar tidak jatuh.

Kilas balik itu kembali ia lihat. Bagaimana Rosé terjatuh di tangga taman, ia melihat semua itu. Dan seakan merasakan apa Rosé rasakan saat jatuh kala itu, kepalanya terasa sangat sakit.

"Sénna? Sénna, kau baik-baik saja?" tanya Jennie dengan suaranya yang serak sehabis menangis.

"A-aku ... aku baik-baik saja, tak apa," jawab Sénna lemas.

"Kau yakin?" Sénna hanya mengangguk pelan sebagai jawaban, sedang Jennie dengan rasa tak percayanya memilih kembali mendekati Rosé.

"Rosie ... cepat bangun, ya? Banyak yang menunggumu di sini. Aku janji, setelah kau bangun, kita akan berburu kuliner ke Myeongdong. Tempat yang kau inginkan," ucapnya pelan.

Labiumnya mengecup dahi Rosé cukup lama, sementara tangannya mengusap surai blonde Rosé penuh sayang. Ia menyesal karena bertindak tanpa berpikir lebih jauh. 3 tahun ia lewati dengan rasa benci yang tak jelas kebenarannya. Ia merutuki dirinya yang bodoh karena mudah diperdaya oleh Soo-ah.

Sénna hanya menatap Jennie yang tampak begitu menyayangi Rosé. Ia senang, setidaknya sekarang semakin banyak orang yang menyayangi kakak kembarnya itu.

Redeem Mistake ✓Where stories live. Discover now