• V e e r t i e n •

768 139 21
                                    

Jennie melangkah santai membelah setiap koridor yang ia lewati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jennie melangkah santai membelah setiap koridor yang ia lewati. Siswa-siswi yang melihat Jennie tentu terkejut, karena Jennie jarang sekali melewati koridor kelas 11. Benar, kini Jennie berada di koridor kelas 11. Tak ada yang tahu apa tujuannya datang ke sana, semoga saja tidak ada hal buruk.

Netra Jennie menemukan kelas yang sedari tadi ia cari. Dan sepertinya, Dewi Fortuna sedang berpihak padanya. Kelas itu kosong hingga mempermudah dirinya untuk melakukan sesuatu yang telah ia rencanakan beberapa hari lalu.

Ia merogoh saku bajunya dan mengambil secarik kertas yang sudah ia siapkan, kemudian menaruh kertas itu di atas meja yang berada di barisan kedua bagian depan. Setelahnya, ia segera keluar dari kelas, sebelum ada orang yang menyadari kehadirannya.

Tak berselang lama dari itu, Jihyo dan teman sekelasnya masuk ke dalam kelas. Ya, kelas itu adalah kelas Jihyo dan kawan-kawannya. Baru ingin duduk, manik matanya melihat secarik kertas di atas mejanya. Dengan penasaran, ia buka kertas itu dan membaca isi yang tertulis di dalamnya.

'Adikmu berada di dalam gudang, sepertinya dia akan kembali dirundung. Cepat susul dia, sebelum terjadi sesuatu yang buruk.'

Begitulah kira-kira isi kertasnya. Terlampau panik, tungkainya langsung berlari ke gudang. Takut-takut jika terjadi sesuatu lagi kepada adiknya. Tidak akan ia biarkan Tzuyu merasakan hal yang sama untuk kedua kalinya.

Tzuyu memang sudah mulai kembali bersekolah seperti biasa. Dan tentu apa yang tertulis di kertas itu membuat Jihyo amat panik, karena adiknya baru saja kembali bersekolah. Terlebih, hari ini adalah hari pertama.

Dengan langkah secepat kilat dan perasaan yang kalut, ia pergi ke gudang yang dimaksud si penulis kertas itu. Netranya menelisik kesana-kemari, mencari sang adik yang katanya berada di sana. Namun nihil. Ia sudah memanggil nama Tzuyu berkali-kali dan tak mendapat balasan apapun. Ia semakin khawatir terjadi sesuatu pada adiknya.

Tak ada hasil, ia memilih keluar dari gudang. Namun netranya dengan jelas melihat jika pintu gudang tertutup rapat. Segera ia berlari dan berusaha membuka pintu itu sekuat tenaga. Percuma, hasilnya tetap sama. Pintunya terkunci dari luar.

Sial, ia dijebak!

"Hei! Aku tahu kau di luar! Buka pintunya! Apa maksudmu, hah?!" teriak Jihyo, sementara tangannya sibuk menggedor pintu itu.

Di luar sana, tepat di hadapan pintu gudang. Jennie tersenyum kemenangan seraya menatap kunci gudang yang berada di genggamannya.

"Kita lihat siapa yang akan membantumu, Jihyo. Itu akibatnya karena telah mempermalukan ku waktu itu," monolognya yang kemudian melangkah menjauhi gudang, membiarkan Jihyo terus berteriak meminta agar dibukakan pintu.

Ingat saat Jihyo mendatangi Jennie ke kelas setelah gadis itu tahu siapa yang merundung adiknya? Itulah alasan Jennie mengurung Jihyo di dalam gudang. Ia ingin membalas perbuatan Jihyo yang membuatnya menjadi bahan tontonan siswa siswi kala itu.

"Jennie!" panggil Yerin tak jauh dari gudang.

Jennie menghentikan langkahnya, kemudian menatap Yerin yang sejak tadi tak menampakkan batang hidungnya.

"Sedang apa kau di sini?" tanya Yerin.

"Melakukan sesuatu. Kau sendiri?" Yerin gelagapan. Ia tampak bingung ingin menjawab apa pada Jennie.

"Eumm, a-aku ... aku mencarimu, iya mencarimu. Dan ternyata kau di sini, jadi aku menghampirimu," jawab Yerin gugup.

Netra Jennie menyipit curiga. Ia lantas berkata, "Yerin, aku tidak tahu apa yang terjadi padamu. Tapi jika boleh jujur, akhir-akhir ini kau terlihat aneh."

Yerin tertegun, sementara Jennie melenggang pergi meninggalkan dirinya di dekat gudang. Jennie sendiri tak mengerti dengan sikap Yerin belakangan ini. Gadis itu sering sekali menghilang tanpa kabar, kemudian tiba-tiba datang seakan tak terjadi apa-apa. Lalu ketika ditanya, Yerin justru terlihat gugup.

-ˋˏ ༻ ♚ ༺ ˎˊ-

Nyonya Kim membawa nampan berisi dua gelas jus jeruk yang baru saja ia buat ke ruang tamu. Di sana, terdapat sahabatnya yang duduk menunggu di sofa. Sahabat yang sudah lama tak bercengkrama.

"Sudah berapa lama ya kita tidak bertemu? Kau sibuk sekali sampai tidak ada waktu untuk berkunjung," ucap Nyonya Kim membuka percakapan.

"Kkkk, maafkan aku. Kau tahu sendiri seberapa sibuknya aku setelah bercerai dengan suamiku, kan?" Nyonya Kim mengangguk, ia paham betul bagaimana sibuknya sang sahabat saat ini. Wanita itu baru saja merintis sebuah butik dan jangan lupakan café miliknya yang kini sudah bercabang dimana-mana.

"Ah iya, kau sendiri bagaimana? Apa ada yang ku lewatkan selama beberapa bulan ini?" lanjutnya bertanya.

Nyonya Kim bergeming. Ia meminum jus jeruk yang tadi ia bawa, kemudian menatap sahabatnya dengan tatapan yang entah apa artinya.

"Gyuri, dia kembali," cicit Nyonya Kim mengalihkan atensi Gyuri.

Kini, giliran Gyuri yang terdiam. Wanita itu memikirkan siapa yang dimaksud oleh Nyonya Kim. Hingga ingatannya jatuh pada seseorang yang sejak dulu tak pernah ingin berdamai dengan Nyonya Kim. Masalah masa lalu yang terus berkobar sampai sekarang.

"Sejak kapan?"

"Entahlah, aku juga tidak tahu sejak kapan dia mulai kembali mengusik keluargaku. Tapi ... dia mendekati Jennie, Gyuri. Aku takut dia akan macam-macam, atau menghasut putriku dengan hal buruk."

Ia gelisah, takut-takut kejadian buruk akan menimpa putrinya. Sementara Gyuri tampak tengah memikirkan sesuatu yang sepertinya menyangkut Nyonya Kim. Terlihat dari tatapan wanita itu yang terus tertuju pada Nyonya Kim.

"Suhyun ... apa kau tahu, jika yang membunuh suamimu itu bukan mereka?" tanya Gyuri terdengar sedikit ragu.

Nyonya Kim menoleh dengan dahi yang ia kerutkan. Tunggu, apa? Jika bukan mereka, lalu siapa? Jelas-jelas kepolisian menemukan bukti jika merekalah pembunuh suaminya. Memang tidak banyak, tapi itu cukup membuktikan jika mereka bersalah.

"Apa maksudmu?" Nyonya Kim bertanya balik, membuat Gyuri menghela napas pelan.

"Ternyata kau belum tahu, ya?" Ia menjeda kalimatnya sebelum kembali mengucapkan sesuatu yang membuat Nyonya Kim terkejut bukan main.

"Suhyun, yang membunuh suamimu itu bukan Hana dan suaminya. Tapi Soo-ah, dia memanipulasi bukti yang ada, agar mereka menjadi tersangka."

Sedetik kemudian, Nyonya Kim rasanya sangat ingin memuntahkan sumpah serapah pada wanita yang pernah menjadi sahabatnya itu.

Ternyata dialah pelaku sebenarnya.

•-•

Hai! Guten Morgen!

Ada yang kangen? Yumi tau, mungkin kalian kecewa karena Yumi lagi-lagi menghilang tanpa kabar, udah kayak doi aja.
Mau curhat sedikit, Beberapa minggu terakhir, pikiran Yumi lagi kacau, gais. Ditambah WP error' jadi bikin mood makin turun. Nah besok juga Yumi mau ujian kelulusan, mohon doanya ya! Makanya kemarin-kemarin gabisa update, karena Yumi juga sibuk mau ujian. Habis ujian, insyaallah Yumi bakal secepatnya nyelesain ini, oke?

Seperti biasa, see you in next part!

Redeem Mistake ✓Where stories live. Discover now