Part 2

44 30 0
                                        

"Biasa, orang kampung. Kalau naik mobil pasti mabuk," Bu Yuni nampak becanda dengan maksud tujuan membuat Aris tertawa. Namun Aris memang tidak berniat tertawa hanya senyum senyum kecil diwajahnya.

"Hehehe... dikasih mobil bagus malah mabok mainnya kejauhan kayaknya bu," nampaknya Pak Tono mencona melawak. Namun sedikit pun itu terdengar tidak lucu bagi Aris. Sang sopir juga nampak tertawa kecil. Bagi mereka berdua Aris namak seperti mainan.

"Maklum Pak. Anak ini mah jarang main. Anak soleh. Sekalinya di bawa jauh ya mabuk."

"Belum terbiasa ya Dik," Pak Maman nampak bertanya. Supir itu juga nampak ingin memecah kesunyian.

Nampak Aris sudah selesai dengan mualnya. Tidak banyak yang terbuang. Namun cukup untuk mengosongkan isi perut Aris yang sedikit gemuk. Memang dari pagi Aris belum makan apapun. Hanya camilan yang di kasih Ibu Yuni yang sekarang sudah masuk kedalam kantong plastik berwarna hitam.

Perut kosong, waktu menunggu yang lama sehingga membuat pegal,menurunkan performa dan stamina tubuh. Membuat nervous karena memikirkan hal-hal yang menjadi beban Aris sebelum perlombaan. Membuat kepala dan pundak sedikit pegal. Lajur mobil yang teramat mulus sehingga menggoncangkan isi perut Aris yang kosong. Serta angin yang masuk ke tubuh mempercepat terjadinya mual. Masuk akal kan. Jadi jangan salahkan Aris yang mabuk karena anak kampung yang naik mobil mewah. Salahkan mereka yang tidak pernah menghargai waktu.

Aris nampak sudah agak baikan. Namun mual itu nampaknya masih ada. Akhirnya Ibu Yuni melakukan berbagai hal. Ini sangat bahaya. Apalagi setelah sampai Aris langsung harus bertarung dan berpikir keras. Bu Yuni mengoleskan minyak angin dan memijat Aris. Aris di suruh tidur di pangkuannya Bu Yuni. Sambil terus memijat belakang kepalanya.

Lalu Bu Yuni meminta supir untuk menutup jendela mobil. Agar Ac bisa di nyalakan. Ia berpikir mungkin Aris juga menghirup asap kendaraan dan debu yang menjadi penyebab mual. Atau kekurangan oksigen. Wajar Bu Yuni adalah guru Ipa. Ia sampai berpikir kesitu.

Kaca mobil tertutup. AC pun menyala. Selang beberapa waktu. Aris malah kedinginan. Ia malah semakin mual. Wajar, memang kondisi tubuh Aris kosong, di berikan dingin AC. Tentu saja membuat kondisi tubuh tidak nyaman.

"Bu buka aja. Malah makin mual," Pinta Aris.

"Kok aneh sih, orang mah di kasih AC malah enakan," Bu Yuni nampaknya tidak tau kalau Aris sebenarnya belum makan.

"Ya udah saya buka ya," Pak Maman akhirnya memutuskan mematikan AC.

"Dikasih Ac malah mabuk. Ya udah pake AG aja bu," saut Pak Tono nampak masih mencoba melawak.

"Angin Glebus (Hembusan angin yang kencang)," Bu Yuni menyauti.

Pak Maman dan Pak Tono nampak tertawa. Pak Tono nampak memang suka becanda. Namun dia tidak sadar Aris juga mabuk sebagian besar karena harus menunggu dia datang. Apalagi Pak Maman yang nampak ugal ugalan membawa mobil. Wajar saja, mereka memangs edang mengejar waktu.

"Susah, orang kampung di ajak maju ya gitu. Di kasih mobil bagus mabuk. Besok mah Pick Up aja kali ya," Pak Tono kembali tertawa.

Dalam hati Aris, "Diam kau, gue gini gara-gara elu juga," suara dalam hati Aris.

"Ya emang udah ayam kampung pak ini mah. Gak bandel anaknya. Di rumahnya aja jarang main. Apalagi jauh jauh ke kota Subang," Bu Yuni nampak meluruskan.

"Ya Udah Pak. Nanti di Pasar Purwadadi kita berhenti dulu. Sekalian beli peralatan."

"Siap 86 komandan," Pak Maman Menyetujui.

Napaknya memang sudah sampai Pasar Sukamandi. Rencana berhenti di Pasar Kalijati. Melihat Aris seperti itu, nampaknya pak Tono juga merasa kasihan. Pak Tono sebenarnya orang baik yang memang suka bercanda. Cuman kadang gak inget Sikon. 1 hal yang pasti. Pak Tono orang Indonesia yang amat menghargai waktu. Jam Karet.

Selang beberapa menit. Pak Tono kembali. Ia nampak membeli Pensil, Penghapus, Penggaris, Alas, Buku Kosong, serta beberapa makanan. Air Aqua 500 ml sebanyak 3 buah. Sari Roti ukuran besar, mungkin sebesar roti buaya berbentuk panjang. Waktu itu Aris masih kecil saat ia pegang roti itu nampak besar. Aris yang suka makan nampak tak bisa menghabiskannya sendirian.

Perjalanan dilanjutkan. Setelah melewati Kalijati. Jalan udah nampak mulus. Kalau kalian pernah ke Subang jalan Kalijati. Pasti gua jamin kalian gak bakal bosen. Kecuali mungkin pribuminya. Jalannya masih lumayan bagus dengan pemandangan pepohonan yang masih rindang di kiri dan di kanan jalan. Berkelok-kelok. Nampak seperti main perosotan dengan mobil. Sudah jelas Aris nampak sudah agak baikan. Ia masih tertidur di pangkuan Bu Yuni.

Aris nampak lelap. Ia terlihat lemas. Rambutnya sedikit berantakan. Yah namanya juga orang mabuk kendaraan. Bisa kalian bayangkan bagaimana kondisinya saat ini. Di tengah perjalanan sudah melewati Kalijati. Tepatnya sudah masuk daerah subang Kota. Aris nampak terbangun.

Ia juga mendengar bahwa sudah mau sampai Subang Kota. Aris juga ingin melihat seperti apa Kota Subang. Makannya ia bangun. Dan yah gak terlalu mengecewakan. Kota kecil mau apa yang di harapkan. Setidaknya masih agak dingin dari ppada daerah Pantura.

Tak berapa lama sampai lah di salah satu sekolah yang mengadakan perlombaan tingkat Nasional. Nampaknya bukan sekolah itu yang mengadakan. Sekolah itu dipilih untuk menjadi tempat berlangsungnya perlombaan.

Mobil terparkir rapih di parkiran. Pak Tono nampak membukakan pintu. Pak Maman membantu mengeluarkan barang bawaan. Bu Yuni nampak duluan. Aris pun perlahan turun dari mobil.

Aris nampak muntah kembali. Sedangkan Pak Tono sibuk mengurusi administrasi perwakilan Patokbeusi. Bu Yuni kembali membantu Aris mengeluarkan sisa mualnya. Seseorang guru perempuan nampak mendekati Aris dan Bu Yuni.

"Eh Kenapa ini Bu,"

"Biasa Bu. Anak baik gak biasa main jauh."

"Mual?"

Pak Tono tak lama datang dan langsung ikut pembicaraan. "Biasa Bu. Biasa naik Pick Up ini di kasih mobil mewah."

"Aduh, belum perang udah tumbang."

"Maklum Bu Nani, gak biasa dia," Bu Yuni nampak menjelArisn.

"Siap lomba gak nih?"

"Siap Bu." Aris menjawab mantap.

Seorang perempuan datang menghampiri Aris. Aris yang melihatnya perlahan membersihkan muntahannya dan bertindak seolah biasa saja. Aris nampak sudah selesai dengan urusannya dan berusah terlihat kuat.

"Ada apa Bu?" tanya perempuan tersebut.

"Ini Partnet kamu tumbang tuh."

"Bu Nani bisa ajah," wanita tersebut tersenyum.

"Udah Ka?" tanya bu Yuni.

"Udah Bu."

"Ya udah Ayo," Bu Nani mengajak karena Pak Tono sudah memberikan isyarat untuk merapat. Tadi Pak Tono menghampiri hanya untuk melihat kondisi Aris dan memberikan Nomor urut.

Ke empatnya bergegas, menghampiri Pak Tono. Di perjalanan itu si Wanita bertanya.

"Kamu gak apa? Apa?"

"Ia aku baik-baik saja kok. Kamu mau?" Aris menawarkan roti yang tadi belum habis. Roti baru tentunya bukan bekas Aris makan juga.

Si Wanita menolak dan Aris tetap berusaha kuat menahan mualnya. Mereka akhirnya masuk dan memulai peperangan sebenarnya. Perang di mulai saat bel mulai berbunyi.

***

FIRST LOVE - MEMORY OF YOUWhere stories live. Discover now