Part 13

25 25 0
                                        

BAB VI

PDKT


Aris nampak BT pagi ini. Ia hanya memegang dagu sedari pagi. Melihat dari balik jendela pemandangan teman-temannya yang sedang sibuk berlarian di area kantin. Aris nampak lesu hingga Rifqi datang dan mengganggu Aris.

"Oi Ris," Rifqi dengan sengaja menarik tangan Aris yang sedang memegang dagu.

"Apaan sih Rif," Aris memandang Rifqi dengan lirikan sinis. Seakan Aris adalah orang yang terlihat sangat sensi.

"Lo napa disini?"

"Lah ini kelas ku bjier."

"Yhahahaha... gua tau Ris. Maksudnya kenapa lo di kelas mulu?"

"Hmmm... lagi bt."

"BTW mana si Aldi?"

"Gak ada di kantong Rif."

"Canda aja lo."

"Lagian gangu aja. Orang lagi PW."

"Lah katanya BT?"

"Ya aku males ngelakuin yang lain-lain. Lagi enak diem."

"Ayolah caw. Ini kan hari pertama kita masuk SMP. Setelah 1 minggu di ospek osis. Ayo keluar. Meding have fun."

"Kemana?"

"Biasa bro. Depan ruang guru."

"Ngapain? Males ah," Aris kembali memegang dagu.

"Katanya lo mau deketin Dita? Gimana sih lo," Pandangan Rifqi berubah datar.

"Males ah. Kamu rese soalnya. Narik-narik mulu. Malu kan diliat orang."

"Kagak deh gua gak bakal rese. Sekalian main catur. Si Toto lagi tanding tuh. Lo kan lawan yang cukup berat buat dia."

"Hmmm... kagak ah, males. Mager bener nih."

"Dahlah. Gua pepet juga nih si Dita."

"Bjier janganlah. Tega bener sama temen."

"Udah ayo... Si Toto sombong banget tuh. Tadi gua kalah 2 kali."

"Lemah."

"Ia lo yang jago. Dah yok keburu masuk. Mumpung masih ada waktu. Lumayan bisa 1 ronde catur,"

Akhirnya Aris ikut dengan Rifqi. Sebenarnya Aris malas mengikuti Rifqi. Pasti ujung-ujungnya rese. Rifqi itu orang terjail yang pernah Aris kenal. Bagaimana Aris tidak mengenal baik Rifqi. Mereka sudah berteman 6 tahun dan hampir selalu duduk di kursi yang sama. Ya, mereka teman sebangku sedari SD walau sekarang di SMP berbeda kelas, namun Aris dan Rifqi masih cukup dekat untuk saling mengerti karakter satu sama lain.

Singkat cerita, Aris sudah berhadapan dengan Toto. Rifqi sangat serius menonton pertandingan tersebut. Rifqi nampaknya kesal karena kalah dua babak dari Toto sehingga ia menarik Aris untuk membalas kekalahannya. Sementara itu Aldi yang sudah mendapatkan julukan raja catur sudah duduk dan menyimak pertandingan antara Aris dan Toto.

Toto type pemikir sedangkan Aris type pemain yang menggunakan Taktik. Toto sangat serius menghitung setiap langkahnya sedangkan Aris nampak tidak berpikir sedikitpun. Kemana Toto melangkah Aris mencoba mengimbangi. Oleh karena itu Aris memilih bidak hitam. Aris bukan type penyerang, ia lebih bertahan, mengamati lalu mencari celah untuk mengcounter serangan Toto.

"Buruan To. Lama bener, keburu masuk," Rifqi memandang Toto sinis.

"Dah diem aja sih lo."

"Perlu bantuan gak To," Aldi tersenyum.

"Lo diem Al."

"Hehehehe... kalo di bantuin Aldi. Aku nyerah dah," Aris garuk-garuk kepala.

"Lah lo juga lawan yang berat bagi gua Ris."

"Tapi point ku beda 2 dari kamu bro."

"Helooo... gua lawan lo Ris. Diem Al. Gua pasti menang."

"Ya serah lo To. Buruan dah lama bener," Rifqi nampak tidak sabaran.

"Nih gua jalan. Bawel lo Rif," Akhirnya Toto melangkah.

"Yakin nih kesitu?" tanya Aris senyum.

"Lah yakin lah."

"Serius nih? Deal?"

"Deal," Toto bersamalan dengan Aris.

"Kalo gitu aku mau kesini."

"Ya gua makan lah Ris," hehehehe Toto tertawa.

"Jhahahahaha mampus lo To."

"Paan sih. Gertak mulu lo."

"Udah?" tanya Aris

"Udah gua dapat patih lo. Jhahahahaha," Toto tertawa puas.

"Oke. Izin makan kuda," Aris akhirnya melangkah.

"Yhahahaha skak mat tuh," Aldi tertawa.

"Anjer. Sumpah gua gak lihat."

"Apa gua bilang. Lo bukan tandingan temen gua. Yhahahahaha," Rifqi tertawa dengan keras.

"Dah ah cape. Bentar lagi masuk juga. Biasalah, yang kalah beresin."

"Ia-ia gua tau."

Toto membereskan catur yang cukup berserakan. Sedangkan Aris duduk di samping lantai menghadap ke arah kelas. Aldi ikut membantu Toto sedangkan Rifqi masih sibuk ngerecokin Toto. Aris kembali diam memegang dagu.

Aris nampak menatap pada sebuah kayu. Pintu kelas, Aris sedang menatap ke arah pintu kelas. Tepatnya bukan ke pintu melainkan ia melihat ke dalam kelas. Aris masih terpaku pada pandanganya. Ia sedang berharap wanita yang ingin ia lihat keluar dari balik lubang pintu tersebut.

Rifqi tiba-tiba merangkul Aris. Nampaknya Rifqi sadar dengan apa yang terjadi pada Aris. Aris memang kurang pengalaman dalam masalah cinta. Apalagi memang ini pengalaman pertamanya menyukai seorang wanita.

"Ris mau gua bantuin?"

"Bantuin apa?"

"Dah lo gak usah nutup-nutupin."

"Gak usah aku bisa sendiri."

"Mau gua mintain nomornya?"

"Apaan sih Rif. Dah gak usah. Aku bisa minta sendiri."

"Yakin?"

"Aku masuk kelas dulu Rif. Dah bel nih," Kebetulan bel berbunyi.

"Bareng Ris," Aldi memanggil.

"Ayo buruan lah Al," Aris tetap melangkah meninggalkan Aldi.

Rifqi hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Aris. Aris benar-benar sedang kacau. Rifqi tau Aris ingin segera mendekati Dita namun Aris tidak memiliki keberanian itu. Aris sedang ada di posisi hanya bisa mengamati dari jauh. Jujur Rifqi kasian melihat tingkah Aris saat ini.

***

FIRST LOVE - MEMORY OF YOUМесто, где живут истории. Откройте их для себя