Part 14

20 25 0
                                        

Jam istirahat. Aris nampak sedang berdiri di depan pintu. Aldi terlihat keluar dari dalam kelas dan langsung merangkul Aris. Aris memasukan kedua tangannya seolah sedang mendekap dirinya sendiri.

"Lu kenapa lagi Ris? Akhir-akhir ini sering murung?"

"Aku gak apa-apa Al. Udah deh gak usah aneh-aneh," Aris melirik ke arah Aldi seakan males menanggapinya.

"Lah lo ya. Lo anggep gua apa sih? Bukannya kita udah temenan?"

"Seriusan Al. Aku baik-baik saja."

"Oke deh oke. Gua gak bakal maksa lu cerita. Eh BTW, gimana cewek gebetan lu?"

Aris sempat terkejut karena tiba-tiba Aldi membahas hal tersebut. Ia sempat menyangka Rifqi membocorkan rahasianya kepada yang lain. Hanya Rifqi yang tau masalahnya saat ini. Aris sempat kikuk saat Aldi menanyakannya.

"Akh??? Maksudmu apa? Gimana? Maksudnya gimana?"

"Itu loh. Cewek yang lu ceritain waktu pertama kita bertemu itu loh."

"Owh. Ahehehehehe.. ituuuu."

"Ia itu. Gak usah belaga pilon Ris. Jadi gimana?"

"Gimana apanya?"

"Ya maksud gua dah ketemu belom?"

"Ahahahahaha," Aris tertawa dengan nada dipaksa.

"Nah kan mulai aneh lagi tingkah lo."

"Apaan sih," Aris mulai memasang tatapan serius.

"Ia gua mau tau bjier. Dah ketemu belum tuh cewek?"

"Nih." Aris menguncupkan tanannya ke arah atas.

"Apaan nih?"

"Coba kamu tiup," Aris tersenyum.

"Puhhhhh," Aldi meniupnya.

Aris perlahan membuka telapak tangannya yang semula menguncup seperti bunga yang sedang menutup. Lalu saat Aldi meniupnya, Aris membukanya seketika.

"Ke... Poooo..."

"Bjier. Lawakan kakak kelas lu pake juga."

"Jhahahaha... lagian mau tau aja urusan orang."

"Ya... kalo belumketemu nanti kan gua bantuin Ris."

"Gak... U... sah," Aris tersenyum dan berjalan menuju ruang guru dimana Rifqi dan Toto terlihat sedang bermain catur.

"Yeh... Ris tunggu... gua ikut bjier."

Aris kali ini berhasil menghindari pertanyaan Aldi yang cuku berbahaya. Aris tidak ingin banyak orang tau bahwa ia sedang mengincar cewek. Bukannya dibantuin malah jadi bahan olok-olokan. Anak-anak di jaman Aris sangat jail. Aris hanya tidak mau usaha PDKT nya malah jadi hancur berantakan. Maka dari itu Aris sangat tidak mau rahasianya di ketahui orang banyak. Ia hanya berharap sikap ember Rifqi tidak sedang kumat.

"Ris, lu main dah. Lawan nih si Toto," Rifqi berteriak memanggil Aris yang terlihat datang mendekat.

"Moodku lagi jelek. Kalian aja lah. Aku mau main basket aja," Aris langsung mengambil bola basket dan membawanya ke lapangan.

"Kenapa lagi tuh?" tanya Toto kepada Aldi yang baru sampai.

"Tau. Dari pagi kek gitu."

"Dah mending lanjut main. Lu lawan si Aldi To," Rifqi meminta Aldi dan Toto berhadapan didepan meja catur.

"Gas lah," Toto mulai memasang pion catur.

"Owh... oke." Aldi menyanggupinya.

Sementara keduanya mulai bermain catur dan Rifqi yang masih menonton. Aris sibuk bermain bola basket sendiri. Ia hanya melempar bola dan mencoba memasukannya ke dalam keranjang.

Aris terlihat sedang tidak ingin bermain basket sebenarnya. Ia hanya sedang mencari-cari kesibukan saja saat itu. Rifqi bisa menangkap semua yang Aris rasakan. Rifqi merasa kasihan terhadap sahabatnya tersebut. Ia langsung menghampiri Aris yang sedari tadi bermain sendirian.

"Ris. Lo main sendirian aja? Apa gak bete lu?"

"Udah deh Rif. Kalo kamu mau ganggu aku. Mending jangan sekarang. Lagi gak mood nih."

"Apaan sih lo. Suudzon terus jadi orang. Gua mau main juga lah. Sini bagi bolanya."

"Ikut-ikutan mulu. Nih ambil. Coba bisa gak masukin dari situ."

"Wah nantangin nih bocah. Kalo masuk traktir gua es ya," Rifki menunjuk ke arah Aris. Lalu ia nampak sedang ancang-ancang seakan sudah sangat siap untuk menembak.

Rifqi menembak. Raut mukanya optimis bola itu akan masuk. Namun sayangnya meleset. Bola itu memantul kembali ke arah Aris. Aris menangkap pantulan itu dengan mudahnya. Lalu Aris melempar dari arah berlawanan dengan Rifqi. Satu lemparan, satu sentuhan dan bola itu masuk dengan sempurna ke dalam keranjang.

"Dah deh Ris jangan belagu. Hoki doang lu," Rifqi nampak kesal melihat ekspresi datar Aris.

"Yhahahaha. Apaan dah, perasaan aku diem aja."

"Muka lu kaga nyelow."

"Sandal kali."

"Swallow anjer. Dah lah, sini. Giliran gua yang ngelempar."

"Ambil sendiri lah. Bolanya deket tuh."

Rifqi akhirnya mengambil bola yang jaraknya sebenarnya lebih dekat ke Aris. Aris nampak malas. Rifqi mengerti, tujuan awal dia main basket memang untuk menghibur Aris. Rifqi tidak ingin banyak berdebat dengan Aris yang memang sedang nampak tidak ingin bercanda.

Rifqi sudah memegang bola. Aris awalnya melihat ke arah Rifqi yang terlihat kesal mengambil bola hingga akhirnya perhatiannya teralih dan kembali menatap daun pintu kelas Dita. Aris kembali terpaku seakan menjadi patung menatap hanya pada satu arah.

Pikiran Aris saat ini berharap Dita keluar dari balik pintu tersebut. Mau keluar dari pintu, masuk ke pintu atau nongkrong di luar kelas. Aris hanya ingin melihatnya keluar. Aris hanya ingin melihat sosok gadis yang selalu mengganggu pikirannya tersebut.

"Oi, Ris... napa lu bengong gitu? Kayak burung beo aja lu," Rifki memanggil Aris cukup keras hingga mampu membuyarkan perhatian Aris yang mulai tertuju pada satu titik.

"Paan sih kamu Rif."

"Lo kacau Ris. Gak pernah gua liat lo kaya gitu."

"Yhahahahaha... lebay ah. Apaan sih kamu Rif. Aku baik-baik aja."

"Oi Dit," tiba-tiba Rifqi melambaikan tangan ke arah kelasnya.

Aris sontak langsung menoleh ke arah kelas Rifqi. Ia secara spontan ingin melihat sosok Dita yang sedang di sapa Rifqi. Aris nampak kecewa setelah menoleh dan tidak menemukan orang yang sangat ingin ia temui saat ini. Lalu ia berbalik kembali ke arah Rifqi.

"Kacau lo Ris," Rifki geleng-geleng kepala.

"Paan sih. Dah ayo lanjut main."

Aris sebenarnya kesal dengan tingkah Rifqi. Ia tidak ingin semakin malu dan mencoba mengalihkan topik dengan cara menantang Rifqi menembak bola. Rifqi orangnya tidak mau kalah dan cara itu cukup jitu untuk mengalihkan perhatian Rifqi.

***

FIRST LOVE - MEMORY OF YOUWhere stories live. Discover now