Part 5

27 28 0
                                        

BAB III 

TERKENANG

Aris masih memikirkan tentang siapa dia sebenarnya. Gadis yang berjuang dengannya mewakili Subang di perlombaan tersebut. Sekilas ia kembali mengingat akan gadis tersebut. Aris kadang merasa aneh, padahal itu kali pertama mereka bertemu. Walau masih teman seperjuangan, tapi mereka berasal dari beda sekolah. Hal apa yang bisa membuat Aris selalu terbayang akannya.

"Siapa gadis itu, kenapa juga aku terus memikirkannya. Tapi nampaknya dia gadis yang baik. Gadis langka dengan segala keunikannya. Duh kenapa aku selalu mikirin dia sih," Aris masih melamunkan tentang gadis tersebut.

Ke esokan harinya. Rifki sudah menunggu di depan pintu masuk Kelas. Ia nampak memasang wajah aneh. Aris tidak menghiraukannya dan berusaha masuk melewatinya. Aris nampak hapal prilaku Rifki. Jika ia memasang wajah seperti itu, pasti ada sesuatu yang akan dia lakukan.

"Eeehhh... sombong,,," Rifki nampak menahan ujung tas Aris dan menariknya ke arah belakang. Sehingga langkah Aris masuk kelas nampak terhenti.

"Apaan sih Rif, gua mau masuk kelas nih."

"Sini dulu lah sini. Kan jam masuk masih lama."

"Ogah ah, aku mau masuk."

Rifki nampak menarik paksa Aris. Ia menariknya ke bawah tiang bendera. Kebetulan kelas mereka ada di depan tiang bendera. Rifki memerintahkan Aris untuk duduk. Dia juga nampak duduk di asamping Aris.

"Gimana kemarin lombanya. Cerita dong."

"Gak tau aku. Aku pesimis nih. Banyak soal yang gak aku pahami. Salah satunya bahasa inggris."

"Lah inggris doang mah gampang Ris."

"Dih ngegampangin. Aku lebih baik kerjain 80 soal matematika daripada 10 soal bahasa inggris."

"Bisa gitu ya?"

"Tau sendiri lah. Aku paling males pelajaran itu."

"Ia juga sih. BTW ada inceran gak?"

"Ah, Inceran apa Rif???"

"Cewek lah. Biasanya banyak yang bening di subkot?"

"Mana ku tau Rif. Aku gak perhatiin Rif."

"Ah masa sih gak ada satupun?"

"Ciee penasaran ya?"

"Kan, pasti ada nih. Siapa namanya???"

"Penasaran eaaa."

"Cerita lah bro. Kita kan udah lama duduk sebangku."

"Dah masuk kelas yok."

Aris akhirnya memutuskan untuk masuk kelas duluan. Meninggalkan Rifki yang masih duduk di bawah tiang bendera. Rifki akhirnya mengikuti Aris masuk kedalam kelas. Tidak lama pelajaran berlangsung seperti biasanya.

Beberapa minggu berlalu. Aris dan Rifki sedang duduk setelah main bola. Rifki nampak memperhatikan Aris yang sedang melamun di pinggir lapangan. Rifki memang anaknya jail. Dia langsung mengagetkan Aris yang sedang berada di alam lamunan.

"Hayo... mikirin cewek ya???"

"Kaget aku Rif."

"Dah ngaku sekarang. Semenjak pulang lomba. Kamu banyak ngelamunnya Ris."

"Harus banget ya aku ngaku?"

"Lah kamu anggap aku temen apa bukan sih?"

"Oke deh aku ngaku. Sebenarnya ada satu cewek yang selalu aku pikirkan."

"Nahkan, bocil mulai merasakan cinta-cintaan."

"Oke aku gak jadi cerita."

"Dih... baperan..." dengan nada panjang.

"Ya kamu nyebelin Rif."

"Oke-oke jadi gimana ceritanya. Siapa sih yang bisa buat seorang Aris melamun kayak gini?"

"Itu loh partner aku saat lomba."

"Owh ia-ia aku inget kamu pernah cerita."

"Klo di pikir-pikir dia cantik juga sih."

"Kamu suka ya?"

"Aku juga gak tau sih Rif."

"Namanya? Kontaknya?"

"Gak tau."

"Astagfir Ris. Goblok banget jadi laki."

"Tau sendiri lah Rif. Aku duduk sebelahan sama cewek aja udah gemetaran."

"Ia sih. Cuman sekarang nyesel kan?"

"Yoi."

"Dah klo jodoh gak bakal kemana Ris. Mending lanjut main bola."

"Kamu aja sana. Aku males."

"Ayo buruan."

Akhirnya Aris melanjutkan permainan karena di paksa oleh Rifki. Rifki memaksa Aris agar temannya itu bisa melupakan pikirannya tentang perempuan yang entah siapa dan dimana dia berada. Walau Rifki jail, ia peduli dengan temannya.

***

FIRST LOVE - MEMORY OF YOUWhere stories live. Discover now