Part 12

28 25 0
                                        

            Rifqi berjalan di depan sedangkan Aris mengikuti dari belakang. Rifqi dan Aris saling bertatapan. Rifqi terlihat celingukan ke kiri dan ke kanan. Aris mau tidak mau mengikuti apa yang dilakukan Rifqi. Aris nampak keheranan dengan kelakuan temannya tersebut.

"Yeh, lu ngapain ngikutin gua Ris?"

"Lah kamu sendiri kenapa?"

"Jhahaha... gua lupa bilang ya?"

"Kan Kamu yang narik aku kesini. Hadeuh nih anak belaga pilon."

"Hehehe..." Rifqi menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak sedang merasa gatal.

"Lah malah tawa."

"Loe pasti kaget Ris!"

"Apaan sih?"

Rifqi mulai mengintip dari sela-sela jendela. Aris setengah di tarik untuk ikut melihat ke dalam kelas. Jendela itu sebenarnya tidak terlalu tinggi untuk keduanya. Tapi keduanya harus sedikit jinjit untuk melihat dengan jelas ke segala ruangan.

"Liat gak?"

"Liat."

"Kan gua bilang apa. Loe pasti seneng melihatnya."

"Gak sih biasa aja. Ceweknya masih cakepan di kelas ku."

"Bjier. Loe ngeliat kemana?" Rifqi kini menatap ke arah Aris yang ternyata gagal fokus.

"Itu yang di belakang kan? Cantik sih, tapi bukan typeku."

Rifqi geleng-geleng kepala dengan tingkah Aris. Padahal sedari tadi jelas Rifqi tidak mengintip ke arah belakang. Entah mengapa mata Aris sangat jeli dalam melihat wanita yang cantik.

"Noh. Paling depan paling pojok," Rifqi membelokan kepala Aris ke arah yang ia maksud.

"Mana?" belum selesai Aris bicara tiba-tiba mulutnya langsung diam.

Mata Aris kini tertuju hanya pada satu titik. Seakan pandangannya sudah terkunci. Ia hanya memandang ke arah yang di tunjukan Rifqi. Aris benar-benar tidak bisa berpaling.

"Nah loh. Bengongkan. Percis kaya dulu nih. Berarti gua bener kali ini kan?"

"Nah loh kok kamu bisa nemuin dia?"

"Gua sekelas. Noh lihat ada di kaca."

Aris langsung melihat ke arah kaca. Tenyata benar, Rifqi ada di kelas tersebut. Lalu dia mulai mencari nama lengkap wanita tersebut dan mencoba mencocokan dengan foto yang di tempel di kaca.

"Nih Ris namanya. Dini Ardianti Putri Kusuma. Percis sebutan loe ke dia kan Din."

"Gak salah lagi Rif. Ini dia. Cewek yang selama ini gua cari."

"Nah kan. Untung ada gua. Loe harus traktir gua pokoknya."

Aris kembali menatap gadis itu dari balik jendela. Aris benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Gadis itu ternyata bernama Dini. Sudah lama Aris mencarinya. Cinta Pertama yang selama ini selalu ia cari. Entah mengapa rasa itu sudah telalu kuat di hati Aris dan Kini Aris menemukannya. Aris sangat senang tentunya, ia tak henti memandangi Dini walau dari jauh.

"Ris sadar loe. Jangan bengong kek gitu," Rifqi mencoba membuat temannya sadar.

Aris mulai berbalik. Perlahan ia menyandarkan dirinya di tembok. Lalu mulai menjatuhkan tubuhnya hingga ia duduk dalam kondisi bersandar. Rifqi kini duduk disampingnya.

"Akhirnya aku menemukannya Rif."

"Yoi."

"Udah lama ku cari dia. Dini, nama yang bagus." Aris tersenyum.

"Syukurlah Ris. Kalo gitu ayo," Rifqi mulai bangun dan menarik Aris.

"Kemana?"

"Haduh nih anak ngeselin banget dah. Loe kan nyariin dia. Gas lah pepet."

"Bjier. Pelan-pelan Rif. Malu aku."

"Hehehehe... sory-sory gua geregetan. Ayo lah buruan."

"Ngapain Bjier."

"Deketin dia lah. Ajak kenalan."

"Gak ah, malu. Aku belum siap."

"Lah loe cupu Ris. Kalo gak ada di cariin. Pas ketemu malah di diemin."

"Oke, lepasin aku dulu lah."

Aris mulai berdiri. Rifqi akhirnya melepaskan tangannya yang mencoba menaris Aris. Beberapa saat setelah Rifqi melepaskan Aris. Aris langsung berlari ke arah ruang guru. Rifqi melihat Aris mulai menjauh dan repleks mengejarnya.

Aris akhirnya tertangkap tepat di depan ruang guru. Rifqi memeluk Aris dari belakang bermaksud menghentikan Aris agar tidak pergi. Aris benar-benar tidak bisa berkutik karena tenaga Rifqi lebih besar.

"Astagfirrr... Ris, Rif kalo mau menghomo jangan di sekolah lah," Toto datang langsung histeris.

"Parah. Katanya loe mau cari cewek Ris?" Fandi geleng-geleng kepala.

"Dih," Aris dan Rifqi kompak.

Rifqi langsung melepaskan Aris. Keduanya langsung bersikap seolah tidak mau berdekatan. Seolah di sentuh satu sama lain adalah suatu kejijian.

"Tadi aja pelukan? Sekarang sok-soan," Toto makin jadi curiganya.

"Apaan sih To. Masa ia gua terong makan terong."

"Aku masih normal cuy," Aris juga berusaha menepis tuduhan keduanya.

"Buktinya? Gua gak habis thingking," Fandi ikut-ikutan bersikap seperti Toto.

"Sumpah... gak gitu ceritanya," Aris berusaha keras meyakinkan keduanya.

"Terus tadi ngapain hayoloh," Fandi masih bertanya-tanya.

"Jadi tadi tuh," belum selesai Rifqi menjelaskan Aris langsung menutup mulutnya.

"Rif please jangan ember."

"Nah kan mulai," Fandi memasang muka datar.

"Tau nih kebiasaan," Toto ikut-ikutan.

"Biasalah tadi lagi becandaan doang. Tuh si Rifqi rese narik-narik mulu."

"Hehehehe..." Rifqi hanya tertawa.

"Kok gua curiga ya," Toto mengernyitkan dahinya.

"Dah gak usah di bahas lah. Kepo bener sih jadi orang. Mending kita tanding catur," entah darimana Aris sudah memegang catur dan mulai menggelarnya di lantai.

Aris berhasil mengalihkan topik kali ini. Semua drama itu berakhir dengan pertandingan catur yang sengit antara Aris dan Toto. Rifqi kadang memberikan kode-kode keras saat Dini keluar kelas. Aris berusaha menyikut dada Rifqi agar diam. Toto dan Fandi hanya saling melihat karena keduanya tidak paham kode kodena Rifqi ke Aris.

Aris berusaha menyembunyikan fakta bahwa dirinya sedang mengincar seorang wanita. Aris tidak mau karena ke emberan teman-temannya rencana yang akan ia susun untuk mendekati Dini malah jadi hancur dan kacau balau. Walau bagaimanapun keduanya masih asing. Aris ingin mendekati Dini secara perlahan.

***

FIRST LOVE - MEMORY OF YOUOù les histoires vivent. Découvrez maintenant