BAB I
KAMU
Sore menjelang malam. Ia duduk di sebuah kursi panjang. Nampak sedang menunggu seseorang. Dalam penantianya, entah dibawa kemana pikirannya pergi. Ia nampak sedang melamunkan sesuatu. Entah apa yang nampak di bayangannya. Tubuh lelaki itu nampak tersandar kesebuah kursi dengan kepala tertumpu pada kaca besar. Tangannya nampak lunglai menjulur menuju bumi. Masih tertahan di kursi panjang. Nampak berat masalah yang ia sedang pikirkan.
Mukannya mengarah ke langit-langit bangunan tersebut. Mulai terpejam, entah apa yang sedang ia lakukan. Dari sisi mata yang memandang. Nampaknya lelaki ini sedang mempunyai sebuah masalah. Ya, masalah yang cukup besar untuk diceritakan. Atau mungkin, ada yang sedang ia pikirkan di tengah kediamannya tersebut.
Jika memang begitu, lantas apa yang membuat si lelaki nampak begitu gundah. Apa yang ia pikirkan, apa yang sedang ia rasakan. Membuat mata yang kepo menculkan berbagai pertanyaan hingga asik berspekulasi dengan imajinasi mereka.
Sejenak melupakan pendapat orang, pada kenyataannya si lelaki masih berada di posisi yang sedikit pun tak berubah. Ya, raganya kosong, pikirannya entah kemana. Seakan pkiran lelaki tersebut pergi entah kemana dari raganya. Bisa detik ini, lusa, atau masa lalu. Yang jelas sudah meninggalkan raga menyusuri sebuah kenangan di alam lamunan.
Kosong, memang betul. Pikirannya sedang pergi menuju masa yang sangat ia rindukan. Masa yang tak bisa ia lupakan. Rasa senang, bahagia, sesal, luka dan perasaan lainnya yang membuat ia belajar. Berani mengenal maka berani menangung rasa.
Masih nampak lemas. Ia nampak larut dalam pikirannnya. Seakan bayangan-bayangan akan masa lalunya mulai bermunculan. Selintas melewati nalarnya. Membuat ia bisa melihat jelas semua kenangan itu. Kenangan yang sukar untuk bisa ia lupakan.
Semakin dalam. Semakin terlihat kepenakan di muka lelaki tersebut. Nampak sangat berat masalahnya. Seolah kini yang ada di pikirannya adalah rasa sakit, rasa sesal, rasa yang membuatnya tumbuh menjadi kuat atau malah sebaliknya. Membuat ia lemah.
Sebuah motor berwarna merah sudah terparkir di depan lelaki tersebut. Entah mengapa ia sadar. Orang yang ia tunggu sudah datang, jemputan. Lelaki itu mulai berdiri sedangkan seseorang diatas motor nampak tersenyum seolah tak punya dosa. Lama sekali si lelaki menunggu jemputan datang sampai masuk ke alam khayal dan mulai melintas kemasa lalunya. Sementara yang ditunggu hanya senyum seolah tak punya penyesalan.
Namanya Heni, anak dari kakak perempuan si lelaki. Sudah cukup rasa lelah dan ikiran itu membebani si lelaki. Saatnya pulang, walau agak kesal si lelaki mulai menghampiri Heni. Nampaknya Heni peka dan sudah mengindisikan motor menuju arah pulang.
Si lelaki membantu parkirkan motor tersebut. Lelaki tersebut kemudian menengok ke arah belakang. Nampak terkejut melihat siapa yang ada disana. Tubuh yang sedari tadi lemas. Semakin melemah melihat hal tersebut. Saat melihat ke arah belakang Ia melihat apa yang seharusnya tak ia lihat. Hal yang membuatnya kembali mengingat masa lalu yang ia pikirkan. Aris meminta untuk segera pergi. Nampak ingin sekali cepat-cepat pergi meninggalkan tempat tersebut.
Rasa senang karena telah berakhir akan penantiannya. Kini berganti dengan rasa sakit yang tadi ia rasakan. Memang tak seharusnya ia melihat itu. Hatinya sakit, ia meminta Heni untuk segera meninggalkan tempat tersebut.
Kini kendaraan yang ia tumpangi sudah melaju meninggalkan tempat tersebut. Perjalanan menuju rumah. Sementara itu, bisa ditebak bagaimana kondisinya saat ini. Ya, kembali larut didalam lamunan. Nampak sedang memikirkan sesuatu dengan raut muka yang sama dengan apa yang terlihat ketika si lelaki terduduk lesu di kursi panjang tadi.

ВЫ ЧИТАЕТЕ
FIRST LOVE - MEMORY OF YOU
Подростковая литератураAris tiba-tiba mengingat semua yang berusaha ia kubur. setelah pertemua dengan seseorang yang selalu mendapatkan tempat special di hatinya. walau sudah beberapa kali mendarat di hati yang lain. namun hadirnya selalu membuat Aris kembali mengingat ak...