BAB IV
MENGENALNYA
Ternyata yang menari dari sekolah lain adalah cewek yang selama ini Aris suka. Cewek yang sering dipanggil Din. Cewek yang kebetulan selalu bertemu Aris saat lomba di kabupaten.
Cewek itu berlatih di tempat Bu Ajeng. Aris tidak menyangka pepatah dunia sebesar daun kelor ternyata benar. Cewek itu kini ada di hadapannya. Aris sangat senang melihat cewek tersebut.
Aris tak hentinya memperhatikan dia. Aris juga melakukan berbagai cara untuk menarik perhatiannya berharap ia sadar keberadaan Aris. Sehingga cewek tersebut melihat Aris dan mengenalnya.
Hari itu Aris berusaha keras agar keberadaannya terlihat olehnya. Namun usahanya itu nampak sia-sia. Wanita itu masih fokus dengan latihannya. Walau Aris sudah melakukan banyak hal untuk menarik perhatian.
Hal yang dilakukan Aris bukannya membuat dia sadar keberadaan Aris malah membuat teman-teman Aris aneh dengan sikaf Aris yang tiba-tiba hyperaktif. Rifqi lalu mempiting Aris dan menariknya jauh dari kerumunan. Rifqi sadar ada yang tidak beres dengan tingkah Aris.
"Loe kenapa Ris? Mendadak jadi aneh."
"Ah, gua gak apa-apa kok Rif."
"Loe suka sama si Ghea itu ya?"
"Ghea mana?"
"Itu cewek yang kata Toto cakep banget."
"Ngarang aja kamu. Tadi aku dah bilang biasa aja kan. Hehehehe," Aris tertawa tipis.
"Buktinya dari tadi loe caper banget. Orang lain juga liatnya aneh loh."
"Ah masa sih Rif. Perasaan aku biasa aja deh."
"Waduh... nih anak kesirep kayaknya."
"Aku biasa aja Rif."
Rifqi memasang wajah curiga terhadap tingkah Aris. Aris sontak langsung mundur dan mengalihkan pandangannya. Rifqi paling jago untuk memaksa orang berkata jujur. Jika Rifqi sudah curiga. Masalah apapun bakal ia kulik terus sampai mendapat jawaban yang diinginkan.
"Oke-oke. Jujur aku gak ada rasa apapun sama cewek siapa tuh namanya. Ghea-ghea itu."
"Terus loe aneh kenapa?"
"Kamu ingetkan cewek yang sering aku curhatin."
"Udah deh gak usah ngalihin topik."
"Serius. Itu ceweknya," Aris menunjuk ke salah satu cewek yang datang bareng Ghea.
"Ah yang mana?"
"Itu. Samping Ghea. Yang di belakangnya Ghea," Aris menunjuk ke arah Ghea dan kawan-kawannya.
"Eh dodol jangan di tunjuk juga. Ntar di sangka stalker," Rifqi menangkap telunjuk Aris.
"Maap aku lupa," Aris tersenyum.
"Mana sih? Kiri atau Kanan?"
"Kanan," Aris menjawab pertanyaan Rifqi.
"Owh yang agak cabi itu ya?"
"Njer. Tapi cakep kan?"
"Mayan sih. Boleh nih buat gua."
"Eh tuh mulut ya. Gak pernah makan bangku sekolah apa?"
"Ris gua makan nasi gak makan bangku."
"Bisa aja kamu jawabnya Rif. Jangan lah, itu gebetan aku. Kamu sama si Toto kan suka si Ghea."
"Gua gak minat mereka semua."
"Belagu bener nih punya temen satu," Aris memasang muka bete.
"Gas lah deketin."
"Malu lah."
"Ntar di embat si Toto baru nyaho luh."
"Emang si Toto suka juga tuh cewek."
"Ya mana gua tau. Ibaratnya kita cowok tuh kucing. Nah para cewek tuh Ikan. Istilahnya siapa cepet dia dapet."
"Tetep aja aku malu lah."
"Ntar nyesel terus curhat, nangis-nangis ampe keluar darah," Rifqi memasang muka datar.
"Ya aku gak pede Rif."
"Dah biar gua pintain dah nomernya."
"Berani kamu? Tolong ya?"
"Nggak juga sih. Heheheh," Rifqi mendadak mundur padahal awalnya berniat menghampiri.
"Lah sama aja dong."
"Kita minta bantuan Toto."
"Lah jangan lah. Toto mulutnya ember. Ntar aku malah malu."
"Gak biasanya kamu gini Ris. Biasanya kamu yang suka mintain nomer cewek buat temen kamu."
"Kalau ke orang yang gak ku suka aku berani. Kalau ke orang yang ku suka aku gak berani. Deketi dia aja aku pasti gemeteran."
"Ya gua juga pernah ngerasain sih."
"Nah, tuh kamu juga tau Rif."
"Terus kamu mau gimana? Mumpung dia ada. Masalahnya kamu aja gak tau kan dia sekolah dimana?"
"Dahlah kalau jodoh gak bakal kemana."
"Nyerah?"
"Au ah. Mending tiduran," Aris malah tiduran di lantai.
"Aih... nih bocah bener lagi bucin," Rifqi akhirnya mengikuti Aris tiduran.
Aris nampak memejamkan mata. Padahal dia tidak sedang ingin tertidur. Aris hanya ingin menghilangkan pikiran-pikirannya saat ini. Cara itu cukup ampuh untuk lari dari masalah. Cara untuk menenangkan pikiran. Tiduran dan pejamkan mata lalu tarik napas panjang dan hembuskan.
Niat awal mau tiduran. Aris dan Rifqi malah benar-benar tertidur. Bahkan cukup pulas. Rifki malah sampai ngorok. Keduanya malah beneran tidur.
"Oiiii... Ris, Rif. Nih dua bocah malah tidur dah."
"Apaan sih Ris?" Aris akhirnya bangun.
"Oi. Riska, ganggu aja sih kamu," Rifqi nampak melepaskan tangan Riska yang mencoba membangunkannya dan malah membalikan tubuhnya ke kiri menghindari tangan Riska.
"Bangun oi. Latihan, Bu, Bu Ajeng," Riska berniat ngadu.
"Ia-ia, nih gua bangun," Rifki langsung bangun seolah dia segar bugar.
"Ngadu terus kamu Ris," Aris nampak masih pusing karena baru bangun tidur.
"Ayo latihan Ris, Rif?" Pinta Riska dengan wajah kesal.
"Kan masih latihan Tari Jaipong Ris," Aris berniat tidur kembali.
"Tuh liat. Bagian Tari Jaipong udah pulang," Riska menarik sebelah lengan Aris sehingga niat Aris kembali tidur tidak terjadi.
"Mereka udah pulang?" Aris tiba-tiba merasa segar dan kaget mendengar perkataan Riska.
"10 menit yang lalu. Dah buruan cuci muka. Kita latihan Padus dulu. Oi Rif bangun," Riska berdiri dan meninggalkan Aris dan Rifqi.
Rifqi langsung mengambil Aris. Aris juga nampaknya sama. Aris masih celingukan ke kiri dan ke kanan mencoba mencari keberadaan wanita tersebut. Lalu Rifqi menyuruh Aris untuk gantian cuci muka.
***

YOU ARE READING
FIRST LOVE - MEMORY OF YOU
Teen FictionAris tiba-tiba mengingat semua yang berusaha ia kubur. setelah pertemua dengan seseorang yang selalu mendapatkan tempat special di hatinya. walau sudah beberapa kali mendarat di hati yang lain. namun hadirnya selalu membuat Aris kembali mengingat ak...