Jam istirahat kedua. Sudah cukup sore bagi pelajar untuk bertahan. Namun kurikulum mengatakan harus demikian. Oleh karena itu siswa melakukan berbagai macam cara untuk memecah kegabutan. Ada yang lari ke olahraga, buku, nongkrong maupun tidur-tiduran di kelas. Itu juga yang dilakukan Aris dan kawan-kawan.
Seperti biasa, Aris dan teman-temannya sudah berkumpul di depan ruang guru. Mau apa lagi coba, tentu saja tanding catur. Aris kali ini nampak sedang berhadapan dengan Ferdi. Orang yang sedang di gadang-gadang master catur di sekolah tersebut. Ferdi kelas dua sedangkan Master catur kelas satu masih di pegang oleh Aldi.
Aris nampak serius. Tidak begitu lama Toto datang memecah keheningan. Toto membawa pesanan dari teman-temannya. Walau mereka serius bermain catur, tidak bisa di pungkiri jika tubuh mereka butuh asupan. Toto pun pergi bukan tanpa paksaan melainkan ia mau secara sukarela. Demi kenyamanan dan keamanan terselenggaranya pertandingan catur tersebut.
Ya, walaupun pertandingan kelas teri, hanya saja kalah bukanlah sebuah pilihan. Lebih ke gengsi. Martabat sebagai panggilan mastah catur bisa jatuh di hadapan lawan. Ini soal ego, harga diri seorang player untuk mempertahankan kepopulerannya di mata kalangan pecinta catur di sekolah tersebut.
"Ris, nih pesanana lo. Jus jeruk. Ini punya lo Rif, ada beberapa camilan tuh. Al nih punya loe dan ini buat Kak Ferdi, cola + gorengan."
"Wiiiiih. Thanks To," Ferdi tersenyum.
"Thank," Aris mengambil pesanannya dan lanjut fokus pada permainan.
"Makasih bro," Aldi mulai memakan camilannya.
"Lama banget sih Lo," Rifqi berbeda dengan yang lain. Dia malah nyinyir kepada Toto.
"Bjier, yang lain aja pada terima kasih. Lo malah nyinyir."
"Lo mojok dulu ya sama si Wiwin?" tanya Rifqi selidik.
"Hadeuh nih bocah. Berburuk suka terus."
"Sangka," semuanya kompak.
"Ia itu. Dah makan aja sih Rif," Toto ketus dan mulai duduk melihat pertandingan.
"Dah Rif. Aku lagi fokus nih. Jangan berisik," Aris mencoba menenangkan Rifqi sambil melangkahkan kudanya.
Semuanya kembali fokus. Pertandingan nampak berat sebelah. Tentu saja Aris kerepotan. Melawan Aldi aja dia masih 50 : 50. Apa lagi melawan Ferdi yang jelas-jelas bisa membuat Aldi kerepotan. Tiada gerakan percuma yang dilakukan kakak kelasnya ini. Tidak salah jika dia mendapatkan julukan master catur. Ferdi memang sangat lihai memainkan bidak.
Walau disitu ada Aldi. Bahkan Ferdi mempersilahkan untuk membantu Aris. Namun Aris menolak keras. Aldi juga sangat menghormati pertandingan. Ia hanya menonton. Beda hal dengan Rifqi yang terus mengatur Aris untuk mengikuti langkahnya. Toto juga nampaknya sama saja. Padahal yang tanding Aris tapi yang ribut malah Toto dan Rifqi. Kak Ferdi tiada hentinya tertawa melihat tingkah Rifqi, Aris dan Toto sementara Aldi hanya geleng-geleng kepala.
Benar saja, beberapa menit kemudian Aris semakin terdesak. Salah langkah saja bisa masuk liang lahat. Aris mulai berpikir dengan ditemani bisikan setan teman-temannya. Ia mulai mengambil pion, langkahnya masih tertahan sambil terus memikirkan taktik. Aris mencoba mengalihkan pandangan untuk mencairkan suasana yang mulai memanas.
Aris salah, ia salah mengalihkan pandangannya kali ini. Ia malah memandang ke arah Dita yang jelas-jelas juga sedang memandang ke arah Aris. Keduanya saling beradu pandang. Dita mengalihkan pandangannya sesaat ketika salah satu teman perempuannya memanggil Dita. Dita sempat kembali menengok dan tersenyum lalu kembali bermain dengan sahabat wanitanya. Kini hanya Aris seorang yang masih terpaku menatap Dita.
"Skak," Ferdi melancarkan serangan dengan kudanya.
"Woi Ris. Haduh, lo kalah tuh," Rifqi nampak kecewa.
"Hah apa? Lah kok bisa Skak? Aku aja belum jalan?"
"Lo udah jalan tuh. Salah lagi langkahnya," Toto melihatkan pion yang baru saja di jalankan Aris.
"Masa sih?"
"Bener kok," Aldi membenarkan.
"Yhahahaha. Ya sudahlah. Emang kak Ferdi terlalu kuat. Aku ngaku kalah," Aris tersenyum.
"Hadeuh. Pasti lo ngelamun ya Ris? Ulang kak?" Rifqi masih tidak terima. Dia masih yakin Aris bisa mengalahkan Ferdi.
"Hmmm..." Ferdi nampak berpikir.
"Fer... buruan ikut gua," Kak Acep tiba-tiba memanggil dans edang berjalan dengan Kak Mela menuju ruang Kepsek.
"Fer ayo buruan. Penting," Kak Mela nampak judes kepada Ferdi.
"Owh, oke-oke."
Aris, Toto dan Rifqi spontan melihat ke arah suara Kak Mela. Ya, walau judes begitu. Mela merupakan salah satu wanita tercantik di sekolah tersebut. Bak bidadari yang sedang catwalk menuju ruang Kepsek. Pemandangan yang sangat disayangkan jika terlewat.
"Waduh... sory ya adek-adek kelasku. Gua harus ikut mereka nih. Kayaknya masalah osis. Klo gua gak ikut. Gua bisa di goreng Mela pake cibirannya."
"Mulut netizen ya kak?" Toto nyeletuk.
"Yhahahahaha," semua tertawa.
"Ya udah. Mungkin next time kita tanding lagi. Lo termasuk laan yang merepotkan bagi gua. Gua pamit dulu. Biasalah, yang kalah beresin catur."
"Oke kak," Aris sudah mulai membereskan catur agar tidak ada pion yang hilang sementara itu Ferdi sudah berjalan di samping Mela dan Acep.
Usai membereskan catur ketiganya masih duduk di ruang guru tanpa ada kegiatan. Tidak ada lawan dan ketiganyapun nampaknya malas bertanding satu sama lain. Aris masih diam dan kembali menatap ke arah kelas Dita. Aris berharap Dita kembali muncul namun nampaknya harapan dia sia-sia. Selama apapun Aris menatap, Dita tidak kunjung memuculkan kembali sosoknya.
***

YOU ARE READING
FIRST LOVE - MEMORY OF YOU
Teen FictionAris tiba-tiba mengingat semua yang berusaha ia kubur. setelah pertemua dengan seseorang yang selalu mendapatkan tempat special di hatinya. walau sudah beberapa kali mendarat di hati yang lain. namun hadirnya selalu membuat Aris kembali mengingat ak...