Part 6

30 29 0
                                        

Singkat cerita, sekarang Aris sudah kelas 5 SD. Tentunya Aris masih jomblo. Dia masih tidak bisa lepas dari bayangan wanita yang pernah seperjuangan dengan dia. Rifki sampai bosan mendengar cerita Aris. Bahkan Rifki sampai hapal setiap detail dari A sampai Z cerita Aris tersebut.

Rifki juga tau. Itu salah satu alasan mengapa sampai saat ini Aris masih sendiri. Aris sudah berusaha menjodoh-jodohkan Aris dengan orang lain. Bahkan ada yang sempat meninggalkan kesan di dalam diri Aris. Namun itu belum cukup untuk membuat Aris lupa sepenuhnya akan gadis tersebut.

"Ris masih mikirin doi."

"Ah nggak kok."

"Udah satu tahun lebih nih."

"Ya gimana ya Rif. Gadis itu sulit dilupakan."

"Gile, sampe segitunya Ris."

"Ris sini dulu," seseorang memanggilnya dari arah belakang.

Aris menoleh dan ia tau siapa yang memanggilnya. Ia langsung berlari menghampi arah suara tersebut. Rifki hanya menoleh dan menunggu di tempat yang sama. Aris kini sudah ada di depan orang tersebut.

"Ia pak."

"Gini nanti kan ada lomba lagi."

"Wah, lomba apa pak."

"Kayak kemarin. Cuman sekarang empat mata pelajaran aja. Matematika, Ipa, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Kamu lagi ya ikut."

"Di subang lagi pak?"

"Ia di subang."

"Risa?"

"Udah bapak percaya sama kamu. Nanti latihan seperti biasa sama bu Heni."

"Oke deh pak siap."

"Ya udah bapak pergi dulu ada urusan yang lain."

Pak kepala sekolah pergi menuju ruang guru. Rifki kini berdiri dari posisi duduknya. Dia menghampiri Aris yang nampak memegang kertas dari pak Kepala Sekolah.

"Ris, apaan tuh???"

"Biasalah, lomba lagi."

"Wah wah wah... beda ya juara kelas mah."

"Apaan sih Rif gak jelas banget deh."

"Jangan-jangan nanti ketemu lagi sama dia."

"Lah jadi nyangkut ke dia. Dia siapa Rif?"

"Itu, pujaan hatimu loh."

"Dah udah... kantin yuk."

"Hilih, pasti mau ngalihin topik."

"Rif, aku laper. Pengen makan. Mau ikut atau nggak nih?"

"Aku ikut. Masih aja ya baperan."

"Dahlah gua pergi duluan."

"Tuh kan, tunggu Ris."

Aris akhirnya meninggalkan Rifki yang masih saja jahil. Tak kuat baginya jika tidak menjahili Aris walau satu detik. Ya mereka memang dekat. Secara 5 taun hampir setiap kesempatan mereka duduk sebangku. Wajar saja keduanya akrab.

Satu bulan sudah berlalu. Aris sudah siap untuk kembali berlomba di subang. Apalagi ia mendengar bahwa ia juga tidak sendiri. Ada orang lain yang ikut dalam lomba kali ini. Tentu saja Aris berharap orang itu orang yang sama dengan yang dulu. Wanita yang selalu dipikiran Aris.

Hari ini ia pergi bersama Pak Hadi. Mengingat Aris yang gak kuat akan kendaraan roda 4. Mereka menju subang dengan menggunakan motor. Pergi dari pagi agar bisa santai di jalan.

Jam 08.00 mereka sampai di lokasi lomba. Selang beberapa waktu seseorang turun dari mobil. Seseorang yang tak asing lagi dimata Aris. Gadis itu, gadis yang selama ini selalu ada dalam ingatan Aris. Gadis yang ada dalam lamunannya dan masih terkenang sampai sekarang.

"Hai," Aris mengumpulkan keberanian untuk menyapanya kali ini.

"Hai juga," Ia membalas salamnya.

"Ayo masuk," Pak Hadi langsung menginstruksikan keduanya segera masuk ke ruang kelas tempat mereka akan berlomba."

Perlombaan berjalan seperti biasanya. Nampak cepat berlalu namun tak mudah bagi yang mengalaminya. Rasanya empat jam itu lama loh. Tapi di cerita ini meang terasa singkat. Aris sudah keluar dari kelas.

"Gimana Ris? Aman???"

"Saya sudah berusaha pak."

"Oke-oke gak apa-apa. Buat pengalaman aja Ris."

"Ia pak."

"Langsung Pulang aja?"

"Loh gak nunggu yang satunya dulu pak?"

"Kayaknya nggak Ris. Mereka ada urusan dulu."

"Ok deh pak," sebenarnya Aris ingin lebih banyak bicara dengan gadis itu. Namun apalah daya. Situasi tidak mengijinkan mereka bertemu dan mengenal lebih jauh lagi.

Aris kini sudah naik ke atas motor pak Hadi. Mereka sudah siap untuk berangkat. Aris hanya bisa memandang ke arah kelas dimana gadis itu masuk. Motor pak Hadi sudah keluar dari gerbang dan gadis itu tak kunjung keluar.

Pupus sudah harapan Aris untuk mengenal dia lebih dekat. Itu akan menjadi penyesalannya kembali. Aris memang tidak memiliki banyak keberanian untuk mendekati wanita. Dia perlu waktu banyak untuk bisa akrab dengan lawan jenisnya. Masalahnya pertemuan mereka sangat singkat. Tidak ada waktu untuk Aris mengenal wanita itu jauh lebih dekat.

Wanita yang akan selalu di kenang dan akan tetap terkenang dalam bayangan Aris. Aris hanya bisa berharap jika ia jodohnya maka dekatkanlah. Jika bukan maka buatlah dia tetap dekat dengannya.

FIRST LOVE - MEMORY OF YOUDonde viven las historias. Descúbrelo ahora