part 17

26 25 1
                                        

Seminggu lebih proses pendekatan yang dilakukan Aris. Namun masih nampak belum ada kemajuan sedikitpun. Jangankan kontaknya, berkenalan langsung dengannya pun belum pernah. Hanya beberapa kali Aris dan Dini beradu pandang. Aris pun meragukan bahwa Dini menganggap pandangan itu special. Mungkin saja Dini tidak mengenalnya sama sekali.

Aris gusar memikirkan ini dan itu. Belumlagi Rifqi yang terus mengompori bahwa Dini sudah mulai banyak yang menggoda. Aris sadar, bukan saatnya untuk dia diam-diam saja. Bisa-bisa Aris kalah start. Aris tidak mau jika hal itu terjadi. Aris tidak mau melepaskan cinta pertamanya begitu saja.

"Ris," seperti biasa Rifqi datang dengan cara yang selalu berhasil membuat Aris kesal.

"Apa Rif?"

"Udah seminggu nih. Gimana? Ada kemajuan?"

"Ya, gak gimana-gimana Rif."

"Cupu lo. Kelamaan, nanti di pepet orang baru nangis-nangis."

"Aku bisa deketin ribuan cewek Rif. Aku yakin kamu juga tau.Tapi kalo di samping cewek yang aku suka," Aris nampak menghela napas.

"Gak bisa?"

"Susah Rif. Jangankan mengajaknya bicara, menatap matanya aja susah ku lakukan. Aku hanya bisa menatapnya jika dalam kondisi terbuai sedangkan dalam kondisi normal aku pasti akan memalingkan muka."

"Padahal temen lo rata-rata cewek Ris?"

"Seperti yang ku bilang. Entah mengapa aku selalu gemetar. Mungkin kamu benar aku terlalu cupu berhadapan dengan cewek yang aku suka."

"Kasian banget sih temen gua," Rifqi duduk dan merangkul temannya itu.

"Dih, kalian ngapain heh," Aldi tiba-tiba masuk ke dalam kelas.

"Sirik aja lo," Rifqi sewot.

"Di, apapun yang kamu pikirkan. Bukan seperti itu kenyataannya."

"Dah jelas di mata gua. Jomblo sih jomblo. Temen jangan di embat juga. Mending kalo ciwi. Ini mah sesama cowok?"

"Gak gitu anjer," Rifqi melempar penghampus dan hampir mengenai Aldi.

"Terus kalian ngapain?" tanya Aldi masih penasaran.

"Itu si Aris lagi galau. Lagi suka sama cewek tapi gak berani mendekatinya."

"Lah. Gak bilang lo Ris. Jangan-jangan cewek yang itu ya?"

"Lah lo dah tau?" tanya Rifqi kepada Aldi.

"Ya, Aldi gak tau sebanyak lo Rif."

"Gas lah. Yok main ke kelasnya," Aldi tersenyum jahat.

"Yok," Rifqi pun demikian.

"O... gah," Aris tersenyum lebih jahat karena tau niat busuk kedua temannya.

Jika Aris menyetujui ajakan kedua temannya, pasti dia akan habis jadi bahan godaan kedua temannya yang memang usil. Aris tidak mau jika hal itu sampai terjadi. Aris paham betul karakter Rifqi, jika di lihat Aldi juga sama saja. Sebelas dua belass dengan Rifqi.

Bel berbunyi, tanda jam pelajaran akan segera di mulai. Rifqi terpaksa mengurungkan niat jahatnya dan kembali ke kelasnya. Sementara itu, saat guru pergi. Kelas yang sesaat sepi menjadi ribut seperti bebek yang belum diberi makan. Di sela-sela keributan munculah gosip-gosip keluar ke permukaan.

Apa yang di takutkan Aris terjadi. Aldi memang sama seperti Rifqi. kompor meledug (kompor meledak). Istilah bagi orang yang suka menyebarkan rahasia orang. Ember bocor, tidak bisa menyimpan rahasia. Rahasia Aris kini menjadi buah bibir. Aris hanya diam melihat teman-teman dekatnya mulai menggoda dirinya karena ghibahan dari Aldi. Ingin rasanya Aris memukul Aldi namun rencana itu dia urungkan karena Aris merasa hal itu tidak ada gunanya.

Kuping Aris sedikit panas mendengar kata cie-cie. Aris rasanyaingin meledak. Namun sekesal apapun dirinya. Aris hanya tersenyum menanggapi semua teman-temannya yang sedang rese tingkat dewa. Hingga teman-temannya perlahan lelah dan kondisi mulai normal. Setidaknya mereka belum tau perempuan mana yang Aris suka. Aris hanya berharap Rifqi tidak keceplosan menyebutkan nama wanita yang dia suka.

"Psttt... Ris," Aris berbisik dari balik jendela.

"Apa?"

"Gaslah yok," Rifqi mengajak Aris keluar.

"Kemana?"

"Ayok. Lo pokonya bakal seneng deh. Udah istirahat juga."

"Oke-oke," Aris berdiri dan keluar ruangan.

Rifqi masih bersandar di tembok menunggu kedatangan sahabatnya Aris. Sebenarnya Aris malas menemui Rifqi. Di saat seperti ini, jailnya suka kumat. Aris kini berdiri di pintu kelas. Rifqi memanggilnya dengan gerakan tangan. Aris mulai kembali berjalan mendekatinya.

"Yo," Rifqi tersenyum dan menyapa kedatangan Aris.

"Ada apa? Aku lagi mager."

"Jangan lupa di chat," Rifqi tersenyum.

"Udah deh jangan mulai. Lagi males becanda."

"Lo mager mulu semejak jatuh cinta?"

"Gara-gara loe cerita ke Aldi. Di kelas jadi rame anjer."

"Ya, mangap. Keceplosan."

"Kebiasaan." Aris memasang muka bete.

"Sory deh. Tapi kedatangan gua kayaknya bakal bikin lo seneng Ris."

"Paan?"

"Nih," Rifqi mengacungkan sobekan kertas.

"Kertas? Sobekan kertas? Kayak bocah aja main surat-suratan?"

"Dih. Lo gak tau aja kalau ini nomor Dini," Rifqi tersenyum lebar.

"Mana sini? Buat aku kan?" Aris mau mengambil kertas.

"Eits," Rifqi langung menarik kembali kertas tersebut dan memasukannya ke genggaman tangannya.

"Lah katanya buat aku?"

"Dipikir gratis?"

"Gak ada duit aku."

"Bukan itu."

"Jangan minta aneh-aneh."

"Gak Cuma mau pinjem buku LKS lo aja."

"Oke buku apa?"

"Itu yang udah loe kerjain."

"Owh, buku IPS. Wait aku ambil dulu."

"Lah."
"Apa lagi bjier?"

"Sekalian lah. Kimia, Fisika, Biologi, Agama, PKN, MTK."

"Bjier itu mah enak di kamu Rif."

"Pengorbanan Ris. Demi cinta," Rifqi tersenyum lebar.

"Oke aku ambil. Sisanya besok."

"Nah gitu doang. Sama temen gak boleh pelit."

"Hadeuh, punya temen gini banget dah. Gak iklas banget bantuin deketi cewek yang ku suka."

"Terus aja ngedumel. Gua robek nih kertas," Rifqi tenyata mendengar ocehan Aris.

Aris berbalik dan tersenyum. Namun senyumannya nampak tidak tulus. Lalu Aris bergegas mengambil beberapa buku yang di minta. Rifqi hanya tersenyum melihat sahabatnya yang dengan mudah bisa di manfaatkan hanya dengan satu nomor HP.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 20, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FIRST LOVE - MEMORY OF YOUWhere stories live. Discover now