Dunia Pertama 10

13.6K 1.7K 140
                                    

AYO ABSEN DULU!! MAU LIAT SEBANYAK APA SIH? YANG ANTUSIAS BACA CERITA ARIN MWEHEHE....

***

Arin Ingin membayar biaya pengobatan untuk anak kucing kecil yang baru saja diberi nama Coco ini, tetapi kata asisten itu... Biaya pengobatan telah dibayar. Dari tadi dia hanya bermain bersama Coco dan dia belum membayar sepeserpun jadi hanya satu orang yang ada di pikirannya saat ini, Izkel... Yah... siapa lagi yang akan membayarnya jika bukan dia?

"Ini" Arin menyodorkan beberapa lembar uang ratusan pada Izkel yang sedang bermain bersama kucing.

Izkel menatap uang yang disodorkan Arin lalu menatap wajah Arin bingung

"Ganti uangmu"

"Tidak perlu diganti"

"Tapi..." Arin ingin menolak tetapi Izkel berkata lagi.

"Aku hanya membayar pengobatan, dan itu tidak mahal, tidak perlu membayar kembali"

Setelah berbicara Izkel kembali bermain dengan Coco.

Arin akhirnya hanya bisa menyimpan uang itu kembali, Dia melihat ke jalan, dan tatapannya bertemu dengan Lana?

Lana yang tertangkap ketahuan sedang mengintip langsung menarik pandangannya dan pergi dari tempat itu.

Arin mengangkat sudut mulutnya membentuk sebuah seringai, Hehh... Sepertinya drama yang sesungguhnya akan dimulai.

Izkel memberikan Coco kepada asisten dokter hewan itu untuk dirawat inap dulu. Arin mengelus kepala Coco, "Berprilaku baiklah, jangan nakal. Nanti kami akan kembali menemuimu"

Izkel hanya berdiri melihat interaksi Arin dan Coco. Dia tidak membantah perkataan Arin.

"Baiklah ayo pergi"

"Ya" Arin mengikuti Izkel di belakang, Sesekali menoleh dan melambai pada Coco.

Sepanjang jalan pulang, Arin hanya mengikuti di belakang Izkel dengan jarak satu meter jauhnya dari Izkel.

"Aduh" Arin menabrak sesuatu yang keras, hidungnya memerah akibat benturan dan air mata keluar karena sakit, terlihat menyedihkan karena kesakitan.

Dia melihat sesuatu yang keras di depannya, Ternyata itu adalah Izkel yang berhenti tiba-tiba tanpa peringatan, sehingga membuatnya menabrak punggung kerasnya.

"Apa kamu baik-baik saja?" Izkel bertanya, sedikit khawatir dan kasihan.

"Tidak apa, tidak sakit"

Kata mulutnya sih tidak sakit, tetapi air mata yang keluar dan hidung yang memerah berkata sebaliknya.

"Jangan berjalan di belakangku, berjalanlah di sampingku."

Arin mengangguk patuh, Carilah yang aman, Jangan berjalan dibelakangnya lagi, Siapa yang tahu kan, dia akan berhenti tiba-tiba lagi?

Pikiran itu sangat terlihat di wajahnya, Ekspresi itu... selalu mengatakan yang hal yang dipikirkannya.

Mereka berjalan beriringan menuju apartemen mereka. Tidak ada satu dari mereka berdua yang berbicara, Walaupun begitu mereka terlihat sangat harmonis, Yang satu tampan dan yang satunya cantik, Ekspresi mereka saat melihat satu sama lain terlihat sangat lembut. Dalam sekali pandangan, Kalian akan berfikir mereka adalah pasangan.

Mereka berjalan, Sampai di depan suite mereka.

"Tunggu sebentar" Arin menyuruh Izkel menunggu, tanpa mendapatkan persetujuan dia masuk ke Suitenya sendiri dan kembali sambil membawa sesuatu di tangannya.

Rebut pahlawan itu!Where stories live. Discover now