Dunia kedua 03

8.3K 1.2K 39
                                    


Arin bekerja hingga tangannya memerah dan perih, dia bekerja dengan cepat tetapi itu menyakiti dirinya sendiri.

"Arin berhentilah bekerja, biarkan kami yang melakukannya"

Ada lima pria datang membuat Arin diam-diam bersyukur. Untung saja tubuh ini cantik, jika dia jelek... Dia akan benar-benar menderita!

Arin menatap lima pria itu, "Tidak apa, em... Kalian pasti juga sibuk, kerjakan tugas kalian saja... Jangan hiraukan aku" Arin tersenyum pada mereka, tetapi senyuman itu kaku karena rasa sakit. Kelima orang itu tau bahwa Arin tidak ingin menyusahkan mereka, dari dulu Arin selalu seperti ini, menolak semua pertolongan mereka karena tidak ingin menjadi orang yang menyusahkan dan suka memanfaatkan orang lain. Arin sangat berbeda dengan gadis dan wanita lain di desa, Padahal jika dia mau, dia boleh saja seperti para gadis dan wanita lainnya yang suka sekali meminta bantuan mereka.

"Tidak apa, kami akan membantumu" Tanpa menunggu jawaban Arin, mereka mulai bekerja.

Tenaga dan kekuatan para pria sangat berbeda dengan gadis kecil seperti dirinya, dalam waktu seperempat jam... pekerjaan Arin selesai.

"Baiklah sudah selesai, kamu bisa pulang duluan" Salah satu dari mereka mengusulkan.

"Oh.... Em... Terimakasih atas bantuan kalian" Arin tidak ragu-ragu untuk membungkuk dan berterima kasih dengan sungguh-sungguh.

Para pria itu terkekeh, "sama-sama, sampai jumpa lusa Arin"

Arin mengangguk dan melambai pada mereka, dia segera kembali. Dia harus memasak untuk ibunya, ibunya lemah dan tidak boleh bekerja terlalu keras. Tadi pagi Arin telah membuatnya bekerja... Jadi dia harus memastikan bahwa ibunya beristirahat sekarang.

Arin memasuki pekarangan rumah, ibunya sedang duduk di teras sambil merajut saputangan. Yah... Ini adalah kegiatan yang memerlukan uang, pemilik tubuh ini berkerja keras menghasilkan uang untuk membelikan ibunya alat-alat merajut sebagai hadiah ulang tahunnya di tahun kemarin. Kebetulan sekali ternyata kerajinan tangan ibunya lumayan bagus sehingga terkadang mereka menjualnya pada orang lain untuk membeli benang dan kain lagi. Pemilik tubuh sengaja memberikan alat rajut itu pada ibunya agar ibunya tidak bosan di rumah dan tidak melakukan hal-hal yang melelahkan lagi untuk menghabiskan waktu.

"Aku pulang"

"Kamu kembali lebih cepat"

"pekerjaanku hanya sedikit tadi jadi aku bisa pulang lebih cepat, aku masuk ke dalam dulu, ibu lanjut merajut saja"

"Ya"

Arin dengan cepat bergegas untuk membersihkan diri dulu, setelah bersih dia segera memasak makan siang.

Dia hanya bisa memasak sesuatu yang sederhana. Nasi putih, sayur tumis, sup ayam dan acar melengkapi makanan sederhana ini.

"Ibu ayo makan"

"Baik, ibu datang"

Setelah memastikan ibunya duduk dia segera membawa sup ayam ke hadapannya, hanya ada satu mangkuk sup ayam dan pastinya itu untuk ibunya.

"Sup untukmu mana?"

Ibunya Arin bertanya dengan heran, dia selalu mendapatkan sup, sementara anaknya tidak pernah dilihat meminum sup ayam.

Arin sulit untuk menjawab, pemilik tubuh memang hanya menyiapkan sup ayam khusus untuk ibunya, dia selalu beranggapan bahwa ibunya harus mendapatkan gizi yang cukup untuk tubuh lemahnya.

"Em... Arin sudah meminumnya tadi, ibu... Makanlah cepat sebelum menjadi dingin"

Arin tidak melanjutkan percakapan dan hanya makan dalam diam, dia juga memastikan ibunya menghabiskan sup itu, setelah makan dia segera memberikan obat seperti biasa pada ibunya.

Rebut pahlawan itu!Where stories live. Discover now