Dunia pertama 11

13K 1.7K 62
                                    

Arin yang tadi telah di tolak memutuskan untuk memasukkan barang ke bagasi bus, Semua gadis di jurusan ini biasa meminta seorang teman pria untuk membantu mengurus koper, Tetapi Arin yang masih baru di sini, merasa tidak enak untuk meminta seseorang melakukan suatu hal untuknya, jadi dia memasukkan koper ke bagasi bus dengan kedua tangannya sendiri.

Setelah selesai, Arin tersenyum puas dan langsung masuk ke bus dan duduk di barisan kedua dari belakang di pojok kanan seorang diri.

Dia hanya melihat ke jendela, dia terlihat sangat kesepian.

Arin hanya menatap keluar jendela hingga tidak sengaja tertidur, itu hanyalah penampilan luar, dia tidak benar-benar tertidur karena dia melihat Izkel yang berada tidak jauh dari bus. Jika melihat dengan fokus, dia akan menemukan wajah cantik yaang sedang tertidur.

Dan benar saja...

[Tuan rumah, pahlawan sedang menatapmu]

Arin menarik sudut mulutnya, sehingga membentuk senyuman yang sangat indah.

"Ada apa?" Temanny bya yang di belakang bertanya karena Izkel yang tiba-tiba berhenti berbicara dan Seperti sedang melihat sesuatu. Jadi temannya mengikuti pandangannya... Ini adalah kecantikan yang mengesankan, Bagaimana bisa seseorang yang tidur bisa secantik itu???

Mata teman-tamannya membelalak terkejut, Mereka berhenti berbicara pada Izkel, sehingga Izkel kembali sadar dan mengerutkan alisnya setelah melihat teman-tamannya.

Entah kenapa ada rasa tidak senang di dalam hatinya.

"Bukankah kalian dipanggil oleh pak Lim tadi?" Izkel menyadarkan temannya.

"Oh bener, Kami pergi dulu" Mereka dengan cepat bergegas ke gedung utama kampus ini.

Pak Lim adalah dosen killer yang mengajar di jurusan Manajemen bisnis. Mereka bukanlah mahasiswa jurusan fotografi, Jadi mereka Tidak akan ikut bersama Izkel.

Izkel yang telah ditinggal sendiri kembali menatap Arin yang tertidur, lalu pandangannya tidak sengaja jatuh pada beberapa pria yang sedang heboh sambil melihat Daan menunjuk Arin.Sepertinya orang itu sedang berdebat, siap yang akan duduk bersama Arin karena mereka sering menengok ke Arin dan menunjuknya.

Tentu saja sistem memberitahu Arin tentang hal ini, Izkel melihat kearah kelompok itu lalu melihat Arin yang sedang tertidur. Jika salah-satu  di antara mereka duduk di samping Arin, mengingat Sikap pemalu Arin dan seberapa penakutnya dia, ini bukanlah hal baik.

Izkel menatap sekelompok orang itu yang sedang menuju ke bagasi bus,  Izkel juga bergegas ke bus, Untungnya dia sudah lama memasukkan koper miliknya ke dalam bagasi, jadi dia bisa langsung naik.

Saat Izkel memasuki bus, banyak para siswi melihat ke arahnya, berharap dirinya dipilih sebagai teman duduknya. Beberapa bahkan dengan terang-terangan mengajaknya duduk bersama, tetapi Izkel menolak semua ajakan mereka dan berjalan dengan mantap ke arah Arin.

Lana yang awalnya sedikit bersemangat karena dia sedang duduk sendirian sekarang, Kebetulan dia berada di satu kursi di depan Arin, tepatnya di sisi kiri bus, sisi yang berlainan dengan Arin.

Semakin dekat Izkel semakin lebar juga senyumnya, Hanya tuhan dan dirinya yang tau keadaan suasana hatinya sekarang.

[Tuan rumah, Pahlawan wanita sedang dalam suasana hati yang bahagia]

Oh iya lupa... Ada sistem yang juga bisa mengetahui keadaan hatinya Lana.

'Biarkan dia terbang ke langit dengan tinggi, lalu hempaskan, jatuhkan, hancurkan dia dengan kenyataan yang ada'

Izkel sudah berada di dekat Lana, Lana berdiri dan ingin berbicara padanya, sayangnya belum sempat dia berbicara, Izkel dengan cepat melewatinya. Senyuman di wajahnya menjadi kaku.

Tubuhnya membeku, Setelah beberapa saat dia akhirnya sadar kembali dan menoleh untuk melihat Izkel. Dia sekarang berhenti di satu kursi di belakang, menatap ke seseorang yang berada di sisi kiri kursi.

Lana penasaran siapa yang sedang ditatap Izkel, jadi dia bergeser sedikit sehingga bisa melihat orang itu.

Lalu.... Lana membelalakkan matanya, ARIN LAGI?!!!!

Seketika kemarahan bertambah di hatinya, Lana menatap Arin dengan tajam. Jika sebuah tatapan bisa membunuh, mungkin Arin akan mati berkali-kali karena tatapan Lana.

[Tuan rumah, ayo bangun. Pahlawan ada di sampingmu, Bukankah kamu ingin membuat Lana lebih membencimu? Ayo lakukan sekarang]

Sistem dengan semangat berbicara Setelah melihat tatapan benci Lana pada tuan rumahnya.

'Tunggu saja, seseorang akan melakukannya untukku'

Setelah Arin berbicara pada sistem, Izkel sudah bergerak dan duduk di sampingnya. Senyuman terbentuk di wajah tidur Arin, tentu saja ini tidak lepas dari tatapan Izkel, Tanpa sadar  Izkel juga ikut tersenyum.

Di sisi lain, Lana yang sedang berharap agar Izkel tidak duduk bersama Arin, kembali membelalakkan matanya, Harapannya hancur.

MENGAPA? MENGAPA SELALU SAJA ARIN? BENCI, AKU SANGAT MEMBENCINYA!! Pikiran Lana berkecamuk, tangannya mengepal dengan erat sehingga kukunya menancap di telapak tangannya.

Dia berdiri dan berdiam diri di sana cukup lama sampai suara dari dosen yang bertanggung jawab dengan kegiatan ini berbicara.

"Baiklah kalian semua duduklah di tempat masing-masing, kita akan segera berangkat." Suara mikrofon di bus membuat Lana tersadar dan kembali duduk dengan perasaan yang buruk.

Lalu disaat yang sama saat suara mikrofon itu terdengar Arin terbangun dari tidur palsunya.

Mata yang masih sayup, penampilan linglung ini sedikit imut. Bulu mata Arin yang panjang melambai-lambai, karena gerakan berkedipnya untuk menyadarkan diri, sayangnya dia hanya Setengah sadar, dan memaksakan untuk memperhatikan sekitarnya. Bus sudah bergerak, menandakan bahwa perjalanan telah dimulai, Arin mengangguk mengerti lalu kembali tidur.

Penampilannya sangat Lucu, Izkel yang berada di sampingnya terkekeh melihatnya. Bahkan di sepanjang jalan Izkel hanya menatap Arin, dan tidak menatap hal lain.

Perjalanan dari ke kampus ke tempat wisata Padang bunga hanya memerlukan waktu perjalanan selama dua jam, Jadi tidak terasa mereka sudah sampai di penginapan.

"Kalian bangun dan bersiap untuk turun dari bus, kalian bisa pergi ke penginapan setelah saya membacakan nama-nama teman sekamar kalian. Satu kamar akan di isi oleh empat orang, Kamar 108, Lina, Wiwi, Risma, Olivia. Kamar 109...."

"...... Yang terakhir, Kamar 180, Sasha, Kiki, Lana, dan Arin"

Setelah mengetahui nomer kamar masing-masing, Semuanya keluar secara bergiliran.

Hanya tiga orang yang masih sama-sama berdiam diri di tempatnya masing-masing, tetapi dengan alasan yang berbeda-beda.

_____________________________________________

Catatan penulis:

Baca ini dulu, Ilona nanti nyusul. Btw Jan lupa subscribe channel ytku wk, masih belum upload Vidio sih, tapi mungkin Minggu depan bakal di upload. Oke terimakasih antusiasmenya see u
.
.
.
.
.
.
.
.

   👇🌟

Rebut pahlawan itu!Where stories live. Discover now