Dunia Pertama 06

15K 1.8K 52
                                    


"Baik mari kita akhiri materi sampai sini saja, selamat siang"

"Siang pak"

Kelas selesai. Arin ingin pergi ke Lana, tapi dia dihentikan oleh teman-teman barunya. terutama para pria yang penasaran tentang dirinya. Arin gelisah, dia tidak pernah dikerubungi dengan banyak orang saat sendirian.

"Arin kamu berasal dari mana?"

"Apa kamu punya WeChat? Kamu cantik sekali"

"Ayo berteman, beri tahu aku WeChatmu"

Semuanya mengajukan pertanyaan, dia bingung. Arin ketakutan, dia tidak pernah mengalami ini

"A-aku mm.."

"Teman sekelas, jangan seperti itu. kamu membuatnya takut." Izkel sudah tidak tahan melihat adegan itu, dia segera berdiri di sampingnya Arin. "Biarkan dia beradaptasi dulu" ucapnya lagi.

"Ah.. maafkan kami, kami tidak bermaksud menakuti kamu" ucap salah satu cowok yang ada di antara kerumunan.

"Em.. Tidak apa" Arin membalas dengan suara pelan yang lembut.

"Baiklah ayo pergi Arin"Izkel menarik tangannya.

"Eh... oke, Sampai jumpa lagi teman sekelas" ucap Arin sopan.

....

Di koridor sepi, Izkel berhenti lalu menatap Arin dan tentu saja dia masih menggandeng tangan Arin. Kini pipi Arin merona karena malu.

"Senior.. Bisakah kamu melepaskan tanganku" suaranya Arin sangat kecil, mungkin jika Izkel tidak berada dekat dengannya dia tidak akan menyadari bahwa dia sedang berbicara.

Izkel melihat tangannya dan segera melepaskan tangan Arin. Ketika tangannya telah terlepas, Arin menutupi wajahnya yang memerah dengan tangan mungilnya. Dia sangat malu sekarang. Lalu setelah beberapa saat kemudian Arin melirik Izkel diantara sela-sela jari putihnya.

Ketika dia melirik, matanya yang besar bertemu dengan mata Izkel. Arin terkejut dan kembali menutup jari-jarinya, rona merah menjalar ke leher. Kali ini dia benar-benar sangat sangat sangat malu sekarang.

Semua kelakuannya Arin tidak luput dari pengawasan Izkel, Tentu saja itu membuat Izkel yang melihatnya ikut merasakan sedikit rasa malu. Bahkan dia sekarang berusaha menahan diri untuk mengusap kepala Arin. Telinganya memerah. Gadis ini, benar-benar sangat imut!!

Izkel berdehem "Apa kamu lapar?" mengalihkan perhatian.

"Ah? mm.. Ya" Arin mengangguk, sedikit linglung karena pengalihan perhatian yang tiba-tiba.

Senyuman lembut kembali muncul di wajahnya Izkel "Kalau begitu ayo pergi ke kantin"

Arin mengangguk lagi, mengikuti dengan jarak 1 meter di belakang Izkel. Izkel yang melihat itu hanya tersenyum memaklumi gadis pemalu ini.

Setelah sampai di kantin, orang-orang yang berada di kantin menatap Arin dan Izkel. Izkel adalah Dewa kampus dan walau Arin adalah mahasiswi baru tetapi dia telah mendapatkan gelar Dewi kampus yang baru dalam waktu singkat. Melihat mereka berjalan bersama membuat semuanya takjub akan keindahan yang sempurna itu dan Mereka sudah membuat CP Izkel-Arin di hati masing-masing.

Berdiri di papan menu, Arin membeli pangsit daging dengan sup dan Es stoberi lalu Izkel memesan nasi ayam dan sebotol Air mineral.

Setelah pesanan datang, mereka membawa makanan masing-masing ke meja yang berada di posisi dekat jendela.

Setelah duduk mereka segera memakan makanan mereka dalam diam. Suasana seperti ini sedikit membuat Arin tidak nyaman, jadi dia mendongak dan melihat ke sekeliling, menemukan bahwa Lana sedang memperhatikan kami di pintu masuk kantin.

Rebut pahlawan itu!Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt