48| Antara Vilda dan Elvano

4.1K 377 109
                                    

Masih adakah yang nunggu cerita ini?

Sorry ya jarang update...

Kemungkinan untuk kedepannya kayanya bakal jarang update tapi aku usahain sekalinya update 2 part sekaligus.

Oh iya kalo menurut kalian cerita aku kurang jelas atau menurut kalian gak banget, maaf yaaaa. Aku juga masih belajar ini😊.

Happy Reading.

****

Vilda menunggu Elvano di taman yang letaknya tak jauh dari sekolah. Tadi Elvano menyuruhnya untuk menunggu disini. Vilda melirik jam tangannya, sudah lebih dari 15 menit dari waktu yang Elvano katakan tetapi lelaki itu belum juga muncul.

Vilda menghela nafasnya pelan. Apakah Elvano tidak akan datang? Dia menundukkan kepalanya seraya memainkan jari-jarinya. Hingga sebuah elusan dia rasakan di kepalanya, membuatnya langsung mendongak dan tersenyum.

"Kak Elvan," ujar Vilda.

Elvano tersenyum kemudian duduk disampingnya. "Lama ya? Sorry."

Vilda tersenyum mengerti. "Iya gapapa kak," katanya. Perihal hubungan Zea dan Elvano, Vilda sudah mengetahuinya. Awalnya dia kaget dan sedikit tidak terima, namun Vilda berusaha untuk mengikhlaskan Elvano dan mencoba untuk menghilangkan perasaannya kepada Elvano.

Dia sadar Elvano hanya menganggapnya seperti seorang adik. Tidak lebih.

"Mau ngomong apa?" Tanya Elvano tanpa basa-basi.

"Bunda... kak..." lirih Vilda membuat Elvano langsung menatapnya intens. Ada rasa kaget dan khawatir.

"Bunda? Kenapa?"

Vilda tak langsung menjawab. Elvano melihat kedua bahu Vilda bergetar, menandakan jika gadis disampingnya ini sedang menangis. "Bunda... hiks... masuk rumah sakit..." ucap Vilda pelan diiringi isak tangisnya.

"Rumah sakit? Kenapa?" Tanya Elvano khawatir.

Vilda mengusap air matanya seraya menatap Elvano dengan tatapan sendu. "Kemarin Bunda jatuh dari tangga kak... sampai sekarang belum sadar," perjelas jelas dengan suara yang bergetar menahan tangis. "Aku... takut kak. Takut Bunda kenapa-kenapa." Sambungnya.

Elvano mendekap Vilda yang kembali menangis mencoba memberi sedikit ketenangan kepadanya. "Bunda gak bakalan kenapa-kenapa. Percaya sama kakak, Bunda itu wanita kuat Vil."

"Tapi... kak..."

Elvano mengusap punggung Vilda pelan. Berbisik. "Bunda pasti sembuh, kamu jangan nangis ya."

****

Sedangkan di tempat lain, seorang gadis sedang menatap ponselnya dengan wajah yang di tekuk dan sesekali mulutnya mengumpat.

"Ini anak sialan kemana sih? Kok belum kabarin gue ya? Apa dia lagi asik-asikan sama degem kesayangannya?" Gerutu Zea kesal.

Zea membuka room chatnya dengan Elvano. Ingin mengetik sesuatu.

Elvano :

Lo dimana njir?

Namun saat akan mengirim pesan tersebut, Zea kembali menghapusnya. Gengsinya menolak untuk menanyakan keberadaan Elvano.

"Ish kok gue jadi bucin gini sih, bukan gue banget." Ucapnya sambil bergedik geli.

Dengan kesal Zea membaringkan tubuhnya di ranjang, menatap langit-langit kamarnya. Tangannya bergerak menyentuh bibirnya sendiri. Entah mengapa dia jadi teringat saat Elvano menciumnya, ah membayangkannya saja membuat kedua pipi Zea merona.

"Kok si Ano bisa-bisanya gitu ya? Udah pro banget lagi." Gumamnya pelan. "Apa jangan-jangan dia suka begituan ya?"

Saat sadar dengan apa yang dia katakan, Zea langsung memukul bibirnya pelan. "Astaga gue gak boleh mikir yang jelek-jelek tentang pacar gue, itu sama aja gue ngejelekin diri gue sendiri karena mau pacaran sama modelan kaya dia."

Kenapa juga gue bisa suka sama si anoa!

****

Elvano menghela nafasnya berat. Pikirannya berkecambuk, kenapa saat dirinya sudah menemukan kebahagiannya selalu saja ada penghalang? Seolah Elvano dilarang keras untuk bahagia?

Elvano mengusap wajahnya dengan kasar, merutuki dirinya sendiri yang selalu berbicara asal tanpa memikirkan bagaimana ke depannya. Menyesal? Tentu!

Saat itu dipikirannya hanya yang penting Bunda bahagia dan cepat sembuh tanpa harus memikirkan apa-apa. Namun malah sebaliknya, justru karena ucapannya itu membuat Elvano dirundung rasa cemas dan ketakutan yang akan terjadi sewaktu-waktu.

Takut Zea marah.

Atau yang lebih dia takutkan adalah Zea pergi dari hidupnya.

"Bodoh!" Umpatnya pada diri sendiri.

"Kenapa gue setuju gitu aja? Brengsek emang!"

****

"Kenapa Bunda ngomong gitu ke kak Elvan? Aku gak mau kak Elvan ngerasa terbebani Bun," lirih Vilda sambil menunduk disamping ranjang Rumah Sakit.

Ayu, Bundanya tersenyum samar dan menghela nafas pelan. "Bunda cuma mau kamu sama orang yang tepat Vilda. Bunda ngerti kalian masih sekolah, tapi apa salahnya jika Bunda meminta Elvano untuk memenuhi keinginan Bunda? Bunda takut kalo Bunda nanti meninggal, kamu sendirian."

"Tapi Bunda... kak Elvan itu...-"

"Elvan pasti mau Vil. Dia pasti ngerasa berhutang budi sama Bunda karena udah ngerawat dia saat di panti." Ujar Ayu menyela.

"Tapi Bun, kak Elvan itu cuma menganggap aku sebagai adik, gak lebih. Kak Elvan juga udah-"

Ayu langsung menyela ucapan Vilda untuk yang kedua kalianya. "Cinta bisa datang jika terus saling bersama dan bertemu. Kamu harus percaya sama Bunda ya?"

Dengan pasrah Vilda mengangguk ragu.

****

TBC!

Hayoooo apa kira-kira permintaan Bunda Ayu ?

Sekarang udah tau kan kenapa Elvano sama Vilda itu dekat?

Elvano Pranaditya

Zeanna Kintania

Vilda Alexa

Ketos vs WaketosWhere stories live. Discover now