51 | Berjarak

4.3K 393 88
                                    

Sudah hampir seminggu sejak Elvano membohonginya, Zea mulai tidak merespon segala sesuatu yang berhubungan dengan Elvano. Mulai dari pesan yang Elvano kirim pun tidak dia tanggapi. Telpon bahkan sampai Elvano datang ke rumah Zea pun tidak dia hiraukan.

Zea hanya memperhatikan Elvano dari kamarnya ketika cowok itu datang. Bahkan Elvano datang ke rumahnya dalam sehari bisa tiga atau lima kali. Dan Zea tidak peduli.

Alasannya pasti sudah tahukan? Ditinggalkan dan dibohongi. Itu yang membuat Zea marah dan kecewa kepada Elvano.

Apa hubungan mereka sebagai pasangan kekasih tidak penting bagi Elvano?

"Non Zea." Zea menoleh ke arah pintu kamar, disana ada bi Marni.

"Kenapa bi?" Tanya Zea.

"Itu Non, di bawah ada temen Non." Zea mengernyitkan dahinya bingung. Perasaan Zea tidak memiliki janji dengan teman-temannya.

"Siapa?"

"Gatau Non, tapi temen Non yang dibawah tadi itu cowok."

Zea semakin mengernyitkan dahinya. Apa mungkin Elvano?

"Elvano bukan?" Tanya Zea kepada bi Marni. Bi Marni mengelengkan kepalanya.

"Bukan Non, kalo sama Den Elvan mah bibi kenal," ucapnya.

"Eum yaudah suruh tunggu dulu ya bi, Zea mah ganti baju dulu." Kata Zea yang diangguki oleh bi Marni.

****

Sedangkan cowok yang menunggu Zea di lantai bawah sedang mengamati beberapa photo yang terletak di dinding ruang tamu. Disana dia dapat melihat wajah Zea saat masih kecil. Menggemaskan.

"Den..." panggil Bi Marni. Membuat orang yang dipanggil tadi menoleh ke arah Bi Marni.

"Iya Bi?"

Bi Marni tersenyum ramah. "Kata Non Zea di suruh tunggu dulu," ujarnya. "Non Zea nya lagi ganti baju dulu." Sambungnya kembali.

Cowok tadi tersenyum dan mengangguk. "Iya Bi."

"Kalo gitu bibi ke belakang dulu ya Den," pamitnya dan dibalas anggukan.

Saat Bi Marni sudah pergi ke belakang, cowok itu langsung memperhatikan kembali dan melihat-lihat kembali photo yang ada di ruang tamu.

Hampir sepuluh menit menunggu, akhirnya gadis yang dia tunggu dari tadi datang.

"Hai," sapa cowok itu terlebih dahulu sambil melambaikan tangannya.

Zea yang baru saja menuju ruang tamu langsung tersenyum saat melihat siapa yang datang ke rumahnya.

"ARLAN!!!" Pekik Zea heboh. Cewek itu berlari ke arah Arlan dan memeluknya.

"Kamu kemana aja? Lama banget perginya." Omel Zea.

Arlan terkekeh dan membalas pelukan Zea. "Maaf." Katanya.

Zea melepaskan pelukannya sambil tersenyum. "It's okay." Ucapnya. "Eh gimana keadaan nenek kamu? Udah sembuh?"

Arlan mengangguk. "Alhamdulillah udah mendingan, cuma harus sering ke rumah sakit aja." Jawabnya.

Zea manggut-manggut mengerti. "Semoga cepat sembuh ya."

"Iya Zea," ucap Arlan.

****

Sedangkan di tempat lain, terlihat Elvano sedang menghabiskan waktu bersama Vilda di sebuah pusat perbelanjaan. Awalnya  Elvano menolak untuk mengantar Vilda, namun dia teringat kembali atas apa yang di ucapkan oleh Bunda Ayu. Jadi, mau tak mau Elvano pun mengantar Vilda pergi.

"Menurut kak Elvan bagusan yang mana?" Tanya Vilda seraya menampilkan dua baju yang ada ditangan kanan dan kirinya kepada Elvano.

"Dua-duanya bagus." Jawab Elvano singkat. Dia masih memikirkan Zea, kenapa akhir-akhir ini Zea terasa menghindar darinya. Apa dia membuat kesalahan yang tidak dia sadari?

Seminggu tidak bertemu dan tidak saling mengabari membuat Elvano dilanda rasa khawatir.

"Tapi kalo menurut aku bagusan yang ini deh kak," ucap Vilda sambil menunjukkan baju yang berada ditangan kirinya.

Elvano melirik Vilda. Walaupun wajahnya terlihat senang menemani Vilda tapi sebenarnya dia terlalu malas untuk menemaninya. Elvano hanya menganggap Vilda sebagai adiknya, tidak lebih. Tapi dia merasa berhutang budi kepada Ayu karena sudah merawatnya saat dipanti. Dan itu adalah alasan mengapa dia bersikap baik kepada Vilda, namun sepertinya Vilda mengartikan kebaikan Elvano sebagai tanda jika Elvano menyukainya.

Dalam hatinya Elvano terus merutuki sikapnya yang plin-plan dan tidak dapat menentukan pilihannya sendiri.

"Kak..." panggil Vilda membuat lamunan Elvano buyar.

"Kenapa?"

"Kak Elvan kok diam aja?" Tanya Vilda sedikit sedih dengan sikap Elvano. Dia tahu sebenarnya Elvano enggan untuk mengantarkan, namun dia juga tidak dapat membohongi dirinya sendiri jika hatinya senang saat Elvano berada disampingnya. Walaupun terpaksa.

"Gapapa Vil," jawab Elvano. "Belanjanya udah belum?"

Vilda menghembuskan nafasnya pelan dan senyum terpaksa. "Eum... udah kak." Katanya. "Kalo gitu aku bayar dulu ya, kakak tunggu aja disini." Sambungnya kembali.

Elvano mengangguk dan membiarkan Vilda berjalan menjauh darinya.

Tak lama menunggu, Vilda pun mengampirinya dengan tangan kanan yang membawa paperbag.

"Langsung pulangkan?" Tanya Elvano memastikan.

Vilda tak langsung menjawab, dia terdiam sebentar. "Makan dulu ya kak? Aku lapar."

Elvano tersenyum samar dan mengangguk.

****

TBC!


Arlan comebackkk😘😘😘😘😘

Gimana part ini???

Senang atau emosi nih? 🤣🤣🤣

Buat kedepannya aku bakalan jarang update lagii:((  Jadi maaf banget ya, tapi diusahain untuk update walaupun gak tentu kapan.



See you next partttt 💜💜💜💜

Ketos vs WaketosWhere stories live. Discover now