34| Distance

5K 485 85
                                    

Vote dan Comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dan Comment

Happy reading....

_________________________________________

Sudah terhitung seminggu Zea dan Elvano tidak saling menyapa ataupun melontarkan umpatan-umpatan seperti biasanya. Keduanya sama-sama lebih memilih untuk bersikap cuek satu sama lain.

Elvano yang masih marah kepada Zea perihal ponselnya. Dan Zea marah kepada Elvano perihal ucapan yang lelaki itu lontarkan minggu lalu.

Bahkan sejak tadi pagi OSIS sedang mengadakan rapat pun mereka tidak bersikap seperti biasanya. Hanya saling berbicara jika itu menyangkut organisasi. Anggota OSIS lainnya pun dibuat sedikit canggung oleh sikap mereka berdua.

Keduanya memiliki gengsi dan ego yang sama-sama keras dan tak mau saling mengalah.

"Lo sama si Ano ada masalah?" Tanya Manda berjalan disamping Zea dengan Kinan.

Zea mengelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Cerita dong Ze kalo ada masalah," sahut Kinan sambil memakan cireng mbak yanti.

"Gue sama dia gak ada masalah apapun." Kata Zea. "Gue mau ke lapangan dulu ya," sambungnya kembali.

"Ngapain?" Manda dan Kinan bertanya bersamaan.

"Ada perlu sama Arlan." Zea pun berjalan menuju lapangan.

"Kayanya ada yang gak beres." Manda mengetuk-ngetuk jari telunjuknya ke dagu.

"Ya beresin dong Man," jawab Kinan asal.

Manda berdecak. "Diem dulu deh Kin, gue lagi mikir ini. Jangan bikin gue sleding lo."

"Cih so pinter." Kinan mengerucutkan bibirnya kesal.

****

"Arlan," seru Zea sambil melambai-lambaikan tangannya memanggil Arlan yang berada ditengah lapang, sedang bermain basket seperti biasanya.

Arlan menoleh ke arahnya, tak lama kemudian setelah mengatakan sesuatu kepada temannya untuk berhenti sejenak dan mengampiri Zea yang menunggunya.

"Kenapa?" Tanya Arlan sambil menyeka keringat yang ada dikeningnya.

"Nih." Zea meyodorkan sebotol air minum. Dahi Arlan mengerut tak mengerti.

"Buat kamu," perjelas Zea seolah mengetahui apa yang cowok itu pikirkan.

Arlan tersenyum dan tangannya terulur mengambil botol minuman itu.

"Makasih." Zea mengangguk sebagai jawaban.

Setelah meminumnya Arlan menatap Zea dan membawa gadis itu untuk duduk dibangku dekat lapangan. "Tumben banget nyamperin aku, ada apa?"

Zea mengerucutkan bibirnya. "Emang kalo nyamperin kamu harus ada apa-apa dulu?"

Arlan menggeleng.

"Nanti temenin aku mau gak?" Kata Zea. Jarinya sedang memainkan jari Arlan yang berada di paha cowok itu.

"Temenin? Kemana?"

"Ke danau!" Seru Zea bersemangat. Menatap Arlan dengan mata yang berbinar.

Arlan mengangguk mengerti. "Boleh. Kapan?"

"Nanti sore. Kamu sibuk gak?"

"Gak pernah ada kata sibuk buat kamu Ze," kata Arlan.

Zea berhenti memainkan jarinya di jari Arlan. Kemudian dia ganti dengan sebuah genggaman.

"Serius nih?"

"Iya Zea."

"Promise?" Zea melepaskan tautan tangan antara keduanya lalu mengacungkan jari kelingkingnya dihadapan Arlan.

Arlan pun membalasnya dengan menautan jari kelingkingnya.

"Yes. Promise."

****

"Apa omongan gue keterlaluan ya sama Zea?" Gumam Elvano pelan. Namun karena disampingnya ada Azhar dan Fajar jadinya kedua makhluk astral itu mendengar apa yang barusan Elvano katakan.

"Emangnya lo ngomong apa sama si macan betina?" Tanya Fajar penasaran.

"Iya No, lo ngomong apa? Tumben-tumbenan banget lo sama si Zea gak kaya kucing sama tikus kalo ketemu. Biasanya war mulu." Sahut Azhar ikut-ikutan.

Elvano berdeham pelan dan memutar-mutar botol yang berada ditangannya.

"Gu-gue... ngomong itu... ." Kata Elvano terbata-bata.

"Itu?" Fajar dan Azhar menatap Elvano horor. Karena ucapan yang Elvano katakan terdengar ambigu.

"Jangan-jangan lo bilang kalo itu si Zea kecil, bener?" Fajar membentuk gunung dengan kedua tangannya. Taukan artinya apa?

Elvano yang mengerti dengan pikiran mesum Fajar pun langsung mengeplak kepala Fajar dengan botolnya tadi. "Mesum lo, anjing."

Fajar meringis sakit sambil mengelus-ngelus kepalanya. "Kasar lo. Kdrt!"

Azhar hanya menyaksikan tingah mereka berdua saja sambil makan baso ikan Pa Oleh.

"Btw, lo tadi belum jawab pertanyaan gue. Lo ngomong apa tuh sama macan betina?" Tanya Azhar kembali.

Elvano langsung berhenti melontarkan umpatan-umpatannya kepada Fajar.

"Euu... gue..." Fajar dan Azhar sekarang sedang fokus dan menanti lanjutan perkataan yang akan Elvano keluarkan.

"Apa dah?" Greget Fajar.

"Gu-gue.. "

"Gue apa anjim? Lo bikin gue penasaran aja." Umpat Fajar kembali.

"Diem dulu ngapa lo! Gue mau ngomong ini." Hardik Elvano kesal sendiri. Azhar dan Fajar hanya cengengesan tak jelas.

Dasar sinting.

Elvano menghembuskan nafasnya kasar.

"Gue bilang ke si Zea, kalo keluarga dia tuh gak pentingin si Zea. Keluarganya cuma mentingin pekerjaan mereka. Makanya dia gak punya sopan santun." Kata Elvano pelan.

"Lo serius ngomong gitu ke si Zea?!" Pekik Azhar dan Fajar bersamaan. Elvano mengangguk ragu.

"Astagfirulloh No, kamu itu berdosa banget." Fajar mengeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.

Elvano menghembuskan nafasnya pelan. "Dia buka ponsel gue."

"Ponsel?" Beo Azhar. Elvano mengangguk.

"Jadi... dia udah tau kalo dia itu...?" Elvano mengelengkan kepalanya.

"Hampir. Tapi untung keburu gue rebut."

"Kenapa lo gak jujur aja sih No sama dia? Bukannya dia yang selama ini ...?"

"Belum saatnya." Potong Elvano.

Fajar yang tak mengerti dengan pembicaraan antara Elvano dan Azhar hanya menatap dua orang itu dengan raut wajah bingung.

"Lo berdua ngomongin apa?"

****

TBC!

Terima kasih telah membaca cerita Ketos vs Waketos.

Sampe sini udah bisa nebak siapa si Ano itu?

Maaf kalo feelnya kurang dapet:(







Next part?

Ketos vs WaketosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang