52 | Hurts

3.4K 327 138
                                    

Hallooo guys!!!

Akhirnya bisa update juga setelah hampir 3 bulan gak update, hehe...

Ada yang masih baca cerita ini?

Yang masih nunggu kelanjutannya?

Atau udah males baca karena nunggu lama😭🤣.

Gak perlu basa-basi deh, gak bakalan direspon juga sama kalian wkwk.

Selamat membaca dan selamat mengumpat.😘

****

Zea diam mematung saat melihat siapa yang berada dihadapannya. Begitupun dengan orang tersebut. Nafas Zea tercekat serta tatapan tak percaya yang gadis itu tampilkan. Dihadapannya ada Elvano yang membawa beberapa paperbag dan disampingnya ada Vilda yang dengan tidak tahu malunya tengah tersenyum manis kepadanya.

Elvano dapat melihat dan mengartikan tatapan kekecewaan dimata kekasihnya itu. Namun bukannya menjelaskan atau berbicara, sepatah katakan tidak keluar dari mulutnya. Dia hanya bisa diam membatu seraya menatap Zea.

Mereka berpapasan saat berada disebuah caffe. Zea dan Arlan yang hendak keluar dan Elvano dan Vilda yang hendak masuk ke dalam caffe. Seperti adegan yang sering terjadi di dalam drama.

Adegan tatap menatap itu terhenti saat Vilda berucap. "Eh ada kak Zea, mau makan bareng kak?" Tanyanya ramah.

Dalam hati Zea ingin sekali menjambak dan mengumpat berbagai macam nama hewan kepada Vilda. Bisa-bisanya berbicara begitu. Apakah Elvano tidak memberitahu hubungan mereka kepada Vilda? Sampai-sampai Vilda berani bertanya begitu.

Arlan yang menyadari sorot mata dan tingkah laku berbeda dari Zea pun menjawab pertanyaan Vilda tadi.

"Eh enggak, kita udah makan tadi. Duluan ya." Ucap Arlan segera menggandeng tangan Zea agar keluar dari caffe tersebut.

Jangan ditanya bagaimana ekspresi dan tindakan yang dilakukan oleh Elvano. Lelaki itu hanya diam memperhatikan Zea dan Arlan yang mulai menjauh dari pandangannya. Tangannya yang memegang paperbag mengepal kuat. Ada keinginan untuk mengejar dan menjelaskan semuanya kepada Zea. Ada juga keinginan untuk memberitahu Arlan jika Zea adalah miliknya.

Namun keinginan itu lenyap saat dia teringat dengan permintaan bunda Vilda- Ayu.

****

Arlan membawa Zea masuk ke dalam mobil. Dia memperhatikan Zea yang tatapannya kosong dan tidak bergerak sekalipun. Arlan sudah tahu jika Zea dan Elvano memiliki sebuah hubungan, karena itu Arlan sudah bertekad untuk melupakan perasaannya kepada Zea dan mengikhlaskan Zea sepenuhnya kepada Elvano. Karena Arlan ingin Zea bahagia. Namun ternyata perkiraan dan keputusannya itu salah, salah besar.

Tanpa sepatah katapun, Arlan langsung membawa Zea kedalam pelukannya. Berniat memberikan sedikit ketenangan. Dan benar saja saat berada dalam dekapannya, gadis itu langsung menangis dan membalas pelukan Arlan sambil meracau.

"Ano jahat banget... hiks..."

"Dia bohingin gue...," lirihnya pelan.

"Kenapa dia gitu, Ar?"

"Dulu aja ngakunya gak cinta sama Vilda, tapi nyatanya sekarang...."

"Gue udah sayang banget sama dia, Ar..."

"Sayang banget."

Arlan semakin mengeratkan pelukannya. Mendengar Zea meracau dan mengatakan betapa dia percaya dan sayang kepada Elvano membuat dadanya sedikit sesak. Walapun dia sudah bertekad untuk ikhlas tapi perasaan itu masih ada. Tidak dapat hilang dalam waktu singkat.

Arlan sedikit melonggarkan pelukannya dan beralih dengan mengusap-usap punggung Zea pelan. "Udah jangan nangis. Mungkin lo salah paham Zea," katanya menenangkan.

Zea mendongak menatap Arlan yang juga sedang menatapnya. "Kalo gue salah paham, kenapa dia gak coba buat ngejar gue dan menjelaskan semuanya. Dari sikap dia tadi itu udah nunjukin kalau ada apa-apa diantara mereka." Lirih Zea.

Lo terlalu sayang sama dia Ze, sampai lo gak nyadar ada orang yang lebih sayang sama lo daripada dia.






Dan orang itu adalah gue, Zea.

****

Setalah selesai mengantar Vilda pulang, Elvano langsung menuju rumah Zea. Hatinya tidak tenang dan pikiranya berkecambuk. Dia ingin bertemu Zea dan menjelaskan semuanya.

Sudah hampir satu jam Elvano menunggu Zea. Kata asisten di rumahnya, Zea belum pulang sejak tadi. Hari semakin gelap dan Elvano khawatir akan keadaan kekasihnya itu.

Elvano langsung berdiri dari duduknya saat melihat sebuah mobil yang baru saja datang. Disana, ada Zea dan juga Arlan yang baru keluar dari dalam mobil. Lelaki itu perhatikan setiap gerak-gerik yang Zea berikan kepada Arlan saat lelaki itu akan pulang. Setelah mobil Arlan menjauh dari pekarangan rumah Zea, Elvano langsung menghampiri Zea. Elvano tersenyum kecut saat Zea memalingkan wajahnya tak mau menatap dirinya.

"Zea...," panggil Elvano lembut.

"Mau ngapain lo ke rumah gue?" Ketus Zea seraya berjalan menjauhi Elvano.

Elvano langsung mempercepat langkahnya saat melihat Zea yang hendak masuk dan menutup pintu. Dia mencekal kuat tangan Zea, agar gadis itu berbalik dan menatapnya.

"Mau apa sih lo?" Zea menyentak tangan Elvano. Membuatnya sedikit terkejut.

"Kamu... marah?"

What the fuck! Pertanyaan bodoh macam apa itu? Elvano bego.

"Menurut lo? Udahlah sana pergi! Males gue sama lo."

Elvano memberanikan diri memegang tangan Zea kembali. "Jangan kaya gini... gue mohon..." ucap Elvano lirih.

"Maafin gue..."

"Gue cinta sama lo, Zea. Cinta banget..."

Elvano semakin menundukkan kepalanya. "Gue tahu gue salah, dan gue... minta maaf..."

Tanpa sadar mata Zea sudah berkaca-kaca. Gadis itu menggigit sedikit bibirnya untuk menahan isakannya. Melihat Elvano yang mengakui cinta dan permohonan maaf secara bersamaan membuat hatinya terusik.

"Gue..." kata Zea pelan. Elvano menunggu apa yang akan dikatakan oleh Zea.

"Gue... sakit hati Elvan...." lirihnya. Pada akhirnya Zea pun menangis. Membiarkan Elvano tahu apa yang dia rasakan akhir-akhir ini.

"Dan itu... karena lo..."

****

TBC!

Kalo kata judika , " apakah sebaiknya kita putus atau terus?" 🤣🤣🤣

Terimakasih buat yang udah dukung aku nulis dan berkarya💖

Follow ig akuuu dong bund👌 _a.aisyahh

Sekian dan terimakasih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sekian dan terimakasih.

Ketos vs WaketosWhere stories live. Discover now