14| Seblak Pinggir Jalan

6.4K 551 29
                                    

Vote + Komen ok⚠️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Vote + Komen ok⚠️

Kalo typo tandain

Happy reading.....

****

Zea merapatkan jaket yang dia pakai pada tubuhnya. Percaya atau tidak, sungguh hari ini Elvano benar-benar tidak waras. Lelaki itu mengajak Zea untuk menemaninya membeli makanan dengan berjalan kaki mengelilingi komplek perumahan Zea, tepat jam 11 malam. Padahal tadi lelaki itu membawakan Zea nasi goreng, tetapi saat Zea menawarinya Elvano malah menolak dengan alasan masih kenyang. Tapi sekarang nyatanya?

"Nyari makan kemana sih?" Tanya Zea kesal. Sambil mengerucutkan bibirnya.

"Kemana aja yang ada tukang dagangnya," balas Elvano seadanya.

"Dingin tau gak?!"

"Tau."

"Ish nyebelin!"

"Lah terus gue harus ngapain?"

"Serah lo." Ketus Zea membuat Elvano menatap gadis itu seraya menaikan sebelah alisnya.

"Ngode minta di peluk?" Zea melotot dan langsung memukul bahu Elvano.

"Ora sudi!"

"Ngaku aja kali," ejek Elvano.

"Berisik."

Elvano tertawa kemudian menggandeng tangan Zea, membuat Zea tersentak kaget.

"Ng-ngapain lo pegang tangan gue?!"

"Katanya dingin," Elvano mempererat genggamannya.

Astaga ini jantung gue kenapa jedag-jedug sialan.

"L-lepasin." Zea mencoba melepaskan tangannya.

Bukannya melepaskan, Elvano malah semakin mempererat tautan antara keduanya, membuat pipi Zea memerah. Untung saja saat ini dalam keadaan yang cukup gelap, jadi tidak kelihatan.

"Diem Ze. Gue gak mau lo kedinginan."

"Nah itu ada tukang jualan," tunjuk Elvano ke arah penjual seblak yang letaknya cukup dekat.

Zea memberhentikan langkahnya dan mengerutkan keningnya. "Ini kan udah malem, lo mau beli seblak?"

"Iyalah." Elvano ikut berhenti berjalan, menunggu balasan dari gadis disampingnya.

"Serius?"

"Iya."

"Nanti kalo lo mules gimana? Gue gak mau ya tanggung jawab."

"Tanggung jawab kenapa emang?" Tanya Elvano tak mengerti membuat Zea berdecak.

"Kalo lo sampe sakit perut. Jangan sampe nanti lo buang sesuatu di rumah gue."

"Dih siapa juga yang mau numpang di kamar mandi lo? Kamar mandi gue lebih bagus daripada kamar mandi lo," sombong Elvano.

"Bodo amat gue gak peduli." Zea berjalan mendahului Elvano membuat Elvano terkekeh kemudian mengejarnya.

****

Zea menatap horor Elvano saat laki-laki itu memesan sekaligus 5 bungkus seblak.

"Lo beli 5 buat siapa aja?" Elvano menoleh kepada Zea.

"Buat lo 1. Gue 4," jawabnya.

"L-lo waras kan?"

"Waraslah! Masa seorang Elvano Pranaditya, sang Ketua OSIS SMA Cakrawala gak waras." Elvano menepuk-nepuk dadanya bangga.

Zea hanya terdiam tanpa ada niatan membalas ucapan Elvano yang kelewatan songongnya. Gadis itu semakin merapatkan jaketnya pada tubuhnya.

"Ayo!" Elvano menyodorkan satu tangannya kepada Zea. Zea menatap Elvano bingung.

"Apa?"

"Pulang."

"Emang udah?" Tanya Zea dengan mata yang melirik ke penjual.

Elvano memperlihatkan sebuah kantong plastik ke depan wajah Zea. "Bisa liat?"

Zea berdecak. "Kan cuma nanya," ujar Zea, kemudian menerima uluran tangan Elvano.

"Yaudah ayo." Zea menarik Elvano untuk segera pergi dari penjual seblak tersebut.

Elvano tersenyum sambil melirik tangan mereka yang saling bertautan.

"Lo tau Ze?" Tanya Elvano memecah keheningan antara keduanya.

"Apa?"

"Gue gak suka liat lo sama si Ketua basket itu," ungkap Elvano terang-terangan. Membuat langkah Zea seketika langsung berhenti dan menatap Elvano dengan sorot mata meminta penjelasan dengan apa yang tadi lelaki itu katakan.

"M-maksudnya?" Seketika kosa kata pengumpatan Zea menghilang.

Elvano menggaruk sebelah pipinya, mencoba menghilangkan grogi. "Y-ya itu, gue gak suka liat lo bareng sama si Ketua basket itu."

"Namanya Arlan, No." Koreksi Zea kepada Elvano. Membuat Elvano berdecak karenanya.

"Gue males sebut namanya."

"Males? Kenapa?"

"Karena gue suka---" Elvano langsung mengatup bibirnya dengan tangan yang awalnya bergandengan dengan Zea. Otomatis membuat tautan antara keduanya terlepas.

"Suka apa?" Tanya Zea penasaran.

"Suka---- udahlah lupain. Ayo balik!" Ajak Elvano kembali menggengam tangan Zea.

Zea sebenarnya sangat penasaran dengan apa yang Elvano tadi katakan. Suka? Suka apa?

****

Zea langsung masuk ke dalam kamarnya saat Elvano telah pulang. Gadis itu masih memikirnya apa yang tadi di ucapkan oleh Elvano.

"Maksud si Ano apaan sih?" Zea berjalan menuju balkon kamarnya. Dia menatap langit yang begitu indah dihiasi dengan hamburan bintang-bintang.

Meskipun sekarang sudah tengah malam, atau lebih tepatnya pukul 01:00, Zea tidak merasa kedinginan sedikitpun. Angin malam yang menerpa wajahnya hanya terasa seperti sentuhan sekilas.

"Elvano Pranaditya," gumam Zea sambil tangannya terangkat ke arah langit. Lebih tepatnya seperti orang yang ingin menggapai bintang.

Seulas senyum terpatri di wajahnya. "Cowok paling menyebalkan yang pernah gue kenal. Cowok egois, selalu ingin menang sendiri. But, kenapa lo selalu ada dipikiran gue. Kenapa lo---," Zea langsung menghembuskan nafasnya pelan.

"Gue gak suka lo."




















Deket sama Vilda. Lanjut Zea dalam hati.

TBC!

Terima kasih telah membaca cerita Ketos vs Waketos.

Maaf banget nih ceritanya masih absurd. Masih noob harap maklum haha.

Salam dari :

Elvano Pranaditya

Zeanna Kintania

Arlan Reynald

Kinan Amara

Vilda Alexa

Follow instagram :
_a.aisyahh

Sampai jumpa di chapter selanjutnya😘

Ketos vs WaketosWhere stories live. Discover now