"Mas mau gak nikah sama saya" Ucap sea kepada pria dewasa yang berada dihadapannya.
Gak ada jawaban, pria itu hanya menatapnya, dengan tatapan yang tidak bisa dibaca.
"Aww!" Pekik sea saat merasakan ada yang menyubit pinggangnya.
"Lo gila, ngajak...
Sea masih menyesali keputusannya yang menolak SIDUDA beranak satu, dan malah menerima lamaran si jefran.
Sea menjambak rambutnya, tanda ia frustasi.
"Apa gue give-away in aja yah si jefran" Tiba-tiba ide kurang ajar itu melintas dibenak sea.
Plakk
"GOBLOK LO!!"
.
Sea memamerkan senyum manisnya, saat sang suami baru pulang sehabis bekerja.
"Udah pulang mas?"
Sea menyumpahi pertanyaan yang baru terlontar dimulutnya.
Bego banget sih lo, udah tau si Jefrandirumah, berarti dia udah pulang- batinnya
Jefran menyerahkan tas kantor, yang langsung diambil oleh sea.
Meski suaminya nyebelin, sea tetep harus melayani suaminya, dari bangun tidur, sea harus membuatkan sarapan, meski jiwa psychopathnya ingin keluar, lalu menaburkan racun tikus di makanan itu.
Membersihkan rumah, selayaknya pekerjaan seorang istri, melayani suaminya dikamar. Iya meski sea sedikit tidak rela harus melakukan hubungan suami istri bersama jefran, tapi gak ada pilihan lagi, toh mereka juga udah sah.
"Saya tunggu kamu dikamar" Jefran berlalu pergi setelah menyelesaikan makan malamnya.
Sea mengangguk sambil tersenyum sedikit terpaksa.
Ini-nih yang bikin sea bingung, jefran tuh kalo ngomong paling satu, atau dua kata. Ataupun jika ditanya pasti jawab 'iya' sama 'gak'.
Eh tapi giliran ada maunya.
.
Sea membuka pintu kamar dan mendapati jefran tengah duduk dipinggir ranjang, dengan bertelanjang dada.
Dag-dig-dug
Itu suara jantung sea yang tengah berdisko.
Sea mengontrol detak jantungnya terlebih dahulu, lalu melangkah masuk, menghampiri sang suami.
Jefran menepuk sebelah pahanya, saat sea telah berada dihadapannya.
Sea terdiam
Gue disuruh duduk disitu? - batik sea frustasi.
Dengan sedikit keberanian sea melangkahkan kakinya, lalu mendudukan bokongnya dipangkuan sang suami.
Saat duduk, sea bisa melihat bahwa jefran terperanjat kaget, lalu memandang dirinya.
Sea yang bingung akhirnya bersuara.
"Kenapa?" Tanyanya.
Tidak ada jawaban, yang ada sea hanya ditatap dalam oleh jefran.
"Kenapa?" Bukan jawaban, tapi pertanyaan yang diucap oleh jefran.
"Hah?" Bingung sea.
Jefran mengernyit bingung, sama halnya dengan sea yang mengernyit bingung.
Mereka saling berpandang, terlihat dari rawat wajah mereka berdua, bahwa mereka merasa bingung.
"Kenapa duduk disini?" Tanya jefran memecahkan keheningan diantara mereka.