bagaimanalah - senandika

29 3 0
                                    

Kadangkala, aku menangis tertawa melihat semesta dan seisinya. Mereka tak salah. Aku lah yang hina. Bolehkah? Karena aku manusia, biarlah aku mencaci maki dunia yang ada aku di dalamnya.

Demi orang-orang yang kuat namun tidak, aku tidak benar-benar paham apa maknanya terjerembab. Terjatuh. Menyerah. Tenggelam dalam kepedihan nan kelam. Aku tak paham.

Bolehkah? Egoisku hanya ingin bilang, seharusnya dunia ini tidak usah terbentuk sedemikian rupa.

Tapi apalah daya? Aku punya kendali atas apa? Aku bisa mengendalikan apa? Membuat pengaruh apa?

Mau satu dunia terjerumus dalam proses pendekatan pada hari akhir, aku barangkali jadi manusia paling berguna saat ini. Diam, menonton. Tidak melakukan apa-apa, lantas mengeluh lagi. KENAPA DUNIA SEPERTI INI?

Aku belum ingin mati. Semestaku tak kunjung pulih, manusianya kian mati hati. Aku tak bermaksud berbagi empati, aku sadar diri aku begitu tak suci. Lantas apalah gunanya tulisan ini?

Ingat semesta menjalankan tugasnya. Semakin dekat dengan akhirnya, kitalah manusia yang mendekatkannya.

Jadi, harus bagaimana?

****

A/N;

Dibikin 5 menit, mendadak, tiba-tiba, pas lagi galau kimia. Siapa yang mau disalah? Aldo /coret/ Gak-gak ada, yah ... gas ajalah toh senandika tinggal ketik-ketik beres AHAHHAHAHA. TAPI YES AKU 100% gatau mau ngetik apa.

Karena aku cuman ngetik pembukaan dan membiarkan jariku ngetik apa yang dia mau.

And what an ending i didnt expect that. So, let it be.

16-03-21 peer kimia belom disentuh.

Don't Come HereWo Geschichten leben. Entdecke jetzt