rimba - poetry

25 3 0
                                    

Ditelusurinya kegelapan
Diinjaknya ranjau penuh penyesalan
Tersungkur ia, berguling tanpa sempat berpegangan
Hendak berhenti namun,
Kejaran dari belakang sana tak terhentikan.

Dikejar ia oleh penerangan
Berlari ia tanpa sempat membalikkan badan
Barangkali memang sudah hukum rimba
Tak ada yang tak berbahaya jika sudah masuk ke dalamnya.

Hati tak sucinya kian mati
Tak bisa turuti permintaan egois soal hadapi
Akalnya memintanya terus lari
Rimba ini penuh monster hidup dan mati.

Padahal, itu hanya imaji dalam dirinya sendiri.

Pikirannya teramat kusut untuk menguraikan takut
Tangisnya membanjiri rimbunnya tawa yang bahagia
Terseret arus ia, merasa tersiksa
Tak kasih kesempatan siapa-siapa untuk obati luka.

Terbentuk rimba dalam benak busuknya
Berlari dan berlari dari siklus tragedi tanpa henti
Terseok lagi, terjatuh mencium rerumpun bau berisikan keluh
Mencoba lari lagi, namun tamatlah sudah, ia terhenti.

Sesuatu yang mengejarnya pun melenguh
Merengkuh badan ambruk itu, memberinya peluk
Sejauh mana ia bisa berlari dari kedamaian?
Sejauh mana bisa kau hindari hidayah Tuhan?

Amat beruntung manusia yang diberi kesempatan
Tersesat sejauh-jauhnya masih bisa balik badan
Membangun kembali sesuatu yang sempat dirubuhkan
Menjaganya sepenuh hati, mengikhlaskan.

Buka hati demi orang-orang yang peduli
Tanami bibit baru pada rimba gelapmu
Menjuntai segenap taman penuh kebahagiaan
Kau tidak perlu lari, tak akan ada penyesalan.

-Teruntuk hati yang lari dari sesuatu yang sudah diketahui.
-Teruntuk hati yang berat menerima kebenaran duniawi
-Teruntuk jiwa yang merana soal beban dunia
-Teruntuk jiwa yang tersesat dalam buai imaji tak bertuah.

Tarik napas yang dalam,
Berhentilah sejenak.

****

A/N:

3-05-21

What the hell.

Don't Come HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang