You Save The Day

56 10 2
                                    

Katanya mimpiku 'kan terwujud. Mereka lupa tentang mimpi buruk. Tentang kata maaf, sayang aku harus pergi. Sudah kuucap semua pinta. Sebelum ku memejamkan mata. Tapi selalu saja kamu tetap harus pergi. Banyak yang tak ku ahli. Begitu pula menyambutmu pergi

-Nadin Amizah : Rumpang-

***

FLASBACK
11 Tahun Yang Lalu

Mungkin, bagi sebagian orang, menjadi terlahir dan hidup menjalani hari-hari merupakan sebuah kesempatan, beberapa yang lain penuh tanya, untuk apa mereka dilahirkan ke dunia? untuk tujuan apa mereka ada di dunia, dan apakah itu penting? pastinya, hal-hal semacam ini tidak akan hadir di benak seorang anak yang baru duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar, tapi tidak dengan Baswara.

"Baswara Linggar Haziq," sang guru wanita dengan jilbab coklat yang membungkus kepalanya meneriaki namanya dari bangku depan, tempat sang guru mengajar.

"Baswara!" merasa tidak ada jawaban, sang guru kembali bersuara, namun yang dipanggil sepertinya sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Asyik menggores tulisan-tulisan di atas buku belajarnya.

"Babas, dipanggil Bu Guru," ucap seorang anak perempuan yang duduk disamping Baswara. Rambutnya yang hitam legam dikuncir dua membentuk kepangan. Anak kecil itu mengguncang kecil bahu Baswara hingga membuat fokus Baswara kembali hadir.

"Ahh, iya Ning? Ohh Baswara hadir Bu Guru," Baswara menyahut dengan mengangkat sebelah tangannya ke udara.

"Perhatiin ya kalau Bu Guru lagi ngomong, jangan meleng,"

"Iya maaf Bu Guru," Baswara yang merasa bersalah menunduk kecil, lalu kembali mengambil pensilnya yang tergeletak diatas buku. Ibu Guru yang menggertaknya kembali menyebutkan nama-nama murid lain di dalam kelas.

"Emang kamu lagi ngapain sih Bas? ngerjain PR? emang kamu belom ngerjain di rumah?" Anak perempuan di samping Baswara menaruh tanya, dia sedikit berbisik guna menghindari omelan gurunya yang sinis.

"Aku gak ngerjain PR, tapi aku lagi bikin puisi."

"Puisi?"

"Iya, Ningning mau baca?"

Anak perempuan yang disinyalir bernama Ningning itu mengangguk penuh antusias. Dia menarik buku teman sebangkunya dan mulai membaca bait demi bait tulisan yang tergores di sana.

'Kenapa, Mengapa?'

Puisi : Buatan Baswara Linggar Haziq

Kenapa awan putih?
Kenapa kalau mendung warnanya jadi hitam?

Kenapa kupu-kupu terbang?
Kenapa kalau belum menetas dia jadi kepompong dan gak punya sayap?

Kenapa Bunda perempuan?
Kenapa Baswara gak pernah lihat Ayah?
Kenapa Mas Jaaiz lahir duluan lalu Kak Kinan?

Mengapa Baswara lahir?
Mengapa Baswara menangis?
Mengapa Baswara harus bahagia dan bersyukur?

Kata Bunda, karena kita diberi kehidupan.

"Kok puisi kamu cuman nanya-nanya aja sih Bas?" Ningning terlihat kebingungan, kemudian mengembalikan buku tersebut kepada sang empunya.

"Ya, soalnya aku gak tau jawabannya, jadi aku buat puisi biar aku gak lupa apa yang mau aku tanyain."

Ningning terlihat ingin membuka mulutnya lagi, sebelum itu terjadi sang guru sudah meneriakan namanya dengan lantang.

Elegi BaswaraWhere stories live. Discover now