Memutar Waktu

37 8 0
                                    

FLASBACK PART 2
Tahun 2002

"Selamat ulang tahun anak ganteng,"

"Hehe, makasih Tante."

"Sama-sama sayang," Lisa memasangkan topi kerucut khas ulang tahun di atas kepala Baswara yang kini genap berusia 3 tahun. Baswara kegirangan, dia bertepuk tangan sendiri padahal hanya sebuah topi plastik tanpa ada hiasan warna-warni, tanpa ada lilin dan kue coklat kesukaannya, dan bahkan tanpa kehadiran Ibunya.

"Tante, nanti Mama pulang bawa kue kan?"

"Emm.. i-iya. Nanti Mama pulang bawa kue buat Baswara."

Baswara kini 3 tahun. Suara tawanya yang renyah baru saja terdengar ketika Lisa berceloteh tentang sang Mama akan memberinya kue di hari spesialnya. Sejujurnya, Lisa sedikit bersalah mengucapkan kalimat tadi, dia takut itu menjadi sebuah kemustahilan.

Bayangkan saja, sedari pagi Laras sudah menitipkan Baswara kepada Lisa. Sahabatnya itu memutuskan untuk tidak bekerja hari ini karena tamu bulanan sedang mampir. Seharian Lisa mengurus Baswara, bahkan menyuapinya makan siang. Dalam posisi ini, Lisa lebih merasa dia adalah Ibu kandung Baswara ketimbang Laras.

"Tante kok Mama lama banget sih pulangnya? udah malem. Baswara udah ngantuk," celoteh Baswara dengan lucunya.

"Baswara ngantuk? tidur di kamar Tante aja yuk, nanti kalau Mama udah pulang, Tante bangunin."

Baswara menggeleng sebagai jawabannya.

"Gak ahh, Baswara mau nungguin Mama pulang. Kan nanti Mama bawa kue kan."

Lisa tidak menjawab lagi, dia hanya tersenyum getir dan memperhatikan Baswara yang sibuk dengan puzzlenya. Duduk disamping lelaki kecil itu dan sesekali mengusap rambutnya yang legam. Membatin dalam hati, mengapa bisa anak semanis Baswara mendapat kehidupan yang tidak adil seperti ini. Lisa juga terkadang sedikit berdosa karena membiarkan Baswara hidup. Kalau dia tau Laras akan bertingkah seperti apa setelah Baswara tumbuh, mungkin dulu Lisa paksa saja untuk menggugurkan kandungan sahabatnya itu.

"Haiiii..!!"

Suara nyaring membuyarkan kekesalan Lisa, di tengoknya sang sumber suara, wajah Lisa makin masam. Larasati sudah berdiri sempoyongan dengan pakaian mininya dibopong seorang lelaki muda.

"Taruh aja Mas disitu, mau dibawa lagi juga gak apa-apa." Gurau Lisa yang sebetulnya dia hanya ingin jujur.

"Ahh.. sorry ya. Gue anter sampe sini aja." Lelaki asing itu mendudukkan Laras pada bangku plastik yang tergeletak di samping pintu, lalu kabur begitu saja tanpa sepatah kata. Sementara Laras cengar-cengir, bagai hilang setengah kesadarannya. Pipinya ranum dan tas di tangannya terjatuh ke lantai.

"Mama.." Baswara spontan berlari menghampiri, dia peluk sang Ibu yang menahan mabuk. Sambil wajahnya kebingungan menatap.

"Mama sakit? Mama merah-merah mukanya, sakit ya?" Anak sekecil Baswara, mana paham arti kata mabuk.

"Iya Mamamu sakit, jangan deket-deket Baswara." Lisa segera melepas paksa pelukan Baswara dari Laras, menyuruhnya duduk di atas kasur. "Sakit jiwa." Yang ini, Lisa bisikan tepat ditelinga Laras. Sahabatnya diambang batas sadar, jadi dia tertawa saja mendengar umpatan Lisa.

"Hahaha, kok tau sih Lisa? Udah ahh.."

Masih sempoyongan, Laras sudah kembali bangkit. Dia mendatangi Baswara dan segera membopongnya.

"Gue pulang dulu ya, besok kesini lagi."

"Emang gue tempat penitipan anak? Gue juga kerja lah!"

Elegi BaswaraWhere stories live. Discover now